"Yang Mulia, tolong pikirkan dua kali. Ini bisa saja jebakan!" Seru salah satu pengawal
Feng Xin hanya mendengarkan hal itu dengan wajah dingin, ekspresi sekeras batu. Tak berubah sedikitpun.
"Benar, Yang Mulia. Bagaimana jika ini adalah perangkap yang disiapkan Jenderal Meng untuk menangkap anda?"
"Yang Mulia, maafkan saya jika saya mengangkat hal ini. Tapi sangat aneh jika mereka menangkap Selir Meng. Di luar istana, tidak ada yang mengetahui bagaimana dekatnya anda dengan Selir Meng. Semua orang mengetahui bahwa anda membenci Selir Meng. Tidakkah itu aneh jika mereka membawa Selir Meng? Seharusnya, jika mereka memang ingin mengancam anda dengan membawa selir anda, mereka harusnya menculik Putri Zhu. Membawa Selir Meng, itu hanyalah kesia - siaan."
"Saya setuju Yang Mulia, ini sudah jelas jebakan dari Jenderal Meng untuk membahayakan nyawa anda."
"Benar Yang Mulia, siapa lagi yang bisa mengetahui bahwa malam ini anda akan keluar istana jika bukan Selir Meng sendiri yang memberi tahu?"
"Yang Mulia, jika anda mengingat lagi, bukankah Selir Meng pernah pergi dari Istana Dingin dulu?"
Feng Xin menatap semua pengawal itu dengan tatapan dingin.
"Bai Qingwu, kau tidak ikut memberikan saran?" Tanya Feng Xin dengan nada dingin.
Bai Qingwu terdiam. Untuk beberapa saat ia hanya membiarkan kesunyian memenuhi tempat itu. "Yang Mulia, saya sarankan agar anda membawa semua pasukan menyerang tempat Selir Meng diculik." Katanya dengan nada pelan.
Feng Xin menyunggingkan sebuah senyum sinis, "Kau mengetahui sesuatu di belakangku, Bai Qingwu." Katanya dingin, tapi ia tak menanyakan lebih lanjut.
"Yang Mulia! Yang Mulia!" Seru seorang wanita dengan nada ribut.
"Biarkan dia masuk!"
"Yang Mulia, tadi Selir Meng meminta bertemu dengan Putri. Dan ... dan ketika Putri kembali, saya ... saya melihat ada darah di leher Putri! Begitu dia kembali, Putri sangat pucat ketakutan! Saya ... Saya takut Selir Meng telah mengancam Putri."
Feng Xin mendesah kesal, "Jemput Chen Zhuyu dan masukkan dia ke penjara."
Pelayan itu menatap Feng Xin dengan tatapan tak percaya, "Yang Mulia!" Serunya
"Kurung juga semua pelayannya." Tambah Feng Xin
Ia melambaikan tangannya untuk menegaskan perintahnya. Pelayan itu segera ditarik paksa oleh salah satu prajurit sementara ia terus meronta dan menjerit. Beberapa prajurit itu juga melangkah pergi melaksanakan perintah Feng Xin.
"Sudah diputuskan, aku akan membawa seluruh pasukan infanteri dan juga kavaleri menyerang penculik Meng Yue. Besok malam, kita akan pergi."
*
Feng Xin datang sesuai yang telah dijanjikan. Ia membawa ribuan pasukan di belakangnya. Siap bertarung sampai mati demi merebutkan Meng Yue kembali. Tapi siapa sangka, setibanya di sana ia menemukan pemandangan yang sama sekali berbeda dari dugaannya.
Ruangan itu tampak sangat kacau, puluhan mayat tergeletak tak bernyawa di atas lantai. Percikan darah terlihat di semua dinding, sedang di lantai, darah telah membentuk genangan, seluruh tempat ini telah tertutup oleh warna merah darah juga gunungan mayat. Dan di tengah - tengah semua itu, Meng Yue berdiri dengan pedangnya.
Gadis itu tampak sangat cantik juga sangat menakutkan sekarang. Rambutnya tergerai bebas di punggungnya, hanfu nya merah karena darah dari semua orang, matanya yang hitam terlihat sangat dingin, seluruh wajahnya yang pucat tak menggambarkan apapun, seakan ia hanyalah tubuh tak bernyawa. Dibawah sinar bulan, Meng Yue tampak seperti dewi kematian. Menyeramkan, tapi dalam beberapa pandangan, juga sangat mempesona.
Di sisi lain, Feng Xin mengamati Meng Yue dengan pemikiran berbeda dari orang lain. Ia melihat bagaimana Meng Yue memegang pedang berlumuran darah itu dengan mantap, sama sekali tak ada keraguan di tangannya. Tanda dari seorang yang sudah terlatih memegang pedang sejak kecil. Lalu pandangannya beralih pada semua mayat yang tergelatak di lantai, semuanya mati karena tusukan fatal dari pedang. Itu menunjukkan bahwa penyerangnya hanya memerlukan sekali tebasan untuk menghabisi puluhan orang ini. Dan kemudian, tatapan Feng Xin berakhir ke tubuh Meng Yue, ada sejumlah robekan di hanfu bagian lengan, punggung dan kakinya, tanda gadis itu bisa menepis ayunan pedang orang lain agar tak melukai organ pentingnya.
Pada saat itulah Feng Xin menyadari, Meng Yue bukanlah seorang yang amatir. Sebaliknya, Meng Yue adalah seorang pembunuh yang sangat ahli. Ia memiliki kemampuan yang nyaris setara dengan sang Kaisar sendiri. Tapi memangnya apa yang mengejutkan? Jika dipikir lagi, hal ini sangatlah masuk akal. Mengingat Meng Yue adalah putri dari jenderal terkuat di negeri ini. Cara dia berakting seakan ia adalah gadis lemah yang tak memiliki kekuatan untuk mengikat seekor ayam lah yang harus diapresiasi. Ia berhasil menipu semua orang, tak terkecuali sang Kaisar sendiri, dengan aktingnya itu.
"Meng Yue...." Panggil Feng Xin
Perlahan tatapan Meng Yue bergeser, matanya yang sangat dingin itu terpaku pada Feng Xin. Sama sekali tak ada emosi di matanya, seolah ia tak pernah mengenal Feng Xin. Lalu, Meng Yue melangkah menyebrangi lautan mayat itu menuju Feng Xin, darah terus menetes dari pedangnya selagi ia melangkah, tak ada kejijikan di wajahnya meski yang ia lewati adalah darah dari semua orang juga mayat – mayat yang masih membuka matanya lebar. Puluhan prajurit segera membentuk barikade untuk melindungi Feng Xin dari segala arah. Tapi baik Feng Xin maupun Meng Yue, tak ada yang terganggu dengan hal itu. Mereka terus bertatapan dingin seakan hanya ada mereka berdua di dunia ini.
"Feng Xin, kau disini...." Kata Meng Yue, suaranya sedingin es. Sama sekali tidak terkejut apalagi bahagia dengan kehadiran Feng Xin.
"Aku ingin menyelamatkanmu." Sahut Feng Xin
Mendengar itu, Meng Yue tertegun. Perlahan - lahan, sinar hangat segera terpancar di matanya. Senyum bodohnya yang sangat dikenal Feng Xin, mulai terlukis lagi di wajahnya. Terlepas dari betapa mengerikannya penampilan Meng Yue saat ini, Feng Xin bisa mengatakan bahwa ini adalah Meng Yue miliknya. Meng Yue bodoh yang hanya mengetahui satu hal, mencintainya.
"Semuanya sudah berakhir, Feng Xin." Kata Meng Yue dengan nada sedih. Ia berhenti di depan barikade yang menghalangi Feng Xin darinya.
"Apa maksudmu?" Tanya Feng Xin, seperti biasa, ia berbicara dengan nada dingin tanpa emosi.
Meng Yue menarik napas dan kemudian tersenyum, "Semua yang mengancam hidupmu, semuanya sudah mati."
"Apa yang terjadi disini, Meng Yue?" Tanya Feng Xin lagi.
Mendengar itu Meng Yue tertawa, seakan Feng Xin baru saja menyebutkan satu lelucon alih - alih meminta penjelasan. "Apa yang terjadi disini? Apa yang terjadi disini hanyalah akhir dari semua kejadian yang menimpa kita. Tapi daripada mengetahui akhirnya, tidakkah kau ingin tahu apa yang sebenarnya menjadi awal mulanya?"
"Kau bisa mengatakannya padaku."
Meng Yue menghela napas kemudian tersenyum, "Feng Xin, apa kau tahu? Sebelum kau kembali ke kerajaan ini, istana sedang berada dalam kekacauan. Pamanmu--Feng Mian, atau Kangwang Dianxia(1)--berusaha mengambil alih takhta ayahmu. Hanya orang - orang di istana dan prajurit militer yang mengetahui hal ini. Sedang rakyat dan bahkan para pejabat sekali pun, sama sekali tak mengetahuinya. Hal itu dilakukan agar rakyat tak terpecah dan tetap memihak pada kerajaan. Namun, semua orang tetap saja waspada akan penyerangan dari Kangwang Dianxia. Terutama ayahku.
Kemudian, ayahku melakukan penyelidikan diam - diam pada Kangwang Dianxia untuk mendapat informasi, dan akhirnya ia mengetahui bahwa Kangwang telah bekerja sama dengan Kerajaan Xi Liang untuk menggulingkan ayahmu.
Pada hari peperangan itu, ayahku baru saja mendapat informasi tentang markas milik prajurit rahasia Kangwang Dianxia. Ia bergegas pergi ke sana untuk menyelidiki markas pribadi milik Kangwang. Tapi siapa yang tahu, ketika ia pergi ke sana markas itu telah kosong. Kangwang telah membawa pasukannya menuju istana. Ayahku bergegas kembali ke ibukota, memanggil semua pasukannya dan pasukan rahasia yang dipercayakan mendiang Kaisar pada ayahku, kemudian mengarahkan mereka semua menuju istana.
Sayangnya itu sudah terlambat, mendiang Kaisar telah mati di tangan Kangwang karena pasukan milik mendiang Kaisar kalah jumlah. Kangwang menang telak. Untuk memastikan kemenangannya, ia juga sudah mengirim pasukan untuk membunuhmu.
Ketika ayahku sampai di istana, semuanya sudah terlambat. Mendiang Kaisar telah tiada dan Kangwang sudah duduk di atas singgasana. Bagi ayahku, takhta itu tidak pantas untuk Kangwang, karena Putra Mahkota masih ada. Tapi Kangwang tentu saja tak mau menyerah saat ia sudah menang. Maka pertempuran berlanjut sekali lagi. Hanya saja kali ini, pertarungan itu seimbang.
Ayah mendapat keuntungan karena pasukannya baru saja turun ke pertempuran dan semangat membunuh mereka masih sangat membara. Sedangkan pasukan Kangwang, mereka sudah kelelahan karena melewati beberapa pertarungan dalam satu malam. Akhirnya, malam itu Kangwang terluka berat di tangan ayahku.
Pada awalnya, ayahku ingin memberitahumu secara langsung semua kejadian ini. Kemudian mengawalmu kembali ke ibukota untuk menjadikanmu Kaisar. Sayangnya, kau telah kembali, jauh lebih cepat dari yang dijadwalkan. Dan begitu kau mendengar bahwa ayah dan pamanmu kehilangan nyawa di istana dengan hanya Jenderal Meng beserta anak buahnya yang ada di sana, kau segera mengambil kesimpulan bahwa ayahku lah yang berniat memberontak."
Meng Yue tersenyum, "Aku tidak akan menyalahkan mu, Feng Xin. Bagaimana pun yang meninggal itu adalah kedua orang tuamu, dan satu - satunya penjelasan yang masuk akal bagimu adalah ayahku yang membunuh ayahmu. Tentu saja kau akan segera menyalahkan ayahku tanpa menyelidiki lebih dulu. Kau segera memerintahkan pasukan mu menangkap ayahku beserta pasukannya. Tapi ayahku juga bukanlah orang yang mudah, dia bersedia mati demi negaranya tapi ia tidak bersedia mati sebagai pengkhianat. Maka ayahku lebih memilih pergi bersama seluruh pasukannya--juga aku dan ibuku--untuk melindungi hidupnya sendiri. Dan seperti yang kau tahu, hanya aku yang tidak berhasil kabur. Tapi jujur saja Feng Xin, aku bersedia di tangkap olehmu hanya untuk bisa mengalihkan perhatian pasukan mu, karena malam itu ayahku dan pasukannya sangat nyaris tertangkap olehmu."
Meng Yue menatap Feng Xin dalam, "Setelah itu, kau mendapatkan ku. Kau memenjarakan ku, menyiksaku lalu menikahi ku hanya untuk mempermalukan aku. Pada awalnya, aku tidak sebaik itu untuk menerima semuanya begitu saja. Aku telah merencanakan berbagai cara untuk membunuhmu. Karena aku tahu, ayahku saat itu sedang mencari bukti untuk menyatakan bahwa ia tidak bersalah, tapi itu juga bukan hal mudah karena ini menyangkut keterlibatan Kaisar dari kerajaan lain. Mencari bukti yang bisa meyakinkanmu, itu nyaris tidak mungkin. Atas alasan itulah aku ingin membunuhmu. Karena dilihat bagaimanapun Feng Xin, aku dan seluruh keluargaku tidak akan bisa hidup jika kau masih hidup.
Tapi kemudian, sesuatu terjadi. Aku jatuh cinta padamu. Di hari kau menggenggam tanganku dan menatap mataku dengan penuh kecemasan, di hari kau menggendongku saat aku terkena panah dan memperlakukanku dengan sangat baik, aku telah menyerahkan seluruh hidupku padamu. Kau selalu bersikap dingin, tapi saat aku terluka, kau memperhatikanku dengan perhatian yang tak pernah aku lihat dari siapapun di dunia ini.
Saat itulah aku merubah rencanaku. Aku ingin membuatmu jatuh cinta lalu mengorbankan hidupku untuk menyelamatkanmu. Hanya dengan begitu, semuanya bisa berakhir baik. Jika kau tidak mati, maka hidup keluargaku akan terancam. Tapi jika kau tetap hidup, maka keluargaku mungkin akan berbalik menyerangmu. Maka kupikir, itu adalah yang terbaik. Aku saja yang mengambil nyawaku untuk menyelamatkan semua orang. Dengan aku mati, ayahku tidak akan punya ambisi lagi untuk mengejarmu. Dan jika aku mati...." Meng Yue terdiam lalu perlahan matanya dipenuhi air mata, ".... Aku percaya kau akan memaafkan keluargaku."
Sinar bulan bersinar cerah dari atas jendela, Meng Yue berbalik, kaki telanjangnya berjalan dengan santai di atas genangan darah, hanfu mewahnya menyapu tubuh mayat - mayat di lantai. Ia kembali berdiri di tempat tadi.
"Satu tahun bersamamu adalah waktu yang sangat indah, Feng Xin. Aku menghargai semua waktu itu. Terutama pada malam ketika kau berkata kau mencintaiku." Meng Yue tersenyum sementara air mata berjatuhan di pipinya, dari lengan bajunya ia mengambil sebuah pisau tajam lalu mengarahkannya ke dadanya, "Bahkan jika aku tahu mencintaimu berarti menyambut kematian, aku tidak akan pernah menyesal mencintaimu, Feng Xin. Pada kehidupan ini, aku telah mengejarmu dengan segala usahaku. Di kehidupan selanjutnya, kuharap kaulah yang mengejarku. Aku ingin bisa merasakan bagaimana rasanya diinginkan olehmu."
Meng Yue mengarahkan pisau itu untuk menusuk dadanya, tapi pisau itu hanya sempat menggores sedikit bajunya karena pada saat yang sama Feng Xin melemparkan belatinya ke pisau di tangan Meng Yue agar gadis itu melonggarkan pegangannya pada pisau tersebut. Namun, hal itu tidak mengubah banyak hal. Karena Meng Yue tetap saja jatuh ke lantai. Hanfu merahnya berkibar di antara cahaya bulan, membuatnya terlihat indah juga menyedihkan. Layaknya bunga crimson yang jatuh ke tanah.
"Meng Yue!" Seru Feng Xin, tanpa memikirkan apapun ia segera berlari menerobos pasukan yang mengelilinginya. Tapi pasukan itu tampak tak bergerak meski telah di dorong dengan kuat oleh Feng Xin. Mereka semua layaknya pagar besi yang tak bisa di runtuhkan.
"Yang Mulia, mohon pikirkan dua kali. Ini bisa saja jebakan untuk membunuh anda!"
"Benar Yang Mulia, Selir Meng sama sekali tidak terkena pisau itu, bagaimana mungkin ia bisa terluka?"
"Mohon anda memikirkan hal ini dengan bijaksana, Yang Mulia!"
Para prajurit itu berkata satu demi satu. Tapi Feng Xin hanya menatap mereka dengan tatapan sedingin es, "Apa kalian berani memerintahku sekarang? Akulah Kaisar! Kalian yang harus mendengar perintahku." Katanya dingin
Tapi pasukan itu juga tampak tak bergeming.
"Aku tidak akan segan - segan membunuh kalian satu demi satu jika kalian tidak juga mundur." Lanjut Feng Xin. Kali ini ia benar – benar menarik pedangnya.
Setelah itu, barulah pasukan itu membuka jalan untuk Feng Xin. Melihat itu, segera saja Feng Xin berlari menuju Meng Yue yang terbaring di lantai.
"Meng Yue!" Seru Feng Xin, tangannya menepuk lembut pipi gadis itu.
Tapi Meng Yue tak bergeming. Feng Xin mengerutkan dahinya begitu ia merasakan tangan gadis itu mulai dingin. Apa yang terjadi? Bukankah gadis ini sama sekali tak menusukkan pisau itu tadi? Lalu kenapa ia tampak sangat lemah? Feng Xin menunduk untuk melihat keseluruhan tubuh gadis itu, dan segera saja ia menyadari segalanya.
Meng Yue bukannya tidak terluka, ia terluka di banyak tempat. Hanfu penuh darah di tubuhnya itu ternyata berasal dari darahnya sendiri dan bukannya darah orang lain. Sejak tadi, Meng Yue berbicara semua omong kosong itu hanya agar bisa mengulur waktu, untuk memastikan kematiannya. Karena semua luka yang ada di tubuh Meng Yue tak ada satupun yang melukai organ vitalnya. Tapi semua luka itu terlalu banyak dan dalam, jika dibiarkan, ia mungkin saja kehabisan darah karena semua luka itu.
"Kita kembali ke istana sekarang!" Seru Feng Xin dingin. Ia segera mengambil Meng Yue ke dalam pelukannya lalu membawanya ke kereta yang terparkir manis di luar.
Di dalam kereta, Feng Xin membaringkan tubuh Meng Yue di atas tempat duduk yang ada di kereta tersebut. Dengan hati - hati, ia melepaskan setiap lapis hanfu gadis itu dari tubuhnya. Hingga seluruh tubuh gadis itu terlihat jelas di depan matanya.
Tubuh Meng Yue benar - benar terluka parah. Nyaris seluruh tubuhnya terkena sayatan pedang. Semua luka itu cukup lebar dan dalam, darah tidak berhenti mengalir dari semua lukanya itu. Feng Xin segera melepas jubah luarnya, ia kemudian merobek setiap inci jubahnya lalu melingkarkan kain robekannya ke luka Meng Yue. Wajah gadis itu sudah sangat pucat, jika ia harus kehilangan lebih banyak darah lagi, hanya keajaiban yang bisa membuatnya tetap hidup. Dan tentu saja Feng Xin tak akan membiarkan gadis ini mati begitu saja.
Feng Xin terus membalut luka gadis itu hingga jubah luarnya menjadi sebuah kain yang tak berbentuk baju lagi. Setelah selesai menutup semua luka Meng Yue, Feng Xin kembali memakaikan hanfu pada gadis itu. Ia kemudian menatap cemas pada gadis di depannya itu.
"Meng Yue? Meng Yue kau bisa mendengarku?" Feng Xin membelai pipi Meng Yue lembut. "Bertahanlah, oke? Aku ... Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau berani meninggalkanku." Bisik nya dengan nada mengancam, seolah hal itu bisa membangunkan Meng Yue secara ajaib.
Mendengar detak jantung dan denyut nadi Meng Yue yang tampak tidak stabil, Feng Xin merasa hidupnya juga ikut terombang - ambing bersamanya. Untuk pertama kalinya ia merasa takut. Ia sangat takut hingga rasanya ia bisa menemani gadis itu ke dalam kematian juga seandainya ia tak bisa selamat.
Pikiran Feng Xin bergerak ke dalam kekacauan. Mendadak saja ia bisa mengingat segala hal yang Meng Yue lakukan untuknya. Selama berbulan - bulan, ia mengabaikan Meng Yue dan bahkan tidak mengizinkan satu orangpun berbicara padanya, namun ketika nyawanya terancam di Perburuan Musim Gugur, Meng Yue lah yang pertama kali meresiko kan hidupnya untuk menyelamatkannya. Setelah hari itu, ia bahkan tidak memikirkan betapa Meng Yue telah berkorban besar untuknya. Begitu mereka kembali ke istana, ia membuat Meng Yue berada dalam kesedihan dengan membawa gadis lain ke istana. Dan Meng Yue? Ia hanya merasa cemburu namun tak melakukan apapun untuk membalasnya. Sudah begitu, ketika ada yang berniat meracuninya di pesta perjamuan, Meng Yue tanpa berpikir panjang mempertaruhkan nyawanya lagi hanya demi reputasinya. Feng Xin baru berhasil membalas Meng Yue dengan kebahagiaan kecil yang ia berikan malam itu, tapi sekali lagi gadis itu bahkan tak meminta lebih. Sekali lagi ia mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya.
Bagaimana bisa ada cinta sebesar itu? Feng Xin merasakan hatinya tercabik oleh rasa sakit. Gadis itu selalu melindunginya dibalik senyum bodohnya itu, tapi dirinya bahkan belum sempat membalas kebaikan itu. Selama ini ia selalu memperlakukan gadis itu dengan sikap dingin.
"Aku berhutang banyak hal padamu, Meng Yue. Jadi, kau tidak diizinkan pergi sebelum aku melunasi segalanya...." Feng Xin menundukkan kepalanya di tangan Meng Yue dan perlahan hancur dalam tangisan permohonan di hadapan gadis itu, "Apapun yang kau inginkan ... Asalkan kau hidup ... Aku akan melakukan segalanya untukmu, Meng Yue. Jadi kumohon, tetaplah hidup." Lirihnya
Tapi nihil, tak ada pergerakan apapun dari Meng Yue. Gadis itu tetap tertidur tanpa ada tanda - tanda akan bangun. Akhirnya, Feng Xin merasa lelah sendiri. Ia bangkit dari posisinya tadi, lalu duduk di samping Meng Yue yang sedang berbaring, ia kemudian meletakkan kepala gadis itu di pahanya. Tangannya menggenggam tangan gadis itu erat. Tangan gadis itu sangat dingin, Feng Xin sampai meletakkan tangannya di pergelangan gadis itu untuk mendengarkan bunyi denyut nadinya yang lemah. Setidaknya, dengan pengetahuan bahwa gadis ini masih hidup, ia bisa sedikit lebih tenang.
Feng Xin meletakkan kembali tangan Meng Yue, lalu membelai rambutnya lembut. "Baiklah, lakukan apapun yang kau mau. Aku akan menemanimu dalam setiap pilihan itu. Bahkan jika kau memilih kematian, aku juga akan menemanimu." Bisik Feng Xin lembut
Kereta kuda itu terus berjalan membelah malam dengan kecepatan yang di atas rata - rata. Malam berlalu dengan sangat lambat. Dan kedua orang yang sedang berada dalam gerbong itu, tampak sudah sepakat untuk memilih kehidupan dan kematian bersama.
*
Sebelum matahari terbit di ufuk timur, kereta kuda yang ditumpangi Feng Xin dan Meng Yue berhasil sampai di depan kediaman milik sang Kaisar dengan aman. Feng Xin nyaris kehilangan kewarasannya begitu ia melihat istana yang akrab. Ia segera menggendong Meng Yue dan memerintahkan siapapun yang bisa ia temui untuk memanggil tabib. Feng Xin sendiri segera menggendong Meng Yue masuk ke dalam kediamannya dan meletakkan gadis itu di ranjangnya. Menunggu dengan cemas kedatangan para tabib.
Ketika para tabib datang dengan wajah cemas, Feng Xin segera menjelaskan semuanya dengan terburu – buru. Kemudian ia melangkah mundur untuk membiarkan para tabib itu memeriksa Meng Yue. Berjam – jam yang seperti selamanya menyiksa Feng Xin. Ia merasa tenang karena akhirnya Meng Yue berada di bawah penanganan yang tepat, tapi ia juga takut jika penantian ini hanya akan berakhir menyedihkan. Nyaris sepanjang waktu, Feng Xin hanya berjalan tidak jelas di depan pintu kamarnya sendiri.
Begitu matahari bersinar cerah, barulah para tabib itu selesai dengan tugas mereka. Semua tabib itu tampak berdiskusi sebentar, lalu sang kepala tabib bergegas menghampiri Feng Xin.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Feng Xin panik.
"Yang Mulia, luka Selir Meng telah dibiarkan terlalu lama beberapa luka di tubuhnya menyebabkan iritasi. Lalu, ia juga kehilangan terlalu banyak darah. Saya sudah membuatkan resep untuk menambah darahnya. Tapi ... Dalam hal ini, saya tidak yakin ini bisa berhasil."
"Apa maksudmu kau tidak bisa menyelamatkan Meng Yue?" Tanya Feng Xin dingin.
"Saya tidak berani memastikan hal itu, Yang Mulia. Semuanya tergantung Selir Meng, jika tubuhnya cukup kuat untuk bertahan, dia akan hidup. Tapi jika tidak...."
"Tidak perlu mengatakannya!" Potong Feng Xin tajam, "Kalian semua pergilah." Lanjutnya lagi
Feng Xin melihat ke arah Meng Yue, lalu berjalan mendekati gadis itu. Ia menggenggam tangan gadis itu lembut, kemudian menyusurkan tangannya untuk merasakan nadi gadis itu. Ia baru bisa menghela napas setelah mendapatkan denyut nadinya masih berdenyut.
"Meng Yue, kau berkata kau akan membuatku jatuh cinta begitu bunga persik bermekaran. Sekarang bunga persik telah bermekaran dan aku telah mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Tidakkah kau ingin bangun dan melihat segalanya?" Bisiknya lembut.
"Selama ini kau selalu mendengarkanku bukan? Apapun yang aku perintahkan, kau akan melakukannya tanpa berpikir dua kali. Kali ini aku memerintahkanmu untuk bertahan, Meng Yue. Bertahanlah. Jangan pernah memikirkan untuk meninggalkanku dalam keadaan apapun."
Feng Xin hanya bisa menggenggam tangan Meng Yue lebih erat ketika angin berhembus dan gadis itu tak kunjung membuka matanya.
______________________________________
(1) Kangwang adalah gelar kehormatan dari Feng Mian, pamannya Feng Xin. Ia diberi gelar 'Wang' yang berarti Raja kecil. Dalam padanan bahasa Indonesia, gelarnya bisa disamakan dengan Pangeran Adipati. Sedangkan Dianxia berarti Yang Mulia, tapi kata ini hanya berlaku untuk para pangeran.