Chereads / MY BADBOY BOYFRIEND / Chapter 3 - Bab 3. Perlakuan Buruknya

Chapter 3 - Bab 3. Perlakuan Buruknya

Di pagi hari yang cerah ini, Nara menyiapkan sarapan pagi untuk Sang Papa. Roti selai coklat dan kopi susu. Gadis itu sudah terbiasa melakukan kebiasaan ini setiap pagi, tanpa seorang Ibu dia bisa mengurus Papa nya dengan baik. Meski merindukan Ibunya berharap cepat kembali ada harapan untuknya.

"Selamat pagi Pa. Pagi ini Papa senyum terus, ada apa? " tanya Nara.

"Papa punya hadiah buat kamu." ucap Vino sembari memberikan kotak kecil untuk putrinya.

"Eum papa, apa ini?" dengan senang hati Nara menerimanya.

"Coba buka aja."

Kemudian Nara membuka kado dari Papanya, ia mendapat hadiah sebuah kalung berinisial N. Berlian mahal spesial untuk anak semata wayangnya. Hadiah untuk putri satu-satunya memang perlu, hartanya banyak buat apa lagi? Vino ingin membahagiakan Nara dengan caranya, agar  tidak terus memikirkan masa-masa bersama Ibunya.

"Papa ini bagus banget."

"Iya kah? Cocok kamu suka kan? "

"Suka banget pa, terima kasih Papa."

Cup. Nara mengecup pipi Vino dengan pelukan erat. Nara bersyukur memiliki papa seperti Vino, yang sangat menyayanginya. Vino merubah hidupnya menjadi lebih baik setelah mengenal Liana. Liana lah yang menuntunnya menjadi lebih baik, sabar dan menjadi orang yang berguna. Setelah Nara lahir, barulah Vino mengerti bagaimana arti hidup yang sesungguhnya.

"Pa, Nara kangen sama mama. Mama dimana ya sekarang?" ucap Nara, tiba-tiba Vino merasakan nyeri dihatinya.

"Kita berdoa ya dimana pun Mama kamu berada semoga selalu dalam lindungan Tuhan." ujar Vino sembari mengelus rambut Nara.

"Iya, Amin. Nara pergi ke sekolah dulu ya Pa. pamit Nara sembari mengecup punggung tangan Papanya.

Nara menghidupkan mesin motor beat kesayangannya, entah kenapa Nara lebih nyaman berkendara motor dari pada mobil. Padahal Vino sangat mampu untuk membelikan Nara mobil mewah, tapi anak gadisnya selalu menolak.

Kemudian Nara mengegaskan motornya, menuju ke sekolah yang jaraknya tidak cukup jauh. 10 menit dari rumahnya. Baru setengah perjalanan Nara bertemu dengan geng motor, berandalan tidak tahu diri itu mencegat Nara. Nara bingung, apa mau mereka. Huh.

"Kalian mau apa? Kenapa nyegat gue?" tanya Nara dengan kejudesan muka nya.

"Ngapain lo lewat sini, bukannya lewat jalan sono kan bisa!" ujar Rendy Ketua genk brandal dari sekolah lain.

"Oh ya? Serah gue dong. Ini jalan pintas jadi bisa cepet nyampe!" jawab Nara.

"Ini jalan kami, motor lo nge-halangin kita!?"

"Ini jalan masyarakat bukan lo doang. Para sampah!" sentak Nara benar-benar kesal dengan mereka, siapa mereka beraninya mencegatnya seperti pemilik jalan.

"Oh, lo berani bilang kita sampah. Jangan lupa lo, siapa kita di sini!"

"Bodo amat." cetus Nara sembari memutarkan bola matanya malas. "Minggir nggak?!" Nara kesal ingin langsung menerobos jalan mereka.

Tiba-tiba Rendy mencengkram lengan Nara, sampai gadis itu meringis, Rendy kesal dengan kata-kata Nara yang menantang dan tak takut padanya. "Lo berani ngelawan, abis lo sama gue!" ancam Rendy menekankan ucapannya.

"Lo pikir gue takut?" celetuk Nara, setelah itu menghempaskan cekalan Rendy.

"Lepasin dia!" tegas seseorang yang menatap ke arah mereka dengan tatapan sangar.

"Kenap--?" baru akan mengucapkan kata-kata ke seseorang itu, Rendy dengan cepat melepaskan lengan Nara.

"Ah Bos, sorry. Gadis ini ngelawan gue!" ujar Rendy

"Jangan lagi lo ganggu dia, Bubar lo semua. Sebelum gue hajar lo lo pada!" ucapnya.

Kemudian Rendy dan teman-temannya pergi meninggalkan Nara dan Manu. Memiliki kekuasaan di daerah di sini, mereka tahu siapa Manu.

"Makasih." ucap Nara singkat, kemudian mengegaskan motornya meninggalkan Manu begitu saja.

"Singkat bener." gumam Manu.

****

Manu berjalan menuju kelas, sepertinya ia tak puas dengan ucapan terima kasih nya Nara. Yang singkat, padat dan jelas. Gadis itu ketus sekali padanya. Bukan Manu namanya kalau tidak melakukan sesuatu yang tidak mungkin dipikirkan oleh Nara.

Manu menghampiri Nara yang tengah berada di depan kelas sedang ngobrol dengan teman-temannya. Kemudian lengan Nara dicengkeram sembari membawanya ke suatu tempat. Para siswa yang melihatnya bakal Nara yang akan menjadi incaran Manu kali ini. Cowok playboy, tajir selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau.

"Ikut gue!" tanpa persetujuan cekalan itu semakin erat, tak ada ruang untuk Nara memberontak.

"Gue sibuk! " ujar Nara.

"Kalau lo nolak, gue serang lo tanpa ampun di kamar mandi!" ancam Manu.

"Arghh, mau lo apa sih?"

Kemudian Nara mengikuti Manu berjalan, menuju perpustakaan yang sudah sepi karena sebelum itu sudah direncakan olehnyal. Setelah masuk pintu ditutup dan dikunci oleh Manu. Nara takut, apa yang akan Manu lakukan padanya.

Manu mengikis jarak antara mereka "Gue belum puas sama ucapan terima kasih dari lo!"

"Terus, cih ternyata lo pendendam ya." ketus Nara menatap sengit ke arah Manu.

"Iya gue pendendam, apalagi sama lo. Berlipat-lipat dendam gue!" cetus Manu tak kalah angkuh seraya mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

"Brengsek lo," maki Nara. Gugup, bingung mau memberontak tak ada ruang Manu sudah mengunci pergerakannya. Benar-benar sialan sekali cowok ini.

"Ulangi ucapan terima kasih lo tadi!" perintah Manu, semakin mengikis jarak antara mereka berdua.

"Nggak!" kekeh Nara, "Lepasin gue atau gue teriak sekarang!" ancam Nara, Namun itu tidak akan berarti bagi Manu. Cowok itu semakin mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibir lembut serta kecupan kecil.

Karena ia rasa ini sangat berbeda Manu menyumpal bibir ranum itu menjadi sebuah ciuman dalam kedua tangan Nara memberontak. Namun Manu adalah Manu, cowok paling brengsek tangannya membuka kancing dan menerobos untuk bermain di dada. Anjay!

Tidak! itu cuma khayalan.