07.48 WIB. Gerbang sekolah sudah ditutup, jika ada yang terlambat tidak akan ada yang bisa masuk. Kecuali, lewat tembok belakang sekolah. Itulah yang akan dilakukan Manu dan teman-temannya. Terlalu lama nongkrong di basecamp jadi mereka kesiangan. Kebiasaan anak muda terlalu banyak gaya ya mereka, katanya tidak keren kalau mereka tidak nakal.
Manu, Keano dan Jake memasuki sekolah dengan memanjat tembok belakang sekolah. Mereka terlambat hari ini, setelah berhasil turun dari panjatan nya. Tak berjalan dengan mulus, ada penjaga sekolah melihat mereka. Kesialan di pagi hari membuat mereka mendapatkan hukuman.
"Kalian semua lari 10 putaran! Sudah berkali-kali jangan sampai terlambat! Nggak bisa bangun pagi apa?!" bentak Pak Sehun.
"Iya pak!" jawab Mereka.
"Iya apanya? Cepat lari!!!" tegas Pak Sehun menyuruh mereka untuk memutari lapangan. Mereka mendapat hukum harus berlari 10 putaran, sudah biasa bagi Manu dan teman-temannya. Ulahnya sudah terhitung lebih dari 20 kali seperti ini. Sebenarnya bangun sudah pagi, tapi kelayaban dulu nyari masalah ke sekolah lain.
"Liat deh, Manu lari keringetan makin ganteng!"
"Pen gue elapin, tauk?"
"Gue aja pengen jadi pacarnya!"
"Tapi selera dia tinggi, kakak kelas semua dipacarin!"
"Manu, mau nggak sama gue yang kentang ini?!" pekik cewek itu,
"Manu, usus gue berantakan setiap kali liat senyum lo!"
Mereka selalu terpesona dengan kegantengan Manu, tak peduli cowok itu nakal, badboy yang pastinya Manu ganteng. Padahal sering kali mematahkan hati para cewek setiap kali berpacaran.
****
"Huft, mati gue." gumam Jake, keringat sudah membasahi wajahnya.
"Lagian lu pada ngapain coba, nongkrong dulu!" ujar Keano
"Nggak usah banyak bacot deh, nih buat beli minuman!?" Manu menaruh uang 200 ribu untuk mereka. Taulah siapa Manu, uang jajan yang seharusnya ditabung ia buat seenaknya sendiri. Katanya puasin dulu masa muda dengan duit orang tua.
"Wah sultan, lumayan nih."
"Jangan kayak orang susah deh, tapi lo harus bantu gue." ucap Manu sembari mengelap keringatnya dengan sapu tangan.
"Apaan? Nggak ikhlas ngasi duit nya,"
"Lah elu pada kan temen gue njir, "
"Iya-iya apaan. Kalo soal cewek gue ogah."
"Selidiki yang namanya Nara itu, gue penasaran sama cewek itu. "
"Ha? Nara anggota osis itu. Yang judes itu? Ah ogah, dia bukan tipe lu Nu. Dia cewek dingin, jutek kek begitulah. Ngeri gue," ujar Keano, ia mengerti selera Manu bukanlah cewek seperti Nara. Bukan tipe dia, banget.
"Gue cuma pengen tau dia, tatapannya bikin gue penasaran. Kayak ada sesuatu!" ucap Manu sembari membayangkan mata Nara yang menatapnya kemarin.
"Pake cara tebar pesona lo aja. Paling dia juga klepek-klepek." ujar Jake.
"Heh, lu tu nggak tau apa. Kalo Nara cewek paling susah ditakhlukin. Apalagi model kek kita, jauh ama tipenya!" jelas Keano.
"Serius? Yeh, bukan tipe lu." ujar Jake.
"Tipe gue atau bukan, sama aja dia cewek punya perasaan. Ya kali nolak cowok seganteng gue." senyum Manu dengan gaya angkuhnya, percaya diri tingkat akut.
"Oke, coba aja. Nggak yakin gue!" ujar Manu tak akan yakin jika Nara akan menyukai Manu. So! Manu bukan lelaki baik-baik, pacar saja banyak. Ups.
*****
Liana sedang membereskan bajunya, ia akan menuju kota kembali ke keluarga kecilnya. Setelah bertahun-tahun lamanya setelah kecelakaan itu. Liana tinggal di pedesaan yang jauh dari kota. Karena waktu itu ia hanyut ke sungai, kemudian ada yang menolongnya lalu diurus oleh ibu nina seorang janda. Liana bersyukur ia diberi kesehatan sampai sekarang.
Dirinya sempat mengalami patah kaki dan tangan, lumpuh cukup lama. Makanya ia tak bisa apa-apa, 9 tahun bukan waktu yang sebentar. Ia yakin semua orang mengira dirinya sudah meninggal, hidup Nara pasti sangat membutuhkan dirinya.
Tak mau larut dalam kesedihan merindukan suami dan anaknya. Liana berpamitan kepada Bu nina yang telah mengurusnya. Liana berjanji jika nanti ia sudah bertemu dengan Vino. Ia akan berkunjung kesini menemui Bu nina.
"Liana janji, Liana akan kesini jenguk ibu ya. Sama anak dan suami Liana." ucap Liana sembari memeluk erat Bu nina.
"Iya Liana, kamu hati-hati ya. Jaga diri kamu. Kota sangat jauh nak. Semoga kamu sampai dengan selamat."
"Terimakasih bu untuk semuanya, Liana bener-bener berhutang budi. Selamat tinggal bu, Liana pergi dulu. "
"Iya nak hati - hati."
Kemudian Liana naik mobil yang telah dipesan oleh Bu nina yang siap mengantarkan Liana ke kota. Senyum yang bahagia, akhirnya Liana akan kembali.
****
Nara menuju lokernya ia mengambil novel barunya. Karya siapapun Novel apapun Nara sangat suka, So! Dia suka sekali membaca. "Huft, saatnya baca no--." gumamnya terhenti ketika ia membalikkan badannya ke arah depan, ada Manu yang menatapnya tanpa ekspresi.
Nara terdiam, tak mau mengatakan apapun dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Wajah dinginnya menjadi objek utamanya saat ini, kemudian Nara berjalan melewati Manu.
Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Manu.
Deg. Jantung Nara berdetak kencang.
"Berani nya lo kabur dari hadapan gue!" bentak Manu dengan suara sedikit menekan.
Manu mengikis jarak antara Nara dan dirinya, tatapan mereka bertemu. Wajah Nara masih dingin, jutek tak ada reaksi apapun. Cengkraman Manu semakin kuat, Nara tak meringis atau mengeluh kesakitan.
"Ada urusan apa lo sama gue. Sampe lo nyekal tangan gue begini ha?!" ketus Nara suaranya tegas dan menekan.
Manu tersenyum smirk, akhirnya gadis itu mengeluarkan kata-kata. Dilihat dari cari Nara berbicara saja, Manu teringat dimana ia dulu bersama Nara sahabat kecilnya.
Flashback.
"Manu, nanti kalau kita udah gede masih pacarkan kita." tanya Nara dengan polosnya, mengatakan pacaran yang ia tak mengerti artinya.
"Iyalah, kita kan selalu bersama selamanya. Terus nanti kita gak boleh pisah harus sama-sama terus. " jawab Manu dengan sotoynya sembari duduk diayunan Esde.
"Yeye jadi kamu selalu jagain aku ya, "
"Manu tungguu.... "
"Manu, kita putus."
Flashback off
Settttt
Bayangan itu melintas di otak mereka berdua, Nara hanya melihatnya samar-samar. Ia tak bisa mengingat apa pun, Hanya Manu yang mengingat semua kenangan indah itu. Hati dan perasaan hanya untuk gadis kecil yang memutusi nya saat pulang sekolah yang ke 20 kali nya.
Nara menghempaskan tangan Manu, seketika Manu langsung sadar tatapan mata itu membuat Manu yakin, Nara adalah sahabat kecilnya.
"Lepasin gue!" ketus Nara memberontak lengannya berhasil Manu cengkram kembali.
"Sok jual mahal banget sih?!" ujar Manu, Nara mengerutkan alisnya ia bingung apa yang dikatakan Manu.
"Terus? Masalah buat lo!" Nara dengan wajahnya dinginnya.
"Lo itu nggak usah sok jual mahal, nanti kalau naksir sama gue. Kelar hidup lo! " sengak Manu berhenti ketika ada Deby pacar barunya datang. Dengan cepat Manu menghempaskan lengan Nara. Kemudian Manu menghampiri Deby mulai menebarkan pesonanya. Sampai deby hilang kendali jika bersama Manu.
"Dasar brengsek!" gerutu Nara lalu menutup loker dan pergi menuju kelas. Masih kesal dengan kelakuan Manu yang mengusiknya pagi ini. Nara melampiaskannya dengan membaca novel, tetap saja ia masih dongkol.