Chereads / Your Secret Thorn / Chapter 9 - Perpisahan (2)

Chapter 9 - Perpisahan (2)

Hal yang masih terpikirkan olehku adalah reaksi Elvin. Mungkin ia akan kaget dengan kabarku tiba-tiba pergi ke Australia. Aku membenamkan kepalaku di bantal. Malam ini aku menginap di tempat kakak keduaku, karena sudah larut dan rasanya lelah setelah menyelesaikan proyek. Untungnya lokasi proyek tidak begitu jauh dari tempat tinggal kakakku. Dan besok pagi aku juga harus bergegas berangkat ke kantor naik comutter line dan tidak mampir ke rumah.

Drrtt… Drrtt…. Drrttt.. Drrttt..

Smartphoneku berbunyi, selarut ini..

"Ah El..kenapa malam-malam begini..?"

Drrtt.. drrttt…

"Yeah, Hello? EL? " aku menjawab telepon seperti biasa.

"…"

"Hellooo? Elvin?" Elvin tidak menjawab. Kenapa juga selarut ini dia menelponku..

"Ross, Ross..! Kau belum tidur?" Suara El menggema di telingaku.. kupikir kenapa ini anak satu ini..

"tentu saja belum, karena kau menelpon.., Ada apa selarut ini?"

"Aa…, Aku hanya.. Em.. Aku hanya ingin bertanya.."

"yes?! What?!"

"Aku mendengar dari ibumu, kau akan pegi ke Australia waktu dekat ini?"

"O, itu….., soal itu benar.."

"Kenapa tidak memberitahuku, sepertinya semua orang sudah tahu kecuali aku?!"

"Soal itu, maafkan aku El, Aku berencana memberitahumu dan bertemu langsung denganmu.. maaf ya? Karena beberapa hari ini aku sibuk dengan kantorku dan persiapannya. Maafkan aku..!"

"Ooh, Okay…. Aku hanya merasa, kau pergi tiba-tiba.."

"Yeah, maaf El.. jadi bagaimana kalau besok bertemu? Aku besok tidak lembur. Kita bertemu di taman komplek. Jika bertemu di rumahku atau rumah ibumu agak sedikit tidak enak pada mereka. Okey?" Aku seolah tidak memberi pilihan pada El untuk menentukan tempat bertemu.

Kami hanya teman dekat tapi seperti seolah akan berpisah untuk selamanya atau seolah pasangan kekasih yang serius membicarakan hal yang penting. Menggelikan pikirku.

Kami seperti saudara atau bahkan kami terlihat seperti pasangan kekasih yang terkadang tidak bisa dipisahkan. Seperti orang-orang melihat kami seperti itu. hubungan ini, aku hanya menganggap El temanku, bocah samping rumah, teman sekolah dan teman bicara. Aku memberikan batasan seperti itu. Jika aku menjadi wanita yang terlalu terbawa perasaan mungkin aku sudah jatuh cinta setengah mati pada El. Tapi aku tahu diriku dan kami seperti sudah memberi batasan, apalagi rahasia El yang hanya aku dan Tuhan yang tahu. Tapi mengetahui El yang seperti memberitahukan segalanya tentang rahasianya padaku, itu membuatku tidak nyaman. Karena aku orang yang normal di jalannya. Kadang merasa ini tidak benar. Kadang aku merasa kasihan pada El, dia harus melalui ini sendirian. Tentu saja jika keluarganya tahu, sungguhlah itu menjadi bencana besar dalam fase hidupnya. Aku hanya bisa memberinya kenyamanan sebisaku. Tapi aku tidak bisa mendukung sepenuhnya. Aku hanya berharap El bahagia dan jujur dengan semuanya. Tapi keegoisanku mungkin sungguh jahat. Aku hanya lelah mendengarkan ceritanya. Apakah aku jijik? Atau aku hanya iri pada kebebasannya? Atau aku sungguh menyayangkan perilaku baik dan wajah tampannya? Tapi pada akhirnya aku juga tidak mau menyakitinya dan memilih diam.

"Okey, besok aku akan menunggumu pulang. Baiklah maaf mengganggu tidurmu…"

"it's okay, see you tomorrow! Good night!"

"yeah, good night!"

tuut

Aku langsung mematikan panggilannya lebih dulu. Rasanya aneh. Kami yang dulu biasa saja tapi karena perkataanku saat kami bertemu terakhir kali, seolah aku yang sedang merajuk pada pacarku. Hah?... Berada di sekitar El sekarang sudah membuatku tidak nyaman.

'Sekarang waktunya istirahat, urusan besok pikirkan besok'

**^

Hari ini seperti biasanya aku bekerja dikantor, namun hari ini aku juga sedikit beberes meja kerjaku. Seminggu lagi aku sudah berangkat ke Australia, ke kota Sydney. Rekan kerjaku menyiapkan pesta perpisahan lusa besok. Dan hari ini pun aku sibuk mengurus administrasi kantor dan persiapan kantor di Sydney. Aku juga harus menghubungi kantor pusat dan Pak Wakil Direktur pusat. Hari ini melelahkan, namun bisa sedikit santai karena tugasku sudah selesai dan aku bisa pulang lebih cepat untuk bertemu Elvin.

"Hey, Ross. Kau hari ini pulang cepat? Hmmm.. leganya, kau mau membantuku?!" David yang di sebelah mejaku bercanda dengan mata memelas. Hari ini dia lembur seperti biasanya.

"Huh, I'm done! Aku ada janji. Soo… nikmatilah pekerjaanmu, haha!" Aku tertawa mengejek David.

"Jadi Kau juga tidak bisa datang ke pernikahanku juga ya? Hmm… sangat disayangkan..?" David mememperhatikanku yang sedang mengepak dokumen dan memasukkannya dalam kardus.

"Hmm, yeah I can't. Sorry David. But.. I promise mengirimkanmu hadiah yang besar spesial dari Sydney!" Aku menjawabnya penuh semangat dan menyakinkan untuk menutupi rasa bersalah karena tidak datang ke pernikahannya.

"Hmmm… apa begitu? Hmmm? Baiklah akan aku pikirkan apa aku menerimanya atau tidak?!" canda David

"pokoknya kau harus menerimanya. Hmm… okey! kurasa aku sudah harus pulang. Ini jam 4 sore.." aku melihat jam di tanganku. Lalu aku meluruskan punggungku untuk streching dan bangkit dari kursiku bersiap meninggalkan mejaku yang sudah terlihat kosong dengan barangku dan hanya tersisa PC.

"So, Mr. David selamat menikmati lemburan, bye bye!" aku tersenyum seolah seperti gadis jahat pada David. Lalu mengambil tasku dan pergi meninggalkan David. Ia hanya melongo dan menjawab "tentu saja!" singkat.