Chereads / My Bad Boy Idol / Chapter 2 - Interest

Chapter 2 - Interest

"Wah kak Sandi keren banget, suaranya itu loh bikin gue ngak bisa lupa!" ucap salah satu fans GPS, sambil mengangkat tinggi-tinggi banner yang bertuliskan nama sang vokalis GPS. "kyaa kak Sandi... AKU CINTA PADAMU."

"Semua bagus kok malam ini. Mereka selalu tampil memukau."

"Ih ngak ya! Kak Dudung lebih keren malam ini, liat aja cara dia mainin keyboardnya!" ucap teman si gadis tidak mau kalah. "KAK DUDUNG LIHAT KESINI... " teriak si gadis lainnya.

Sayup-sayup Savina mendengar gadis-gadis di sampingnya memuji orang-orang yang sedang bernyanyi di atas panggung. sejujurnya ia tidak  ingin mendengarnya, tapi percakapan mereka menarik perhatiannya ."Jadi namanya Sandi." ucapnya dalam hati, sambil tersenyum tulus dan pandangannya tidak pernah teralihkan dari pria yang sejak awal menarik perhatiannya.

Savina menikmati konser ini, seakan semua ini untuk perayaan ulang tahunnya. Entah kenapa mendengar ia bernyanyi sangat membuatnya lupa akan semua kesedihannya.

Bambang terheran-heran melihat gelagat Savina yang aneh, perasaanya campur aduk. "Vi... " Entah sudah panggilan keberapa Savina tidak mendengarnya sama sekali. 

"Oii!"

"Woiii!"

"S A V I N A... " Teriak Bambang sekencang-kencangnya, sambil menyengol bahu Savina. Bambang sudah sangat mendongkol, di cuekin sepangjang konser itu ngak enak bro.

"Paan si, treak-treak? Mau ngalahin teriakan anak-anak di sini lu?!" 

"Gue manggil lu dari tadi, kenapa ngak gubris si? jangan-jangan lu udah tertarik ya?" Kata bambang sambil tersenyum menyerigai ke arah savina. "Iya gue tertarik" balas Savina santai, sambil terus menatap sang vocalis yang sekarang tengah membungkuk pada penonton.

***

Berbagai macam roti sudah terhidang di meja makan. Menemani lauk-pauk yang sangat menggugah selera. Pagi-pagi, mbok surti  sudah memasak makanan kesukaan Savina, sesuai permintaan ibu Savina. Ibu dan Ayah Savina memang sangat jarang berada di rumah, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Membuat Savina seakan sudah terbiasa dengan kesunyian, tampa orang tuanya.

"Mbok yang masak semua ini?" Kata Savina sambil menarik kursi.

"Iya mbok yang masakin, makan yang banyak ya non. Nanti Ibu non kawatir, jika nanti non  Savina jatuh sakit."

"Iya, makasih mbok. Ayo mbok  temanin Savina buat habisin Semua ini." Walau terdengar bersemangat, jauh di dalam hatinya Ia sangat ingin Ibunya yang memasak untuknya. Ia sangat merindukan masa-masa dimana semuanya berjalan normal. Sangat bahagia, sayang semua hanya harapan yang tak pasti.

Seakan kegundahan hatinya terobati. Setelah melihat ponselnya Ia tersenyum.

"Mbok , Savina udah selesai makannya, Savina berangkat ya." Tampa mendengar balasan mbok Surti Savina bangkit dari kursinya dan langsung berjalan, hampir setengah berlari menuju pintu depan, seakan tak sabar untuk segera sampai sekolahnya.

"Bang ayo antarin Savina kesekolah, nyetirnya dicepatin ya. Takut  telat, hehehe... " kata si Savina , sambil nyegir ke bang ojek online pesananya.

"Siap neng."

***

"Makasih bang." Ucap Savina, setelah membayar savina langsung melangkahkan kakiya menuju kelas.

Sekali lagi, Savina menolehkan kepalanya ke seluruh penjuru kelas. Namun nihil orang yang dicarinya sedari tadi tidak kunjung terlihat. Padahal lima menit lagi kelas akan dimulai. "Kemanasi dia, awas aja kalau muncul depan gue." Savina mulai curiga, apa  karena Ia menerornya sepanjang malam? "ah, ngak mungkin".

Tiba-tiba tanpa permisi, dari arah belakang ada yang menarik kursi Savina. Sontak saja hal itu membuatnya kaget dan segera berbalik. Benar saja, pelaku penarikan kursi tersebut adalah orang yang di tunggunya sedari tadi.  

"Kemana aja si lu, gue udah mati bosan nungguin lu"

"wow, santai dong. ngapain juga lu nyariin gue, punya utang ya?" Si Bambang heran sama Savina yang tiba-tiba jadi sangat bersemangat. bahkan semalam Savina tidak membiarkan notif di ponselnya berheti berbunyi. "Seram njir."

"Kenapa, lu ngak balas satu pun chat dari gue?" kata Savina jengkel. "Bang, ini gue serius nanya, nama vokalis band GPS itu benaran Sandi?

"Iya, emang kenapa. lu benaran tertarik?"

"Mereka dari Sekolah mana si?

"SMK Tunas Bangsa, emang kenapa si?"

"Ngak, mereka biasa tampil di mana aja? nama penggemarnya apa? lu tau ngak akun sosial media mereka? kayak akun  IG, Facebook, Twittter, Tiktok, YouTube. pokonya akun-akun yang bisa ngorek informasi gitu. Kalau ada akun pribadi, sekalian sama itu juga." Ucap Savina panjang lebar. Belum sempat Bambang menjawab, Savina melanjutkan kekepoannya.

"eh lupa gue, nama-nama anggota GPS gue belum tau. taunya cuman Sandi sama kalau ngak salah Dudung, yang lain gue ngak tau. Sekalian kasih tau nama anggota yang la..." belum sempat Savina selesai bicara. Bambang dengan kecepatan super membungkam mulut Savina.

"Bisa diam ngak? itu bu Santi udah dari tadi masuk, ngak dengar lu?"

"Oke, lepasin gue sekarang. awas ya lu, pokoknya harus jawab semua pertanyaan gue" Kata Savina, sambil berbisik dan mencondongkan badannya ke saping. Savina, bahkan tidak mendengarkan maupun mencatat materi yang diberikan. Ia menangkupkan tangan di sebelah pipinya dan melihat kearah luar jendela, terus menatap seakan yang ditatapnya sekarang adalah Sandi.

***

"Bang, makannya cepatan dikit napa, gue capek nunggu jawab lu."

"Is bentar, ribet banget si hidup lu. Orang lagi makan lu ganguin." 

"Jorok lu, makan aja ngak usa ngomong, jijik gue." Bambang yang mendengar ucapan Savina hanya bisa menghela nafas.

"Bang, kok gue ngak bisa ilangi dia dari pikiran gue? suaranya bahkan masih gue ingat" Sekali lagi, Savina menghela nafas. Seolah berusaha menghilangkan semua jejaknya. "Gue bahkan ngak bisa tidur, ingat dia mulu. Entah kenapa gue kayak liat kenangan lama gue di diri dia. Sangat mirip."

"Nih gue udah selesai makan!" ucap Bambang tiba-tiba, membuat Savina mengangkat wajahnya untuk melihat bambang dan bersiap mendengarkan dengan saksama.

"Gue mulai dari nama-nama anggotanya, yang cewek namanya Sinten posisinya sebagai drummer. Kemudian ada Ujang sebagai rapper sekaligus bassis, lalu ada Johan sebagai vokalis sekaligus gitaris. Karena posisinya sama kayak Sandi,jadi si Johan ini rambutnya warna pink ya, jadi beda sama si Sandi. terakhir ada Dudung posisinya sebagai lead vokalis sekaligus keboardis." Menarik nafas sejenak, kemudian melanjutkan.  

"Mereka biasanya tampil  di restoran nyokap gue, di Kafe Berbunga, sama di Mall yang biasa adain perlombaan, atau event gitu. Mereka jarang banget ngadain konser, jadi semalam lu beruntung karena mereka ngadain konser pas ulang tahun lu dan gue punya tiketnya." Savina yang sedari tadi fokus mendengarkan, hanya menganggukkan kepalanya. Tanda Ia mengerti.

"Gue ngak tau akun pribadi mereka apa, lu harus cari tau sendiri kalau soal ini. Tapi kalau akun grup band mereka gue tau"

"oke, buruan kasi tau. Biar gue follow sekarang juga."

"Eh, tapi lu benaran tertarik sama kak Sandi? ngak mau sama yang lain aja?"

"kok lu ngomongnya gitu, emang kenapa sama kak Sandi?" 

"Ngak kenapa-kenapa si"

"Bacot banget si lu , buruan kasih tau gue nama akun media sosial mereka!" 

"GPSOfficial, semua nama akunnya sama, tapi mereka hanya punya akun IG, YouTube, sama Twitter. akun fanbase yang paling aktif, setau gue namanya @SandiLovers." 

"Apa lagi? jangan ngeliatin gue pake mata itu, jijik gue."

"Nama fans mereka apa?" ucap Savina sambil menatap tajam Bambang. Kesal dia dikatai.

"Oh iya gue lupa, namanya itu Govers!"

"Oke makasih infonya, gue sayang sama lu." Ucap Savina, kemudian bangkit dari kursinya dan berlari secepat yang Ia bisa.

"Woi! Mo ke mana Lo? BAYAR SENDIRI MAKANAN LO DASAR ANAK CURUT." Teriak Bambang, bagaimana Ia tidak  kesal. Selalu Dia yang di jadi tumbal setiap jam makan siang. Padahal Savina itu kaya, tapi tetap saja sangat perhitungan. Bambang pun menghela napas lagi, dengan pasrah ia berjalan menuju kasir.