Chereads / Mimpi di Istana Dingin / Chapter 9 - #9 : Perhatian Kaisar

Chapter 9 - #9 : Perhatian Kaisar

Bai Qingwu berjalan tidak jelas di depan aula, saat ini Kaisar sedang mengadakan pertemuan penting dengan Kaisar dari kerajaan lain, ia tahu dengan statusnya ia tidak bisa menginterupsi pertemuan penting itu. Tapi ia juga tahu bagaimana Kaisar melindungi Selir yang selalu ia benci itu. Saat ini ia berada dalam dilema yang luar biasa besar.

Berbagai pemikiran merasuki otak Bai Qingwu, tanpa bisa dicegah ia mulai memikirkan berbagai kemungkinan, salah satunya seperti 'jika Selir Meng tidak selamat, akankah Kaisar membunuhnya karena telah menghalangi saat terakhir gadis itu bersama sang Kaisar?'. Pemikiran seperti membuat Bai Qingwu semakin tidak tenang. Tapi ia sendiri juga tidak bisa berhenti berpikir berlebihan.

Setelah berjam - jam berlalu dengan kegelisahannya sendiri, akhirnya pertemuan di dalam ruangan itu tampak menemui akhirnya. Pintu aula istana terbuka dan Feng Xin bersama Kaisar Xi Liang keluar. Bai Qingwu membungkuk sopan pada kedua Kaisar itu, postur sopan nya itu sangat berbanding terbalik dengan hatinya yang sudah siap untuk meledak. Ketika Kaisar Xi Liang akhirnya berpamitan dan pergi ke kediaman yang disiapkan untuknya, Bai Qingwu nyaris meneriakkan kegelisahan yang ia tahan dari tadi pada Feng Xin.

"Ada apa? Kau terlihat gelisah?" Tanya Feng Xin melirik Bai Qingwu yang terlihat tidak tenang.

"Yang Mulia, Selir Meng keracunan!" Seru Bai Qingwu

Untuk pertama kalinya, Feng Xin merasa jantungnya berhenti. Ia menatap pengawal di depannya itu dengan tatapan dari berbagai macam emosi. Rasa tidak percaya dan rasa takut menjalari hatinya, membuat pikirannya tidak bisa tenang. Untuk pertama kalinya, Feng Xin merasa pikirannya berantakan, hingga ia sendiri tidak bisa membenarkan pikirannya, "Kita ke Istana Dingin sekarang!" Serunya

Tanpa perkataan lebih lanjut, dua orang itu segera melangkah pergi ke Istana Dingin.

Untuk pertama kalinya Istana Dingin diwarnai keributan, sejumlah pelayan berjalan kesana-kemari membawa peralatan dan juga bahan - bahan yang diperintahkan, beberapa tabib tampak berdiskusi di sekitar ranjang Meng Yue. Gadis itu sendiri tampak tertutup oleh banyaknya tabib yang mengelilingi dirinya. Feng Xin merasa

"Bai Qingwu, sepanjang malam ini Meng Yue ada di sampingku, bagaimana bisa dia keracunan setelah keluar dari ruangan?" Tanya Feng Xin dingin. Seluruh aura kemarahan memancar dari dirinya, hingga tak seorang pun berani mendekatinya.

"Yang Mulia, teh yang disajikan pada anda hari ini beracun. Saya juga tidak terlalu jelas bagaimana kejadiannya, tapi saya tebak, Selir Meng meminum teh beracun itu."

Mata Feng Xin menjadi kelam oleh kemarahan. Jadi, itu alasan Meng Yue mengambil tehnya tadi? Karena gadis itu mengetahui ada racun di tehnya? Sesuatu dalan diri Feng Xin mendidih, ia merasa sangat marah.

"Bai Qingwu, selidiki hal ini sampai tuntas!" Perintah Feng Xin dengan nada dingin.

"Baik Yang Mulia!" Seru Bai Qingwu, tanpa perlu diperintah dua kali ia segera melangkah keluar.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Feng Xin cemas

"Menjawab Yang Mulia, sekarang racun Selir Meng sudah berhasil dikeluarkan. Kami juga sudah mendetoksifikasi racun itu. Tapi, itu adalah racun tingkat tinggi, jadi meski sudah berhasil dikeluarkan, racun itu tetap membuat tubuh Selir Meng menjadi lemah. Selir Meng harus istirahat total setidaknya dua minggu ke depan untuk mengembalikan stabilitas tubuhnya."

"Tapi, racun apa yang menginfeksi Meng Yue?"

"Yang Mulia, ini adalah racun ular. Racun ini dibuat dari berbagai bisa ular yang dikumpulkan menjadi satu. Biasanya, racun ini bisa membunuh seseorang kurang dari satu jam. Untunglah, Selir Meng mendapatkan pengobatan dengan cepat hingga nyawanya bisa terselamatkan."

Feng Xin hanya mengangguk, "Apakah kalian sudah selesai mengobatinya?"

"Ya, Yang Mulia. Tabib rendahan ini sudah selesai mengobati Selir Meng."

"Kalau begitu kalian bisa pergi!" Perintah Feng Xin

Setelah semua orang pergi, barulah Feng Xin bisa melihat keadaan Meng Yue yang sebenarnya. Di atas ranjang itu, Meng Yue tampak mengerikan, seluruh tubuhnya pucat, tapi bagian bibir, dagu, dan lehernya dipenuhi dengan darah yang telah mengering. Secara alami tangan Feng Xin terulur untuk menggenggam tangan Meng Yue, matanya dipenuhi kelembutan yang nyaris tak pernah dilihat oleh siapapun.

"Aku selalu percaya bahwa kau mendekatiku hanya untuk membalas dendam, Meng Yue. Apapun yang kau lakukan, bagiku itu hanyalah bagian dari rencana mu yang masih belum kau bongkar. Tapi ... Hari itu di Perburuan Musim Gugur kau mempertaruhkan hidupmu untuk menyelamatkanku, dan hari ini kau juga mempertaruhkan nyawamu untuk menyelamatkanku. Kenapa kau harus melakukan itu? Kenapa tidak kau biarkan saja aku meminum racun itu? Dengan begitu aku bisa membencimu tanpa ragu....

Kau adalah putri dari pembunuh orang tuaku, Meng Yue. Dari seluruh orang di dunia ini, kau adalah orang yang seharusnya ku benci. Tapi semua yang kau lakukan untukku ... Itu selalu membuat hatiku tergerak."

Selama beberapa saat Feng Xin menggenggam tangan lemah Meng Yue seraya membiarkan pikirannya berkelana, kemudian ketika malam sudah semakin meninggi, Feng Xin akhirnya melepaskan tangan Meng Yue lalu mengusap rambutnya dengan lembut. Sebuah senyum yang jarang terlihat di wajahnya, mulai terbentuk di dalam kegelapan Istana Dingin itu, "Cepatlah sembuh, Meng Yue." Bisik nya pelan

Feng Xin kemudian berjalan keluar dari kamar Meng Yue dan kembali ke kediamannya sendiri.

*

Malam itu badai salju turun menerpa istana, membuat semua aktivitas di sekitar istana nyaris terhenti. Feng Xin berdiri di depan pintu istana nya, mengawasi salju yang terus turun. Untuk pertama kalinya, hatinya gelisah. Dan untuk pertama kalinya hatinya gelisah karena seorang gadis. Bagaimana keadaan Meng Yue sekarang? Badai salju sangat dingin, bisakah gadis itu melewati malam ini dengan baik? Ia sudah memerintahkan nyaris tiga puluh pelayan wanita untuk menjaga gadis itu harusnya itu tidak apa - apa kan? Semakin Feng Xin memikirkannya semakin ia gelisah. Tapi ia juga tak kunjung bergerak dari kediamannya atau mengutus seseorang mengawasi keadaan gadis itu. Feng Xin tahu, sebagian dari dirinya sudah jatuh kepada gadis itu, tapi sebagian dari dirinya juga menolak mempercayai hal itu. Ia tidak mau orang melihatnya terlalu memanjakan gadis itu.

Akhirnya, Feng Xin kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu depan. Menutup pikirannya tentang gadis itu malam ini.