Chereads / Mimpi di Istana Dingin / Chapter 8 - #8 : Racun di Istana

Chapter 8 - #8 : Racun di Istana

Di pagi hari, Feng Xin menunjukkan kehadirannya yang tidak biasa di Istana Dingin. Tak ada pelayan yang menjaga di tempat ini, jadi bahkan jika seorang Kaisar datang kemari, tetap tak ada orang yang menyambutnya selain para penjaga yang hanya menyapanya sopan. Melangkah ke tempat sesunyi ini, membuat Feng Xin merasa sangat damai.

Semenjak kembali ke istana, ia nyaris tak bisa menemukan ketenangan lagi. Di pagi hari, ia bisa mendengar para pelayan menyapanya dengan serempak. Saat ia menyendiri, ia tetap saja tidak bisa merasa tenang karena diiringi kesibukannya. Kemanapun ia pergi, sekarang ia diikuti oleh para penjaga dan pelayan.

Melangkah ke tempat sesunyi ini, mengingatkannya akan hari – harinya yang tenang di pegunungan ketika ia masih belajar di bawah perguruan Bai—ayahnya Bai Qingwu. Saat itu, ia nyaris melupakan siapa dirinya. Ia lupa ia adalah seorang Putra Mahkota yang akan membawa beban satu negara di bahunya. Saat itu, ia merasa ia hanyalah Feng Xin yang harus berlatih di pagi hari dan bermain dengan shixiong(1) dan shidi(2)-nya di malam hari. Baginya, itu adalah salah satu waktu dalam hidupnya yang paling membahagiakan. Karena pada saat itu, ia bisa memiliki banyak orang yang bisa ia percayai dengan sepenuh hatinya. Menjadi Kaisar, menuntutnya harus mencurigai semua orang dan menjaga jarak dari sejumlah orang agar ia tak menjadi memihak pada faksi tertentu.

Sambil menikmati ketenangan itu, Feng Xin mengamati keseluruhan Istana Dingin. Sebelumnya, ia tak pernah benar – benar melihat tempat ini, jadi ia hanya melihat sekilas pengaturannya tanpa menyadari bagaimana sebenarnya tempat ini. Setelah melihat dari dekat, Feng Xin baru menyadari bahwa di seluruh tempat ini dipenuhi oleh puisi yang ditulis Meng Yue. Ia juga melihat mesin tenun dengan setengah kain berada dalam tenunannya, dan sejumlah lukisan yang abstrak di atas kanvas. Feng Xin melangkah menuju meja utama gadis itu. Ia membuka jendela untuk merasakan udara segar, dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sesuatu di atas meja. Sebuah kertas. Mata Feng Xin segera tertunduk untuk membaca setiap kata yang tertulis di sana.

Ada sepasang burung di atas pohon persik ku

Ada puluhan bunga yang berkelompok di tamanku

Ada sepasang sepatu di bawah ranjang ku

Ada sepasang anting di telingaku

Ada sepasang sumpit di meja makan ku

Diluar sana, burung - burung, bunga, rumput dan semuanya berpasangan dengan bebas. Kecuali kamu dan aku.

Feng Xin membolak-balik kertas itu, tapi tak menemukan nama siapapun diatasnya. Di semua tempat disini, Meng Yue selalu menuliskan puisi seseorang dan kemudian mencantumkan nama pengarangnya di bawah judul puisi tersebut. Tapi kali ini tidak, ia hanya menuliskan puisi itu tanpa judul maupun pengarangnya. Seketika pemahaman mendatangi Feng Xin, ia segera mengerti bahwa puisi ini ditulis oleh Meng Yue sendiri. Kenapa ia tidak pernah tahu bahwa gadis itu bisa menulis puisi?

"Yang Mulia ...?"

Feng Xin segera meletakkan kembali kertas tersebut, ia mendongak dan menemukan Meng Yue berdiri di hadapannya. Keadaan gadis itu sangat berantakan. Hanfu-nya agak terbuka, rambutnya terlihat kusut, dan matanya belum sepenuhnya sadar.

"Niang niang!" Seru para pelayan panik. Mereka adalah pelayan yang biasanya datang setiap pagi ke Istana Dingin. Mereka semua sama sekali tak menyangka, Istana Dingin akan kedatangan sang Kaisar. Maka dari itu, mereka tak mempersiapkan segala hal untuk menyambut sang Kaisar sebelumnya.

Para pelayan itu segera mencoba yang terbaik untuk menyadarkan Meng Yue, lalu merapikan apapun yang bisa dirapikan dari gadis itu.

"Aku akan berada di halaman. Pastikan Meng Yue membuatkan teh untukku." Kata Feng Xin segera pergi dari tempatnya berdiri.

"Baik Yang Mulia!" Kata mereka serempak.

*

Ketika Meng Yue datang ke halaman, ia diikuti oleh beberapa pelayan yang membawakan teko teh di belakangnya. Penampilan Meng Yue jauh lebih baik sekarang, ia tampak sesegar bunga di pagi hari. Sama sekali tak terlihat bahwa ia pernah sekacau itu tadi malam. Meng Yue dengan anggunnya duduk di depan Feng Xin, hanya saja kali ini ia tidak lagi tersenyum lebar seperti biasa. Ia menatap tak acuh pria di depannya ini.

"Kau tahu apa yang kau lakukan kemarin?" Tanya Feng Xin dingin, matanya menatap tajam pada gadis di depannya itu. Tatapan tajam yang cukup untuk menguliti siapapun.

"Saya tahu, saya sangat tidak tahu malu. Saya sekarang adalah selir anda dan saya akan mencemarkan nama baik anda jika saya pergi ke rumah bordil." Jawab Meng Yue dengan nada tak bersalah.

"Ya, apa kau tidak berpikir sebelum kau pergi ke sana? Apa kau tidak mempertimbangkan kehormatan ku?"

"Tenang saja Yang Mulia. Rumah bordil itu dulunya adalah milik ayah saya, mereka mengenal saya dan mereka tak akan berani macam - macam pada saya. Tak akan ada gosip yang menyebar."

Feng Xin memejamkan mata untuk meredakan kemarahannya. Gadis ini tak tahu saja, ketika dia mabuk kemarin malam, ada banyak sekali pemuda yang berusaha mengambil keuntungan darinya. Dan tak ada seorangpun yang perduli padanya. Jika Feng Xin tidak datang malam itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi padanya? Tapi alih - alih mengatakan hal itu, Feng Xin malah berkata, "Aku tidak memintamu mematuhi aturan istana, aku tidak memintamu bersikap seperti seorang selir istana, aku juga tidak memberatkan mu dengan tugas - tugas yang seharusnya dilakukan seorang selir. Jadi bisakah kau sedikit menghargai itu dan bersikap baik disini?"

"Yang Mulia, anda tidak pernah memberikan saya semua tugas itu hanya karena saya bukanlah selir yang anda anggap, kan? Saya hanyalah bagian dari pion anda untuk balas dendam!" Sahut Meng Yue sinis.

"Selir Meng!"

"Kenapa? Bukankah itu kebenarannya? Kenapa kita selalu bersikap seolah itu bukanlah hal yang sedang terjadi, padahal kebenarannya sudah sangat jelas. Saya hanyalah tawanan anda. Umpan yang anda jaga untuk memancing kedua orang tua saya."

"Kita tidak membahas hal itu Selir Meng, jangan mengalihkan pembicaraan. Kita berbicara tentang bagaimana kau menyelinap keluar dan pergi ke rumah bordil!"

"Saya salah Yang Mulia. Maka hukum saya, saya tidak perduli! Jika anda tidak tahan lagi, maka ceraikan atau bunuh saja saya. Dengan begitu anda tidak perlu memikirkan tindakan saya lagi."

"Selama aku tidak bisa menemukan ayahmu, aku tidak akan pernah melepaskan mu, Meng Yue."

Meng Yue terdiam, matanya sekarang penuh dengan butiran air mata yang menunggu untuk meluncur, senyum mengejek perlahan mengembang di bibirnya. "Benar bukan? Pada akhirnya, saya hanyalah pion untuk anda. Tidak perduli seberapa besar cinta yang saya tunjukkan pada anda, saya tetap saja tidak pernah berharga dalam hidup anda." Katanya pelan

Meng Yue merasakan air mata berjatuhan di pipinya, ia segera menghapus air mata itu tepat ketika buliran itu jatuh di pipinya. Setelah itu Meng Yue bangkit dan berjalan pergi dari tempat itu. Tanpa berpamitan seperti biasa.

Tapi kali ini Feng Xin tak membiarkannya pergi begitu saja. Begitu Meng Yue mengambil dua langkah menjauh, Feng Xin segera berdiri dan mengambil tangan Meng Yue lalu menariknya kuat dalam satu tarikan hingga gadis itu kini berada dalam pelukannya. Kemudian, Feng Xin menunduk dan mencium bibir Meng Yue.

Meng Yue terlalu kaget untuk bisa bereaksi. Hal pertama yang bisa ia pikirkan adalah, lembut. Di balik sifat dingin pemuda itu, ternyata ciumannya sangat lembut. Apa yang terjadi selanjutnya, Meng Yue tak benar – benar mengingatnya. Karena selain ia berada di pelukan Feng Xin sedang bibirnya berada di bawah kuasa pemuda itu, yang lainnya rasanya tidak nyata lagi.

"Sejak hari kau memasuki istana ini dengan tandu pernikahan, kau sudah menjadi istriku, tidak perduli bagaimanapun kau menganggapnya." Bisik Feng Xin begitu ia melepaskan tautan bibirnya. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh.

Meng Yue terdiam di sana, angin berhembus lembut ketika ia terdiam seperti orang bodoh. Meng Yue tak tahu harus tersenyum atau tertawa, tangannya secara tidak sadar terangkat untuk merasakan sisa - sisa bibirnya disapu oleh rasa manis dari bibir Feng Xin. Dan perlahan, senyum indahnya yang biasa kembali terlukis di wajahnya.

Pada akhirnya, Meng Yue tetaplah gadis bodoh yang merelakan segalanya demi cinta. Kemarin, ia sudah terluka dengan sangat parah oleh perbuatan Feng Xin. Dan hari ini, hanya dengan satu ciuman singkat itu, ia kembali memberikan seluruh hatinya pada pemuda itu.

*

Setelah kejadian hari itu, Feng Xin tak pernah lagi menemui Meng Yue. Beberapa alasannya adalah karena Chen Zhuyu selalu mengajaknya jalan - jalan di sekitar istana pada waktu senggangnya, alasan lainnya adalah kesibukannya sendiri. Tapi sejujurnya, Feng Xin sangat mengetahui alasan sebenarnya mengapa ia tak pernah lagi mengunjungi Meng Yue. Ia takut akan perasaannya sendiri.

Beberapa pengalaman telah membuktikan hal itu, ketika Meng Yue senang ia merasa akan bisa melakukan apapun untuk menjaga senyum gadis itu dan ketika Meng Yue sedih, ia menjadi terus - terusan memikirkan perasaan gadis itu. Feng Xin takut jika pada akhirnya ia akan jatuh cinta dengan gadis itu. Jika itu terjadi, lalu apa gunanya semua usaha balas dendam yang telah dilakukannya selama ini? Karena itulah, ia selalu menghindari gadis itu. Ia ingin memastikan, balas dendamnya akan terbalas pada Jenderal Meng dan seluruh klannya.

Tapi bagaimanapun, urusan menjauhi Meng Yue ini tidak bisa dilakukan terlalu lama juga. Pada awal musim dingin, Kaisar dari Xi Liang datang sendiri ke kerajaan Feng Xin untuk menentukan tanggal pernikahan Zhuyu dan dirinya. Meng Yue sebagai satu - satunya selir di istana harus menemaninya menjamu tamu penting tersebut. Dan Feng Xin sendiri lah yang harus turun tangan untuk menangani urusan dengan gadis ini. Meng Yue selalu keras kepala, jika ia tidak mau mengikuti satu hal maka tidak ada yang bisa memaksanya. Di seluruh dunia ini, mungkin hanya dia yang bisa membuat Meng Yue tunduk. Jadi untuk mencegah Meng Yue melakukan hal - hal yang membuatnya sakit kepala, Feng Xin berpikir ia harus mengendalikan gadis itu terlebih dahulu.

Pada sore hari, Feng Xin pergi ke Istana Dingin untuk menemui Meng Yue. Tapi begitu ia tiba di Istana Dingin, hal pertama yang ia temukan adalah pemandangan indah dari seorang gadis di bawah jendela, tersapu oleh bayangan cahaya matahari. Di bawah cahaya sore, Meng Yue tampak tertidur di atas mejanya. Satu tangannya masih memegang kuas hingga tintanya menetes ke lantai, tangannya yang lain menjadi bantalan untuk wajahnya, sedang beberapa kertas berhamburan di meja. Hanya perlu beberapa detik bagi Feng Xin untuk melihat apa tulisan di kertas itu, puisi.

Feng Xin lalu beralih pada Meng Yue. Gadis itu tampak terlelap dengan nyaman, cahaya matahari sore bersinar dengan lembutnya di sisi wajahnya, entah ke berapa kalinya Feng Xin melihat keindahan ini, ia tetap saja tak bisa berhenti merasa terpukau. Secara tanpa sadar, Feng Xin menjalankan tangannya mengusap rambut gadis itu lembut, memberikannya kenyamanan disaat tidak sadarnya.

Kemudian, sebuah gerakan kecil dari Meng Yue agak mengagetkan Feng Xin, hingga ia segera menarik tangannya. Feng Xin berjalan menjauh dan segera menarik kain penutup di jendela untuk menghalau sinar matahari agar tak lagi mengenai gadis itu, tapi ternyata itu sia - sia saja. Kain itu terlalu tipis untuk bisa menghalau sinar matahari. Pada akhirnya, Feng Xin sendirilah yang berdiri di depan jendela. Ia menggunakan tubuhnya sendiri sebagai penghalang matahari agar tak menyinari gadis itu. Entah apa yang dipikirkannya, tapi Feng Xin benar - benar berdiri di sana hingga matahari berganti tugas dengan gelapnya langit malam.

Setelah yakin gadis itu tak terganggu oleh apapun, Feng Xin melangkah keluar dari ruangan itu. Ia menghampiri salah seorang pelayan yang sejak tadi berdiri di depan pintu Istana Dingin dan segera memberikan perintahnya, "Katakan apa yang perlu dilakukan Selir Meng malam ini. Tidak perlu menyebutkan aku pernah datang kemari." Kata Feng Xin dingin

"Baik Yang Mulia!" Seru mereka serempak dalam nada rendah.

Kemudian Feng Xin melangkah pergi dari Istana Dingin.

Di sisi lain, Meng Yue tampak baru saja bangun dari tidurnya. Matanya berkabut dan wajahnya tampak lusuh karena tertempel di tangannya terlalu lama. Ia mengerjap bingung pada tempat di sekitarnya dan ia lebih bingung lagi ketika mendapati sejumlah pelayan berdiri di hadapannya.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Meng Yue dengan suara serak. Biasanya selain mengantarkan makanan, tak ada lagi pelayan yang tinggal di Istana Dingin ketika malam. Jadi Meng Yue secara alami merasa heran ketika mendapati sejumlah pelayan berdiri di depannya pada waktu seperti ini.

"Niang niang, kami membawa hadiah dari Yang Mulia untuk anda." Sahut salah satu pelayan

Mendengar kata 'Yang Mulia', mata Meng Yue dengan cepat terbuka. Ia segera membenarkan posisi duduknya dan mengamati pelayan itu satu persatu. Para pelayan itu ... semuanya memegang benda indah. Pakaian mahal yang terbuat dari sutra terbaik, perhiasan mahal yang berlapis emas dan giok, tusuk rambut yang berkilau, dan sepatu sulam yang terlihat berkelas. Meng Yue tak bisa menahan senyumnya ketika melihat semua itu.

Semenjak masuk ke Istana Dingin ia tak pernah lagi bersentuhan dengan benda mewah. Semua pakaiannya adalah pakaian dengan kain yang kualitasnya nyaris sama dengan para pelayan, ia tak lagi memakai perhiasan apapun, dan beberapa jepit rambutnya adalah jepit rambut murahan yang seringkali dijajakan di pasar. Meng Yue tidak asing dengan kemewahan, tapi setelah lama tidak bersentuhan dengan semua benda indah itu, ia mau tak mau menjadi terharu ketika menyentuhnya lagi.

"Apa Yang Mulia mengatakan sesuatu?" Tanya Meng Yue pada pelayan di hadapannya.

"Niang niang, anda diperintahkan untuk mengikuti pertemuan malam ini. Kaisar Xi Liang sudah datang untuk menentukan tanggal pernikahan Yang Mulia dan Putri Zhu."

Senyum cerah seindah musim semi milik Meng Yue perlahan luntur seperti salju yang mencair begitu diterpa matahari. Matanya yang tadinya berkilau, kini redup oleh cahaya kesedihan. "Letakkan saja di sana, aku akan bersiap." Katanya pelan sambil berusaha menahan air matanya.

*

Feng Xin sama sekali tidak membahas tentang detail pernikahannya malam ini. Dari yang Meng Yue dengar--melalui pembicaraan pelayan yang bergosip--semua perlengkapan pernikahan mereka berdua sudah beres, mulai dari perayaan akbar hingga ritual resmi telah disetujui oleh kedua belah pihak. Jadi malam ini, Feng Xin dan sang Kaisar hanya berbicara tentang tanggal pasti pernikahan, status yang akan diterima Chen Zhuyu disini dan sejumlah keuntungan yang akan diterima kedua belah pihak.

Tapi meski pembicaraan itu sama sekali tak menyinggung prosesi pernikahan. Meng Yue mau tak mau merasa sedih hanya dengan membayangkan pernikahan tersebut. Feng Xin dan Chen Zhuyu ... Mereka akan sangat sempurna sebagai pasangan ketika mereka menikah nanti. Mereka berdua sama - sama memiliki status dan kekayaan yang setara. Semua orang pasti akan memuji mereka sebagai pasangan yang dibuat oleh surga.

Pernikahan mereka juga pasti akan digelar dengan sangat meriah hingga seluruh ibukota Chang'An bisa merayakannya. Chen Zhuyu pasti akan diberikan mas kawin yang mewah, memakai pakaian yang tidak akan bisa disamai oleh pengantin manapun, memakai coronet phoenix, dan menghabiskan malam romantis bersama Feng Xin di kamar pengantin. Selama ini Meng Yue telah berusaha setengah mati untuk bisa meruntuhkan tembok yang terbangun antara dia dan Feng Xin, tapi Chen Zhuyu ... dia dapat dengan mudah menghancurkan segalanya hanya dengan kedatangannya disini. Ketika Meng Yue mengingat kembali bagaimana pernikahan yang dibuat untuknya, tanpa bisa dicegah rasa sakit yang menusuk muncul di hatinya.

"Ah ya, Nona Meng Yue, anda akan menjadi satu - satunya teman putriku disini. Selama ini putriku itu tinggal di Xi Liang, jadi dia mungkin akan kesulitan beradaptasi dengan kebiasaan disini. Bisakah aku merepotkan mu dengan membantunya menjalankan pekerjaannya sebagai permaisuri nantinya?" Kata Kaisar Xi Liang yang akhirnya melibatkannya dalam pembicaraan.

Meng Yue mengangkat wajahnya dan tersenyum ramah, "Tentu saja Yang Mulia, suatu kehormatan besar jika saya bisa menjadi temannya Putri Zhu."

"Kalau begitu, aku bisa sedikit lebih tenang melepaskan putriku disini." Katanya dengan senyum lebar

Pembicaraan mereka terhenti di sana karena para pelayan datang membawakan beberapa set teh untuk penutup makan malam itu. Meng Yue segera berdiri untuk mengambil set teh itu, kemudian menyajikannya secara pribadi kepada dua Kaisar tersebut.

"Yang Mulia, ini adalah teh persik yang diambil dari perkebunan kerajaan pada musim semi tahun ini. Silahkan dinikmati." Kata Meng Yue

"Kudengar kau sendiri yang menyeduh teh ini?" Tanya Kaisar dengan nada tertarik ketika melihat teh tersebut.

"Benar, Yang Mulia." Jawab Meng Yue

Kaisar Xi Liang tertawa mendengarnya, ia kemudian beralih pada Feng Xin, "Xin'er(2), kau benar – benar beruntung. Semua istrimu memiliki keterampilan yang luar biasa." Katanya

"Anda terlalu memuji." Sahut Feng Xin

Meng Yue kembali duduk di samping Feng Xin. Saat ini dua Kaisar itu kembali membahas sesuatu yang tidak ia mengerti. Jadi, Meng Yue lebih memilih untuk menunduk dan menatap tehnya sendiri, tangannya diam - diam memainkan gelas tehnya hingga air di dalam teh itu tergoncang mengikuti permainan tangannya. Kemudian, Meng Yue mengangkat gelas teh tersebut ke bawah hidungnya. Jantung Meng Yue seakan berhenti berdetak. Ia merasa ia bisa saja berhenti bernapas sekarang. Racun! Di teh ini ada racun, Meng Yue mengendus lagi dan mengenali bahwa ini adalah racun dari racun ular. Sedikit saja terminum, maka racun ini bisa saja merenggut nyawa seseorang.

"Yang Mu--"

Meng Yue mengerjap panik ketika melihat Feng Xin tengah mengangkat gelas tehnya. Benda itu sekarang berada di bibir Feng Xin. Tanpa pikir panjang, Meng Yue segera merampas gelas di tangan Feng Xin. Awalnya, Meng Yue ingin membuang teh di gelas itu, tapi ia sadar bahwa hal itu akan menimbulkan keributan. Kaisar Xi Liang pasti akan berpikir bahwa istana ini tidak aman dan dia mungkin akan menjadi ragu menyerahkan putrinya kemari. Tanpa berpikir dua kali, Meng Yue segera meminum teh tersebut dalam satu tegukan.

"Selir Meng, apa yang kau lakukan?" Bentak Feng Xin dengan nada dingin yang penuh dengan kemarahan.

Meng Yue hanya tersenyum ramah dan berkata lembut, "Maafkan saya Yang Mulia. Saya baru saja menyadari bahwa teh ini adalah teh kita yang sudah lama, sangat tidak baik memberikannya pada tamu." Ia kemudian berpaling menatap pelayan di sampingnya dengan tatapan marah, "Kau ini, cepat ganti tehnya. Jangan mempermalukan Yang Mulia dengan kecerobohan mu."

Pelayan itu tampak bingung, tapi tentu saja ia tak bisa berbuat apapun. Ia hanya segera mengambil semua set teh yang telah disajikan, lalu membawanya pergi.

Melihat itu Meng Yue segera menghela napas lega, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa detik kemudian, ia merasakan rasa sakit yang luar biasa menghantam seluruh tubuhnya. Tangannya bahkan sampai gemetar di balik jubah lebarnya, Meng Yue tahu ia tak akan bisa bertahan lama di tempat ini. Maka Meng Yue segera berdiri dan memberikan penghormatan pada semua orang, "Mohon maafkan saya karena telah mengganggu acara ini, saya merasa tidak enak badan, jadi saya mohon undur diri terlebih dahulu." Kata Meng Yue, suaranya sejernih air. Sangat tenang. Hingga nyaris tak akan ada yang percaya jika ia sedang menahan rasa sakit yang luar biasa sekarang.

Meng Yue membungkuk sopan pada Feng Xin, lalu dengan anggunnya berjalan melintasi aula yang tenang itu. Tubuhnya terlihat tegap, dan langkahnya sangat anggun. Ia bahkan tersenyum sepanjang jalan itu. Tapi tentu saja itu hanyalah pertunjukkan belaka. Begitu pintu tertutup di belakangnya, gadis itu segera limbung ke lantai.

"Niang niang!!" Seru para pelayan yang berjaga di depan pintu.

Terpisah dari ketenangan di dalam, keributan segera tercipta di luar ruangan. Semua penjaga dan pelayan menatap Meng Yue dengan panik. Tapi tak ada dari mereka yang benar - benar bergerak menyelamatkan Meng Yue.

"Panggil tabib!"

"Beritahu Kaisar!"

"Tidak perlu! Cepat bawa Selir Meng kembali ke Istana Dingin saja!"

Di ambang kesadarannya, Meng Yue menatap Bai Qingwu yang berlari menghampirinya dengan panik, "Niang niang! Apa yang terjadi?" Seru Bai Qingwu berlutut di sampingnya.

"Ada... Ada yang ingin meracuni Yang Mulia..." Kata Meng Yue dengan napas tersengal, "Awasi dapur!" Ia melanjutkan. Setelah itu, Meng Yue tak bisa berkata apapun lagi, perutnya terasa luar biasa sakit, ia bahkan berkali - kali batuk darah.

"Cepat bawa Selir Meng!" Seru Bai Qingwu

Suara - suara itu berdengung ribut, Meng Yue tak bisa lagi mengenali orang - orang di sekitarnya, pandangannya telah kabur karena dibutakan oleh rasa sakit. Hal terakhir yang Meng Yue tahu adalah tubuhnya diangkat dan dibawa pergi, lalu seluruh pandangannya menjadi gelap.

______________________________________

(1) Shixiong : Kakak seperguruan (Untuk laki - laki)

(2) Shidi : Adik Seperguruan (Untuk laki - laki)