Chereads / ZOMBIE AREA / Chapter 13 - Wabah yang Menyebar

Chapter 13 - Wabah yang Menyebar

Dua pemuda itu berjalan di depan semua orang, menjadi pusat perhatian. Mereka mengabarkan dengan lantang bahwa ada sebuah tempat yakni wilayah di perbatasan kota. Tempat sementara yang dibangun pemerintah untuk menampung penduduk sipil yang selamat dari wabah.

''Kau yakin kau tidak berhalusinasi? Siapa tahu kau sedang tertekan dan membuat-buat cerita ini,'' sangkal Seo Jung, yang disetujui teman-temannya.

Dengan wajah tak terima disebut sedang berhalusinasi, Jimi menoleh sebentar kepada Yeo Han seraya mengacungkan telunjuknya. ''Adiknya sudah berada di sana dan ini bukan aku yang mengarang. Kau tanyakan saja padanya!'' kalimat terakhir itu sukses membuat bocah itu terlihat garang.

Yeo Han yang ditunjuk hanya bergeming. Ia tak mau terlibat percakapan itu, selain membuat kepalanya pusing, hal yang tidak disertai bukti hanya membuat kedudukannya di mata mereka sebagai orang depresi yang berhalusinasi karena tekanan keadaan.

''Dia terlalu cepat membeberkan kepada semuanya,'' gumam Yeo Han.

Seo Jung melirik sejenak padanya dengan sinis sambil mendekati Jimi yang lebih rendah tubuhnya. ''Jika itu benar, bagaimana cara keluar dari sini, hah? Kau berani keluar dari kelas? Di luar sana, jumlah mereka pasti sudah lebih banyak.''

''Dia benar! Jangan membuat semua orang berharap pada yang belum diketahui kebenarannya.'' seorang wanita memberikan dukungannya.

''Aku tak ingin keluar dari sini!'' seorang lagi dari barisan wanita menentang. ''Aku tak ingin jadi makanan mereka. Bukankah berita itu melarang agar tidak keluar dari rumah atas peristiwa aneh ini.''

''Meski di luar tidak menjamin, lantas apakah tetap berada di sini dapat menjamin keselamatanmu. Dimakan atau mati kelaparan, sama saja!'' kata Hye Mi. Ia sejak tadi terus saja melihat sinyal selulernya.

''Keluar tidak bisa, terus di dalam juga tidak boleh. Bagaimana kalau membuat sesuatu sebagai kode SOS saja. Siapa tahu seseorang dapat menemukan bahwa gedung ini menyimpan orang-orang yang selamat,'' usul Han Sol.

Yeo Han mengangguk setuju, ia mengacungi jempol pada Hansol yang berkata demikian. Pria berbadan besar itu ikut duduk bersandar.

''Benar kau mendengar berita itu?'' tanya Ravi kepada Yeo Han yang duduk bersandar di tembok.

''Begitulah. Kita harus cari cara agar semua orang dapat bekerja sama keluar dari sini. Namun, sayangnya banyak kejadian tragis yang sudah mereka saksikan. Dan tak semudah itu untuk membangkitkan semangat mereka,'' ujar Yeo Han. ''Kehilangan seseorang pasti membuat hidup mereka seolah-olah tak berarti.''

''Semakin lama kualitas sinyal seluler makin buruk. Jika tidak ada bantuan, akankah kita mati di sini dalam kondisi kelaparan?'' tanya Hansol. ''Aku tak berpikir untuk meninggalkan ruang paling aman ini. Di luar sana pasti banyak yang berebut untuk menyantapmu.''

Hansol melirik pada Ravi yang duduk di sebelah kiri Yeo Han.

''Jangan tanya aku. Kau pikir aku mau mati sia-sia.'' Ravi kembali bersandar seraya menyaksikan adu mulut antara Jimi dengan Seo Jung.

''Bagaimana denganmu, Yeo Han?'' tanya Hansol.

Beberapa puluh detik tak mendengar jawaban Yeo Han, Ravi yang berfirasat atas temannya itu, lekas menoleh. ''Jangan-jangan, kau memang ingin keluar dari sini?''

Ravi dan Hansol saling tukar pandang kemudian menoleh bersamaan untuk membaca raut wajah temannya itu.

Sudah ditunggu beberapa menit, namun tak ada jawaban yang melintas dari mulut Yeo Han. Ravi kembali menyatukan punggungnya sambil menebak sikap temannya itu. ''Kupikir, kau memang ingin keluar tetapi ada yang tidak bisa dijawab jika kau memilih keluar. Apa yang kau pikirkan?''

''Kau benar,'' balas Yeo Han. ''Aku tidak bisa memastikan kondisi nenekku sekarang.''

''Ibu!'' Suara Hye Mi mencuri perhatian teman-temannya. Setelah lama berada di sudut ruang, gadis itu berhasil menghubungi sang ibu.

Dari layar Smartphone itu, Hye Mi bertatap muka dengan Ibu dan sang adik yang masih kecil yang bermain-main di pangkuan. Yeo Han dan teman-temannya mendekat untuk mengintip pembicaraan gadis itu.

''Hye Mi! Kau baik-baik saja di sana? Apa kau terluka, hah?'' tanya sang ibu, wajahnya tampak sedih.

Hye Mi menyeka air matanya lantas menjawab, ''Aku bersama teman-temanku terjebak di dalam kelas, Bu. Kami semua tak ada yang terluka. Beritahu aku, bagaimana keadaan di sana, Bu?'' tanya Hye Mi. Karena terlampau penasaran, ia menuturkan banyak pertanyaan.

Sang ibu tersenyum tipis, ''Kami di lantai tiga, ayahmu baru saja pulang. Dia mengatakan sesuatu yang aneh sedang terjadi di kantornya. Hingga sampai di sini, semuanya terlihat aneh. Ibu mendengar keributan yang terjadi pada penghuni kamar di depan pintu.''

''Kunci pintu rumah, dan jangan biarkan siapapun masuk. Sekarang ada wabah aneh yang menyebar, Bu. Adakah ibu mendengar berita?'' tanya Hye Mi, khawatir.

Sejenak, sang ibu melirik ke atas, tampak mengingat sesuatu. ''Tadi ada kabar kalau semua orang harus mengisolasi diri sampai helikopter bantuan datang. Semoga kau baik-baik saja-'' sinyal mulai terputus-putus, sehingga kualitas video terjeda beberapa detik lamanya.

Percakapan dalam mode speaker itu mengundang beberapa orang lagi untuk ikut menyimak panggilan video Hye Mi.

Ketika sinyal kembali stabil, Hye Mi melihat sang ayah datang dari belakang sang ibu. ''Ibu, ayah ada di belakang. Dia bersama siapa?''

Sang ibu pun menoleh, lantas menjawab, ''Dia bersama rekan kerjanya ...''

Mendadak sang ibu terdiam ketika ayahnya memeluk di depan semua teman Hye Mi yang menonton. Tentu saja, sang ibu merasa malu dan menegur sang ayah.

Hye Mi yang melihat hanya tersenyum saja, memang selama ini ayah dan ibunya sangat rukun dan saling menyayangi. Sampai anggapan itu hancur seketika. Dalam menit terakhir, sang ayah terlihat berbeda lalu menggigit leher sang ibu hingga darah memerahkan layar video.

Hye Mi memekik kaget sekali, Hansol menutup mata gadis itu dan merampas smartphone Hye Mi. Semua orang yang ikut melihat video itu terdiam dalam wajah yang pucat.

''Apa yang terjadi dengan ayahku?'' tanya Hye Mi, ia menyeka air mata lalu hendak merebut Smartphone itu dari Hansol.

Hansol tak membuka mulutnya, lelaki itu hanya menggeleng tak tega.

Gadis itu terduduk, lutut terasa lumpuh dan air mata menjalar di permukaan pipi hingga terdengar suara tangisnya.

Orang-orang yang tak ikut menyaksikan panggilan video, kini berbincang ramai, mempertanyakan kondisi dan sebab tangis gadis itu.

Tak jauh keberadaannya dari Hye Mi yang lagi ditemani Jimi. Hansol, Joo Ni, Yeo Han dan Ravi duduk di beberapa bangku dan meja yang menumpuk menutup kaca.

''Apa tadi kalian sempat mengamati wajah ayah Hye Mi?'' tanya Ravi. ''Kurasa, dia tak terlihat seperti mayat. Dia seperti manusia biasa.''

''Pelankan sedikit suaramu! Sikap ayahnya memang aneh,'' sela Hansol. Lalu ia melihat kembali smartphone Hye Mi dan menunjukkannya pada mereka bertiga. ''Lihat! sinyal seluler menghilang sepenuhnya. Kita perlu cari cara untuk mendapatkan informasi soal bantuan yang disebutkan ibu Hye Mi tadi.''

Dua jam berlalu dari kejadian itu, jam tangan Yeo Han menunjukkan pukul dua siang lewat sedikit. Karena terlalu banyak pikiran, sampai-sampai begitu beranjak, ia baru menyadari bahwasanya, telinga itu tak lagi menangkap suara langkah kecil di luar kelas. Yeo Han mendekati tumpukan bangku, lalu ia menempelkan telinga di lantai. Atas gelagatnya yang aneh, menyebabkan beberapa orang termasuk Hansol dan Hye Mi memperhatikan Yeo Han. Suasana ruang kelas mendadak senyap, karena semua penghuninya memilih membisu sementara.

Sungguh tak diduga, memang tak terdengar ada suara kaki di luar kelas mereka. Namun kondisi itu hanya sementara, sampai akhirnya dari ujung tangga terdengar suara langkah yang mendekat.Yeo Han mengangkat telinganya dari dinginnya lantai, kemudian ia mengintip pemandangan dari luar, di balik celah kursi yang ditumpuk.

Pintu tampak didorong hingga menggerakkan beberapa kursi dan meja. Tidak ada yang mau berbicara, semuanya memperhatikan pada tumpukan barang-barang itu.

''Ha ll-o?'' suara rendah yang mencuat dari balik pintu, tidak begitu jelas. Sampai suara kedua kembali terdengar dan kini suara itu dapat digolongkan sebagai suara seorang pria dewasa.

''Apa ada orang di dalam?''