Chereads / Mimpi di Istana Dingin / Chapter 10 - #10 : Perubahan

Chapter 10 - #10 : Perubahan

Esoknya, tepat ketika matahari baru saja bersinar di ufuk timur, Feng Xin sudah melangkah keluar dari kediamannya. Sepanjang malam, ia nyaris tidak bisa tidur karena memikirkan keadaan Meng Yue. Jadi, begitu fajar sudah bersinar dan badai salju berhenti turun, ia tentu saja bergegas pergi ke Istana Dingin. Hatinya tak akan pernah tenang sebelum melihat sendiri keadaan gadis itu.

Namun sesampainya di Istana Dingin, Feng Xin mengernyit ketika melihat para pelayan yang ia tugaskan untuk menjaga Meng Yue malah berkeliaran di halaman depan Istana Dingin. Ia tak tahu apa yang sedang mereka lakukan, tapi kesemuanya tampak sibuk menggali sesuatu di antara salju.

"Umumkan kedatanganku." Kata Feng Xin pada kasim di sampingnya.

Kasim itu mengangguk mengerti, kemudian ia berteriak dengan suara lantang, "Yang Mulia telah tiba!" Serunya.

Para pelayan yang tadinya berhamburan di halaman segera menghentikan semua kegiatannya, mereka semua bergegas menghampiri sang Kaisar untuk memberi penghormatan padanya. "Salam Yang Mulia" Seru mereka sambil membungkuk hormat.

"Apa yang kalian lakukan disini? Bukankah aku menugaskan kalian untuk menjaga Selir Meng?" Tanya Feng Xin dingin

Para pelayan itu tampak berpandangan ketakutan, kemudian salah satu dari mereka maju ke depan dan berbicara dengan nada takut, "Pelayan rendahan ini menjawab Yang Mulia, malam tadi ada badai salju dan Istana Dingin tidak punya cukup kayu bakar untuk menghangatkan tubuh niang niang, jadi kami harus mencari ranting di sekitar sini agar bisa dibakar di perapian." Jelasnya

Feng Xin merasa jantungnya bisa saja berhenti berdetak sekarang, "Bagaimana kondisi Selir Meng?" Tanyanya segera.

"Se..Selir Meng sepertinya kondisinya menurun lagi Yang Mulia. Badai malam tadi membuat Selir Meng kedinginan."

Ada begitu banyak hal yang ingin Feng Xin katakan, terutama untuk mengutuk para pelayan ini, juga mengutuk kebodohannya sendiri. Tapi ia merasa mengucapkan semua itu hanya akan membuang waktunya. Feng Xin lebih memilih untuk bergegas masuk ke dalam kediaman Meng Yue dan menghampiri gadis itu di kamarnya.

Benar saja, kondisi Meng Yue tampak lebih parah dari sebelumnya. Kulitnya menjadi jauh lebih pucat, bibirnya tampak membiru dan berdarah karena terlalu kering, napasnya pendek - pendek seakan ia kesulitan untuk bernapas, tubuhnya yang dibalut dengan beberapa lapis selimut tampak masih gemetar. Feng Xin segera melangkah ke ranjang gadis itu, lalu menggenggam tangannya. Sangat dingin. Ia lalu melirik selimut yang dipakai Meng Yue, itu adalah selimut tipis yang bahkan tidak akan bisa mengusir dingin dari hujan. Tidak perduli berapa lapis pun selimut seperti itu, tetap saja tak akan ada gunanya melawan dingin dari salju.

"Kenapa kalian tidak mengambil selimut dan kayu bakar dari penyimpanan istana?" Tanya Feng Xin pada para pelayan di belakangnya. Ia jelas sangat marah sekarang.

"Y-yang Mulia, ini adalah pengaturan Istana Dingin. Kayu bakar maupun selimut, hanya sebanyak ini yang boleh didapat Istana Dingin."

Otot di wajah Feng Xin berkedut, ia hanya satu langkah sebelum meledak karena kemarahan sekarang. "Lupakan! Qingwu panggil tabib dan bawa dia ke kamarku." Seru Feng Xin

"K-kamar anda, Yang Mulia?" Tanya Bai Qingwu tak yakin

"Apa telingamu bermasalah? Aku sudah mengatakannya dengan cukup jelas bukan?"

"Tentu! Tentu saja Yang Mulia! Bawahan ini akan segera pergi!" Seru Bai Qingwu, ia melesat pergi lebih cepat daripada anak yang ditembakkan.

Di dalam ruangan, Feng Xin menyingkirkan semua kain usang yang disebut selimut itu dari tubuh Meng Yue, kemudian mengangkat gadis itu ke pelukannya. Meng Yue masih tampak kedinginan, jadi gadis itu secara alami mendekatkan tubuhnya pada kehangatan dari tubuh Feng Xin.

Feng Xin sendiri keluar dari Istana Dingin sambil membawa Meng Yue di pelukannya. Pemandangan itu jelas membuat semua orang yang masih menunggu di halaman tertegun, mereka nyaris ingin bertanya apa yang terjadi, tapi kesemuanya hanya bisa membungkam perkataan itu. Wajah Kaisar tampak sangat marah sekarang, hingga mungkin jika ada satu orang saja yang melakukan kesalahan kali ini, mereka mungkin akan langsung dihukum mati. Bagaimana mereka masih memiliki keberanian untuk bertanya? Lebih baik menelan pertanyaan itu untuk diri sendiri. Feng Xin sendiri tidak perduli dengan tatapan semua orang, ia hanya melangkah masuk ke dalam tandu lalu meletakkan Meng Yue disampingnya, kemudian membungkus gadis itu ke dalam pelukannya dengan erat.

"Kita kembali ke kediamanku." Kata Feng Xin pada kasim di luar tandunya.

"Baik Yang Mulia!" Sahut kasim itu patuh.

Tandu diangkat, dibawah siraman salju putih yang lembut, tandu yang membawa Feng Xin dan Meng Yue bergerak. Iringan itu berjalan menuju kediaman sang Kaisar.

*

Diluar, salju masih turun dengan lebatnya. Kediaman para tabib cukup jauh dari Istana Utama, jadi mereka pasti memerlukan waktu yang cukup lama hingga bisa tiba di kamarnya. Sementara itu, Feng Xin mencoba yang terbaik untuk bisa menghangatkan tubuh Meng Yue lagi.

Pada dasarnya, dari semua tempat di istana ini hanya kamarnya yang memiliki kehangatan terbaik selama musim dingin. Jadi Feng Xin hanya tinggal menambahkan kayu di perapian lalu menambahkan selimut di atas tubuh Meng Yue. Feng Xin tidak tahu apakah itu bisa membantu atau tidak, tapi melihat Meng Yue sudah berhenti gemetar, ia hanya bisa berpikir optimis.

Setelah selesai dengan semua pengaturan itu, Feng Xin memilih duduk di samping Meng Yue dan mengusap puncak kepala gadis lembut, pikirannya berputar selagi ia memandanginya.

Feng Xin mendadak saja mulai mengingat kembali setiap pertemuannya dengan gadis ini. Ia ingat, pada pertemuan pertamanya dengan Meng Yue, ia merasakan jantungnya berdebar. Dia juga pria normal, separuh hidupnya dihabiskan bersama sejumlah pria di perguruan bela diri. Ketika ia kembali ke ibukota ia langsung menerima berita tentang kedua orang tuanya, ia tak punya kesempatan untuk mendekati gadis manapun. Hingga ia bertemu Meng Yue. Ketika pertama kali melihatnya di malam ia memburu Jenderal Meng, ia tidak perduli dengan kecantikan Meng Yue, ia hanya tahu ia membenci gadis ini. Tapi pada hari pernikahannya, ketika ia mengangkat kerudung merah itu dari wajah Meng Yue. Ia terpesona.

Saat itu cahaya dari lilin bermain di wajahnya, kulitnya yang seputih salju tampak bersinar dibawah cahaya itu, warna merah dari gaun pernikahan tampak sangat cantik berpadu dengan kulitnya, bibirnya diwarnai merah seperti cherry yang begitu manis, kedua matanya seperti mata rusa yang indah dan memancarkan segala yang ia rasakan, pipinya agak memerah hingga seperti bunga persik yang tersebar diantara salju. Seumur hidup Feng Xin, ia tak pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari itu.

Saat itu, untuk sesaat Feng Xin tergoda ingin melupakan segalanya. Dendam, pembalasan dan amarah, semua itu sebenarnya redup karena kecantikan di depannya. Ia seakan siap menerkam gadis di depannya dan melupakan segala tentang perasaan duniawi yang menghantuinya itu. Tapi sayangnya, ingatan seseorang itu begitu kuat. Bayangan tentang mayat orang tuanya segera berkelebat hingga membuatnya lupa akan betapa menggodanya gadis itu. Dengan segenap kekuatannya, Feng Xin berusaha menumpahkan segala kata kasar yang bisa menghancurkan hati gadis itu.

Berbulan – bulan kemudian, kebencian maupun kemabukan itu tetap saja saling bersaing untuk mendapatkan perhatiannya. Setiap kali Feng Xin bertemu Meng Yue, hatinya akan selalu berada dalam kekacauan aneh yang tidak ia sukai. Kekacauan karena cinta dan kebencian telah bersatu dalam hatinya. Dan hingga saat ini Feng Xin masih tak bisa menentukan apakah ia membenci atau mencintai Meng Yue. Pada saat – saat tertentu, ia merasa sanggup menghabisi gadis ini dengan satu tebasan pedangnya. Tapi pada saat lain, bahkan melihat Meng Yue merenung kesepian saja sudah membuat hatinya sakit. Feng Xin tidak ingin dikalahkan oleh cintanya, tapi ia juga tidak bisa melawannya.

"Yang Mulia...."

Seluruh bayangan itu buyar ketika suara selirih angin menariknya kembali ke kenyataan. Feng Xin menunduk dan menatap Meng Yue yang sedang menatapnya balik dengan mata setengah sadar.

"Genggaman anda ... Itu menyakitkan." Lirih Meng Yue

Feng Xin mengerjap, ia melirik ke arah tangannya dan baru saja menyadari bahwa tangannya memang menggenggam tangan Meng Yue dengan sangat erat. Saat ini tangan gadis itu sangat rapuh, jika ia menambahkan kekuatannya sedikit lagi, maka tangan Meng Yue bisa saja hancur dalam genggamannya. Feng Xin segera melonggarkan pegangannya tapi ia tidak melepaskan tautan tangannya.

"Kau sudah sadar?" Feng Xin berkata lembut

"Mm..." Lirih Meng Yue, tampak kesulitan untuk berbicara.

"Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit?"

"Di...ngin..."

Feng Xin menaikkan selimut hingga leher Meng Yue, lalu meraih kedua tangan gadis itu dan meniupnya pelan, kemudian membungkus tangan itu di genggamannya.

"Bertahanlah, sebentar lagi tabib akan datang."

Benar saja, tepat pada saat itu, Bai Qingwu masuk ke kamar Feng Xin dengan membawa beberapa tabib di belakangnya. Mereka semua tampak membawa kepingan salju di bahu dan rambut mereka. Melihat semua orang itu, Feng Xin tentu saja tak perlu menjelaskan apapun, ia hanya segera melepaskan tangan Meng Yue lalu berjalan mundur untuk memberi ruang pada para tabib agar bisa memeriksa Meng Yue.

Seorang tabib berlutut di bawah ranjang sang Kaisar, kemudian ia dengan hati - hati meletakkan jarinya di denyut nadi Meng Yue, mendengarkan dengan cermat setiap detakan nya. Setelah selesai, ia segera menarik tangannya dan bergegas berdiskusi dengan para tabib lainnya, dan kemudian ia berjalan mendekat ke arah sang Kaisar.

"Yang Mulia, kondisi Selir Meng menurun lagi. Udara dingin tidak bagus untuk tubuhnya karena saat ini tubuhnya sangat lemah. Saya akan meresepkan sup jahe untuk menormalkan kembali suhu tubuh Selir Meng. Segera berikan sup pada Selir Meng itu jika sudah siap. Saat ini sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh Selir Meng, dan mencegah penyakit lainnya datang."

Jelas tabib tersebut

"Apa ada lagi?" Tanya Feng Xin

"Tidak, Yang Mulia. Hanya itu."

Feng Xin mengangguk, "Mulai sekarang, kalian semua pindah ke paviliun dekat Istana Utama. Qingwu kau tunjukkan kamar mereka." Perintah nya

"Baik Yang Mulia!" Seru Bai Qingwu, ia segera mengarahkan semua tabib itu keluar dari kamar sang Kaisar.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan meminta masuk untuk memberikan jahe yang di perintahkan oleh tabib. Feng Xin segera berjalan untuk mengambil semangkuk air jahe itu dari pelayan di depan pintu kemudian menutup pintu kamarnya lagi. Ia sendiri segera berjalan ke samping ranjang Meng Yue.

"Hei, bangunlah ... Kau harus minum obatmu." Feng Xin dengan lembut menggoncang tubuh Meng Yue.

Merasakan tubuhnya digoncang, Meng Yue mengerjapkan matanya lagi. Ia masih mendambakan tidur, tapi Feng Xin malah menarik tubuhnya yang masih terbaring di ranjang lalu membuatnya duduk. Meng Yue mengerjap - ngerjap berusaha mendapatkan kembali kesadarannya.

"Minum obatmu." Perintah Feng Xin seraya menyorongkan sendok ke mulut Meng Yue.

Tak ada pilihan lain, Meng Yue hanya bisa membuka mulutnya. Ia segera mengernyit ketika rasa aneh dan pedas air jahe menguasai indra pengecap nya. Dengan cepat gadis itu menjauhkan wajahnya, menolak suapan kedua.

Feng Xin tak bisa menahan senyumnya, "Aku ingat kau suka hal yang manis. Tapi kau harus minum ini agar kesehatanmu membaik." Feng Xin menyorongkan air jahe itu lagi ke bibir Meng Yue, tapi kali ini dengan cangkirnya, "Minumlah dalam sekali teguk, kau tidak akan terlalu merasakan pahitnya."

Sekali lagi, Meng Yue tak punya pilihan lain. Ia mengambil mangkuk itu dari tangan Feng Xin kemudian meneguknya hingga habis. Ia mengernyit tidak suka, tapi rona wajahnya tampak membaik dari sebelumnya. Setelah meminum air jahe itu, barulah Meng Yue tampak sepenuhnya sadar dari tidurnya. Ia mengerjap dan melirik ke seluruh ruangan, kemudian menarik napas kaget ketika ia menyadari ia bukanlah di Istana Dingin lagi.

"Yang Mulia, saya dimana?" Tanya Meng Yue

Feng Xin tertawa, "Kau baru sadar?"

Meng Yue mengangguk tapi ia masih menatap Feng Xin dengan tatapan bertanya.

"Kesehatanmu menurun drastis setelah aku membiarkanmu satu malam di Istana Dingin. Jadi, aku membawamu ke kamarku." Jelas Feng Xin santai

"K... Kamar anda?" Seru Meng Yue. Tidak jelas apakah ia takut atau bahagia, karena matanya jelas menunjukkan ketakutannya sedang seluruh wajahnya memancarkan kebahagiaan.

Tapi Feng Xin tampaknya tak terlalu memperhatikan hal itu, saat ini ia menatap Meng Yue dengan tatapan serius, "Selir Meng, karena kau sudah sadar, bisakah aku bertanya, kenapa kau meminum racun itu?" Tanya Feng Xin. Nada dinginnya yang biasa telah kembali.

"Karena saya tidak mau membuat kekacauan. Jika saya segera mengumumkannya, itu akan membuat panik tamu terhormat anda. Itu juga akan mencoreng nama baik anda. Ini istana kekaisaran anda, jika makanan beracun disajikan untuk para tamu maka mungkin akan ada yang menuduh anda sengaja memberikan racun itu pada seseorang atau mereka bisa saja menganggap pengamanan istana ini terlalu lemah hingga seorang penyusup bisa masuk," Meng Yue menarik napas dalam, "Yang Mulia... Anda adalah Kaisar baru, rumor buruk tidak bagus untuk anda. Terlebih ... Mereka adalah keluarga dari calon permaisuri anda, jika mereka mengetahui insiden racun itu, mereka mungkin akan mempertimbangkan lagi untuk menikahkan Putri Zhu kemari."

Feng Xin menghela napas antara kesal dan tidak tahu harus berkata apa lagi, ia mengacak rambut Meng Yue dengan gemas. "Gadis bodoh, kau bisa mengatakan itu padaku. Kenapa harus meminumnya? Itu racun tingkat tinggi, bagaimana jika hidupmu tidak selamat?"

"Itu bukan hal besar, jika saya mati karena menyelamatkan anda maka itu adalah kematian yang pantas." Kata Meng Yue tanpa keraguan sedikit pun.

Feng Xin menatap Meng Yue dengan tatapan tidak terima, tapi pada akhirnya ia hanya mengusap tangan gadis itu sambil menghela napas, "Itu tidak sepadan." Katanya lembut

"Mengenai nyawa anda, tidak ada yang tidak sepadan, Yang Mulia. Karena bahkan jika saya benar - benar mati, itu adalah pilihan saya sendiri."

Feng Xin terdiam. Di masa lalu, ada banyak sekali orang yang mati karenanya. Para pengawal yang mengawalnya kembali ke istana, para prajurit rahasianya yang ia suruh untuk memata-matai musuh, para pengawal di perburuan Musim Gugur, dan banyak lainnya. Semua kematian itu tak pernah benar - benar terpikirkan olehnya. Hingga Meng Yue mengambil resiko untuk melindungi hidupnya. Itulah pertama kalinya Feng Xin merasa hal itu tidak sepadan.

"Yang Mulia ... Makanan Selir Meng sudah tiba." Seru seorang kasim diluar

"Bawa kemari!" Perintah Feng Xin

Sejumlah pelayan segera masuk membawa berbagai nampan, lalu meletakkan semua itu di meja yang ada di samping tempat tidur. Setelah itu mereka semua membungkuk pergi.

"Baiklah sekarang kau makan dan tidurlah lagi, aku harus pergi ke ruang belajarku." Kata Feng Xin

"Terima kasih, Yang Mulia...." Sahut Meng Yue tulus.

Feng Xin hanya tersenyum menanggapinya, ia kemudian berjalan keluar dan menyuruh semua pelayan di depan pintu untuk masuk dan melayani Meng Yue. Kemudian ia sendiri pergi ke ruang belajarnya yang terletak tepat di sebelah kamarnya.

Di sana, Bai Qingwu tampak sudah menunggunya.