Semuanya telah berakhir hari ini. Di pengadilan yang digelar oleh Feng Xin di Aula Istana dengan disaksikan oleh semua pejabat negara dan semua perwakilan dari kemiliteran. Chen Zhuyu menyatakan kesalahannya juga kesalahan ayahnya yang telah terlibat dalam pembunuhan mendiang Kaisar. Jenderal Meng juga dihadirkan dalam sidang hari ini. Ia membawa bukti berupa surat perjanjian antara Kaisar Xi Liang dan Kangwang.
Tak ada satupun orang yang berani meragukan bukti konkret ini. Semuanya bukti mengarah pada orang yang sama dan tak ada kejanggalan apapun. Surat perjanjian yang dibawa Jenderal Meng sudah di verifikasi cap yang ada di surat itu memang segel milik Kangwang yang tak bisa digunakan oleh siapapun selain Kangwang dan bahkan jika ada yang berani menyabotase segel milik Kangwang, bagaimana dengan segel milik Kaisar Xi Liang? Cap itu terbukti asli. Tak mungkin ada yang bisa menyabotase cap itu. Di sisi lain, Chen Zhuyu juga melakukan pengakuan ini dengan perkataan bahwa ia selalu dihantui rasa bersalah. Bagaimana orang bisa meragukannya? Chen Zhuyu tak memiliki luka apapun di tubuhnya, ia tak mungkin sedang dalam keadaan terancam sekarang. Terlebih, mengakui ini hanya berarti merusak masa depannya sendiri. Untuk apa Chen Zhuyu berbohong pada hal yang merugikan dirinya sendiri?
Tanpa ragu, semua orang percaya bahwa Jenderal Meng tak bersalah, dan dengan begitu namanya dibersihkan oleh Feng Xin. Ia juga menerima kembali surat pengangkatan menjadi Jenderal negeri ini. Sedang untuk Chen Zhuyu, semua orang sepakat bahwa satu – satunya hukuman yang pantas untuk gadis itu adalah dikembalikan ke negara asalnya. Karena bagaimanapun ia adalah seorang Putri dari negara lain dan masih belum menjadi bagian dari negeri ini. Jadi hukuman terbaik adalah hukuman dari negaranya sendiri.
Dengan begitu, pengadilan hari itu ditutup dan semua masalah telah kembali kepada kebenaran.
Setelah keluar dari aula, Feng Xin segera memerintahkan pasukannya untuk menghentikan semua kegiatan memata – matai Jenderal Meng, lalu mengembalikan semua aset Jenderal Meng yang sempat disita oleh kerajaan, terutama rumah mereka. Ia juga mengizinkan Jenderal Meng dan istrinya menjenguk Meng Yue. Feng Xin sangat berharap itu bisa membangunkan Meng Yue.
Feng Xin sendiri sekarang pergi ke halaman istana. Ia mengantarkan Chen Zhuyu ke halaman istana dan terus menunggu gadis itu selagi para pekerja mengangkut semua barang Chen Zhuyu ke dalam kereta.
"Putri, semua barang sudah masuk. Sudah saatnya kita pergi." Kata salah seorang pelayan
Chen Zhuyu mengangguk mengerti. Ia kemudian berjalan ke arah Feng Xin, berniat berpamitan dengan pemuda itu untuk selamanya, "Feng Xi--"
Dalam gerakan secepat kilat, Feng Xin mendadak mengayunkan pisaunya di wajah Chen Zhuyu. Darah segera merembes di pipi gadis itu. "AHH! Apa yang kau lakukan!?" Jeritnya, ia dengan panik memegang pipinya yang terus mengalirkan darah.
Feng Xin mempersempit jaraknya dengan Chen Zhuyu, kemudian memegang dagu gadis itu dengan cukup erat. Matanya menatap gadis itu dingin, seolah gadis di depannya ini adalah musuhnya, dan bukannya gadis yang pernah ia beri kelembutannya dulu. "Katakan pada ayahmu bahwa ini adalah hadiah dariku. Aku mengetahui kebenarannya dengan sangat jelas. Saat ini aku masih diam hanya karena aku tidak mau dipusingkan dengan hal seperti perang, tapi jika kalian berani bergerak lagi, maka aku tidak akan pernah mengampuni kalian." Katanya dengan nada sedingin es
Usai mengatakan itu, Feng Xin segera mencampakkan Chen Zhuyu begitu saja lalu berbalik dan berjalan pergi. Sebenarnya, pembalasan seperti itu sangat ringan bagi Chen Zhuyu maupun seluruh keluarga kekaisarannya. Bagaimanapun, gadis itu telah meracuni Meng Yue hingga pada tahap Meng Yue berada di antara garis hidup dan mati. Kedua orang tuanya juga, adalah dalang utama dari pembunuhan ayah dan ibunya. Bagaimana bisa luka sekecil itu bisa membalas sakit hatinya? Ia sungguh ingin mencabik - cabik tubuh gadis itu, mendengar lolongannya, dan melihat ratapan kesedihan dari Kaisar dan Permaisuri Xi Liang.
Tapi saat ini Feng Xin masih berpikir dengan rasional. Jika Chen Zhuyu mati disini, peperangan takkan terhindarkan. Feng Xin tak yakin kekuatan militernya cukup untuk peperangan besar seperti itu, dan yang terpenting ia tidak akan bisa fokus dalam peperangan seperti itu jika Meng Yue masih belum sadar. Jadi biarlah seperti itu, setidaknya luka yang dibuat Feng Xin pada wajah Chen Zhuyu cukup dalam. Luka itu tidak akan pernah bisa hilang dari wajahnya, tak perduli bagaimana ia berusaha menyembuhkannya.
Chen Zhuyu adalah seorang Putri, setelah gagal menikah di negara ini karena kasus besar, kerajaan manapun akan berpikir dua kali untuk memberikan lamaran padanya. Sekarang, wajah gadis itu juga sudah cacat. Siapa lagi dari kalangan bangsawan yang ingin memiliki istri seperti itu? Pilihan yang ada di tangan Chen Zhuyu hanyalah sendiri selamanya atau menikahi rakyat biasa. Dan Kaisar Xi Liang, dia tidak akan bisa mengambil keuntungan apapun dari pernikahan putri satu - satunya itu.
Dengan pemikiran itu, Feng Xin berjalan kembali ke Istana Utama dengan perasaan puas. Namun, begitu ia berada di persimpangan antara istananya dan istana tempat tinggal Meng Yue, ia mendengar suara seorang gadis pelayan tiba-tiba berteriak dengan riang dari halaman. "Yang Mulia, Yang Mulia, Selir Meng bangun! Dia bangun!"
Langkah Feng Xin terhenti, ia menatap pelayan wanita itu seakan dia adalah orang asing. Ekspresi wajahnya berganti - ganti antara senang, tidak percaya, takut dan bingung. Segera setelah Feng Xin bisa memfokuskan pikirannya lagi, ia segera berlari masuk ke dalam Istana Utama. Tepatnya ke kamar tempat Meng Yue di rawat.
Di dalam ruangan, Meng Yue baru saja membuka matanya. Kepalanya masih linglung dan berat, anggota tubuhnya lemah seolah dia tidak terhubung dengan anggota tubuhnya itu. Kepalanya berputar bingung, berbagai ingatan bertumpuk di kepalanya, ia sendiri sampai bingung mana yang harus di pikirkan lebih dulu. Pada akhirnya, Meng Yue hanya mengedarkan pandangan ke tempat ia berbaring. Hingga akhirnya sebuah pemikiran muncul di otaknya, dimana tempat ini?
Dia hendak bertanya pada gadis pelayan di samping ketika suara yang familiar berbicara. "Meng Yue, kau akhirnya bangun?" Seru seseorang yang merengsek masuk dengan napas terburu, berlari ke arahnya.
Sayangnya, Meng Yue yang kebingungan tidak menyadari betapa langkanya momen ini. Kapan lagi sang Kaisar kehilangan ketenangannya? Sejak pertama kali ia naik menjadi Kaisar negeri ini, semua memujinya karena ketenangan dan wibawanya. Tapi sekarang, dia bahkan terlihat sangat tidak berwibawa begitu ia berlari dengan sembarangan sepanjang istana. Dengan sangat cepat, wajah tampan Feng Xin muncul di depan matanya. Meng Yue menarik sudut mulutnya menjadi seringai lemah.
Akhirnya kenangan tentang bagaimana ia bisa berakhir disini, muncul secara jelas di otak Meng Yue. Jadi, sekali lagi nyawanya di selamatkan oleh Kaisar ini?
Feng Xin telah mengambil langkah besar untuk sampai ke sini, tetapi sekarang setelah dia tiba dan melihat Meng Yue di tempat tidur, dia tidak yakin apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dia mendadak tampak linglung ketika ia berjalan mendekat dan duduk di samping tempat Meng Yue tidur. Gadis pelayan itu segera menuangkan air hangat sebelum dengan hormat menawarkannya kepada Feng Xin. Dia menerima cangkir itu, tetapi tampak agak bingung sesudahnya.
"Yang Mulia, tabib mengatakan niang niang perlu minum air hangat terlebih dahulu sebelum makan." Gadis pelayan itu berbicara di belakang Feng Xin.
Dia harus diberi air ...
Feng Xin tidak menjawab, tetapi dengan cepat membantu Meng Yue duduk sehingga gadis itu bersandar padanya, sebelum memberi air ke bibirnya. Gerakannya tidak biasa dan di luar praktik, seolah-olah ini adalah pertama kalinya dia merawat pasien. Tetap saja, lengannya kokoh dan penuh dengan kekuatan. Kepala Meng Yue masih pusing dan berat. Setelah tidur selama beberapa hari, dia merasa lapar dan haus. Begitu dia melihat air hangat, dia terbakar oleh ketidaksabaran dan dengan gegabah minum banyak air dalam satu tegukan.
Meng Yue segera batuk karena tenggorokannya yang kering tidak siap menerima air sebanyak itu. Sebenarnya, itu hanya batuk karena tersedak, tapi Feng Xin menatapnya dengan cemas seolah batuk itu bisa membuatnya tiada, "Ada apa? Kau merasa sakit?" Tanyanya panik.
"Tidak... hanya tersedak." Bisik Meng Yue parau. Ia tersenyum tidak berdaya ketika melihat Feng Xin menghembuskan napas lega. Di masa lalu, Meng Yue pernah memiliki pemikiran liar tentang Feng Xin yang kehilangan kendali saat melihatnya terluka. Saat ia membayangkannya, ia merasa itu akan menjadi hari yang paling membahagiakan baginya. Tapi sekarang, setelah melihat pemuda ini begitu rentan padanya, nyatanya itu lebih membuat hatinya sakit daripada bahagia. Meng Yue benar - benar ingin menghiburnya, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Selain itu, saat ini ia tak bisa berbicara banyak karena tenggorokannya sakit setiap kali dipaksakan berbicara. Bagaimana ia bisa menghibur pemuda itu?
"Minumlah perlahan." Bisik Feng Xin lembut, ia meletakkan cangkir itu ke bibir Meng Yue, dan kali ini memastikan hanya sedikit demi sedikit air yang masuk ke mulut gadis itu.
Selesai meneguk secangkir air, Feng Xin kembali meletakkan Meng Yue dengan lembut ke tempat tidur.
"Kau sudah baikan? Apa ada yang kau perlukan?" Tanya Feng Xin antara cemas dan berusaha lembut.
Meng Yue menggeleng, tapi kemudian ia meraih tangan Feng Xin lalu menuliskan sesuatu di atasnya. 'Tenggorokanku sakit, jadi jangan mengajakku bicara.'
Feng Xin menyentuh leher Meng Yue lalu mengusapnya lembut, ia tampak ingin mengatakan sesuatu tapi tepat pada saat itu, seorang tabib datang dengan terburu - buru. Feng Xin hanya meliriknya sekilas kemudian mundur dan mengisyaratkan tabib itu untuk memeriksa Meng Yue.
"Yang Mulia, Selir Meng sudah sadar, masa kritisnya sudah berhasil dilewati. Sekarang, hanya tinggal pemulihan dan Selir Meng akan bisa kembali seperti sedia kala."
"Bagaimana dengan tenggorokannya? Meng Yue bilang tenggorokannya sakit."
"Tidak perlu khawatir, Yang Mulia. Itu bukan masalah besar. Saya akan meresepkan obat untuk membantu penyembuhan Selir Meng."
"Apa ada lagi?"
"Yang Mulia, jika tubuh Selir Meng sudah lebih kuat, saya sarankan agar membawanya berjalan - jalan. Selir Meng sudah terlalu lama berbaring, jika ini diteruskan ... Saya takut itu malah akan membuat cedera pada tulang belakangnya."
"Baik"
Setelah itu, para tabib segera melangkah keluar, sedang di dalam ruangan, Feng Xin menyuapi Meng Yue bubur millet dengan penuh kelembutan. Mereka berdua melewatkan waktu hanya dengan keheningan. Begitu semangkuk bubur itu habis, Meng Yue kembali berbaring di tempat tidurnya. Ia merasa sangat lelah meski baru saja bangun dari tidur panjangnya. Meng Yue menarik tangan Feng Xin kemudian menuliskan 'Bolehkah aku tidur sekarang? Aku sangat lelah.'
Pandangan rumit tercipta di mata Feng Xin saat ia melihat Meng Yue, "Hanya ... Berjanjilah, kali ini kau akan bangun." Katanya akhirnya
Meng Yue tertawa kecil, "Tentu saja...." Bisiknya serak.
Setelah itu, dengan masih berpegangan tangan, Meng Yue perlahan tertidur.