Chereads / Cinta Cowok Dingin / Chapter 13 - Tertangkap

Chapter 13 - Tertangkap

Happy Reading

.

.

.

#Cling cling#

"Nih buat lo" Setelah berhasil mengorek-ngorek tasnya akhirnya Dwi mendapatkan coklat yang dia cari dan langsung memberikannya kepada Fian.

Dalam pandangan Fian sinar matahari yang mengenai sebagian wajah Dwi bagaikan filter kamera yang membuat Dwi dimata Fian sangat cantik hingga membuat Fian tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Woi kok melamun sih?" kesal Dwi tangga nya sudah pegal menggantung di udara tapi dia bahkan tidak mendapat respon dari Fian.

"Hah ya" akhirnya Fian tersadar dengan muka yang sedikit memerah dan langsung mengambil kasar coklat di tangan Dwi sambil berubah posisi menjadi duduk membelakangi Dwi.

"Hiss udah di kasih juga bukan terimakasih malah kasar" omel Dwi sengaja agar didengar Fian.

"Jadi gak ikhlas?" tanya Fian yang sudah membuka coklat yang diberi Dwi dan siap-siap melahapnya tapi tak jadi karena mendengar omelan Dwi.

"Gak tapi bilang makasih kek" ketus Dwi dengan muka juteknya.

"Gak deh nih gue balikin" kata Fian sambil menyodorkan coklat yang sudah dibukanya itu.

"Gak usah makan aja" kata Dwi merasa tak enak mendapat respon seperti itu dari Fian.

"Gak deh lo aja gak ikhlas yang ada nanti sakit perut gue makan ni coklat" kata Fian masih menyodorkan coklat nya ke arah Dwi.

"Eh gak kok gue ikhlas mau ngasih jadi makan aja, lagian mana mungkin gue ambil barang yang udah gue kasih hehe" kata Dwi sambil nyengir tak enak hati dia sungguh tidak mengira Fian akan mengganggap serius ucapannya.

"Kalo ikhlas jangan ngomel" kata Fian sambil mulai memakan cokelat itu.

"Iya maaf" akhirnya Dwi memilih mengalah agar tidak memanjangkan masalah.

Sesaat suasana terasa sunyi Fian dan Dwi sibuk menikmati keindahan laut di depan matanya sampai...

"Ayok pulang" ajak Fian yang sudah berdiri sambil menepuk-nepuk pelan pakaian bagian belakangnya.

"Eh gak jadi nunggu sunset?" tanya Dwi heran.

"Emang kapan gue bilang mau lihat sunset?" tanya balik Fian heran.

"Eh gak ada sih" Dwi kira mereka disini untuk melihat sunset, karena dia tau dulu Fian sangat suka melihat sunset dan sebenarnya dia sedikit menantikan untuk melihat sunset bersama Fian.

"Ya udah ayok pulang" ajak Fian lagi.

"Nanti aja deh ya, bentar lagi" mohon Dwi dengan muka memelas yang dibuat-buat imut dan tangan memohon.

"Ya udah" mendengar Fian yang menyetujui nya muka Dwi langsung berubah sumringah sampai...

"Gue pulang sendiri lo disini aja nunggu sunset" lanjut Fian membuat muka Dwi masam seketika.

"His lo kenapa sih bukannya lo suka sunset" kata Dwi sedikit berteriak karena ngambek (marah).

"Gue gak suka" jawab Fian cepat.

"Lagian lo kata siapa gue suka sunset?" pancing Fian agar Dwi mau mengaku.

"Yah emang ada yang gak suka sunset?" tanya Dwi mencoba mengelak.

"Gue gak suka" jawab Fian kecewa akan jawaban Dwi dan berlalu menjauh dari Dwi, entah sudah berapa kali Dwi membuatnya kecewa hari ini.

"Eh tungguin" teriak Dwi dan langsung berdiri mengejar Fian.

"Lama gue tinggal" saut Fian yang sudah jauh dari Dwi.

Sepanjang perjalanan Dwi memasang wajah sebal pasalnya Fian benar-benar hampir meninggalkan dia bahkan jika Dwi telat sedetik saja mungkin Fian sudah menjalankan motornya.

"Coba liat motor di belakang ada berapa orang" perintah Fian, Dwi pun langsung memalingkan wajahnya kebelakang dan mulai menghitung.

"Ada 4 motor, 8 orang, kenapa?" jawab Dwi sambil bertanya heran, buat apa juga Fian tau ada berapa orang yang ikut melewati jalan ini.

"Sial" desis Fian dan langsung melajukan motornya lebih kencang yang membuat Dwi otomatis memeluk pinggang Fian erat dari belakang.

"Aaaaaa pelan-pelan aja ngapa sih" teriak Dwi takut karena Fian tiba-tiba melajukan motornya sangat cepat.

"Diam pegangan yang kencang" perintah Fian tanpa bisa di ganggu gugat.

"Lo jangan cari-cari kesempatan dong pelan-pelan aja gue belum mau mati" tuduh Dwi sambil berteriak agar dapat didengar Fian.

"Kalo gak mau mati diam gue lagi konsentrasi" perintah Fian sedangkan Dwi sudah tidak bisa melawan lagi karena dikuasai ketakutan.

Tiba-tiba Dwi terpikir...

"Jangan-jangan yang ngikutin kita itu musuh lo ya?" tanya Dwi langsung mengemukakan isi pikirannya.

"Kalo udah tau diam mending lo liat mereka semakin dekat apa enggak" perintah Fian masih fokus sambil mengendarai motornya.

"Motor yang hijau makin dekat" teriak Dwi panik saat melihat motor yang mereka lebih tepatnya mengejar Fian semakin mendekati mereka itu.

Brukkkk Ckitttttt

"Hah hah hah" nafas Dwi tak beraturan.

"Lo gak papa?" tanya Fian khawatir, mereka baru saja menabrak trotoar jalan untung saja Fian sempat mengerem kalo tidak pasti mereka tidak selamat.

"Hah hah hah ga...k papa" jawab Dwi terengah-engah.

"Lo gila ya" teriak Fian memarahi pengendara yang menyalipnya itu.

"Hahah harusnya lo gak usah pakek acara kabur-kaburan ujung-ujungnya ketangkap juga kan" ejek pengendara itu sambil membuka helmnya.

"Dean" gumang Dwi kaget saat mengetahui siapa pengendara itu. Setau dia Fian dan Dean itu teman baik entah apa yang terjadi hingga mereka begini.

"Heh lo sekarang sudah berani bawak cewek lagi, Lo gak takut kejadian Lia keulang lagi?" cemooh Dean.

"Dia gak ada hubungannya sama lo, biarin dia pergi masalah lo cuman sama gue" pinta Fian mencoba bernegosiasi dengan Dean.

"Heh yang berani dekat sama lo berarti ada masalah juga sama gue" jawab Dean tak masuk akal.

*Siapa Lia?* dalam hati Dwi bertanya-tanya.

"Dalam hitungan ke-3 lo lari cari tempat yang aman dan banyak orang" perintah Fian membubarkan pikiran Dwi.

"Lo gimana?" tanya Dwi khawatir.

"Makanya lo lari cari orang minta tolong, Lo disini ngebebanin gue mending lo lari cari bantuan" sebenarnya dia sangat khawatir jika Dwi tetap disini itu akan membahayakan keselamatannya.

*semoga saja Dwi paham maksudnya dan pergi dari sini* harap Fian dalam hati.

"Enak aja gue bukan beban" bantah Dwi salah menangkap maksud Fian.

"1 2 3" hitung Fian pelan tapi karena tidak mendapat respon dari Dwi Fian pun berteriak.

"CEPAT PERGI" teriak Fian tiba-tiba tidak menghiraukan bantahan Dwi hal itu membuat Dwi kaget dan spontan berlari

Buk buk buk

Dari kejauhan Dwi dapat melihat Fian yang berusaha melawan Dean dan teman-teman nya itu sekaligus mencoba menghalangi mereka yang ingin mengejarnya, tanpa terasa air mata menetes di pipi Dwi.

"Fian" rintih Dwi lalu menghapus air mata nya dan berjalan kembali ke arah Fian tanpa mendengarkan instruksi Fian yang menyuruhnya pergi.

Dwi memungut kayu yang tergeletak di pinggir jalan dan berlari menuju kerumbunan orang itu.

"Hiyaaaaa"

Buk buk buk

TBC...