Ye Wanwan tercengang melihat Wen Ruan yang menamparnya seperti itu. Ini adalah pertama kalinya ia ditampar oleh Wen Ruan, bahkan Wen Ruan menamparnya dengan sangat keras!
Mata Ye Wanwan dengan cepat langsung berubah memerah, bulu matanya tampak bergetar, ia menutupi wajahnya yang merah dan bengkak. Kemudian ia pun langsung berlari keluar karena malu dan juga marah.
Ketika Ye Wanwan baru saja berjalan menuju pintu, tiba-tiba ia menabrak Wen Jinzhang dan Liu Shuying yang sudah ada di depan pintu.
Liu Shuying tahu bahwa Wen Ruan tidak akan mau diajari oleh Ye Wanwan. Setiap kali Wen Ruan mengerjakan pekerjaan sekolahnya, Wen Ruan pasti akan bermain game. Kali ini sengaja mencari alasan untuk mengantarkan susu dan mengajak Wen Jinzhang untuk melihat apa yang dilakukan oleh mereka berdua.
Sebelumnya, Wen Ruan berjanji bahwa ia bersedia diajari oleh Ye Wanwan. Ketika Wen Ruan mengatakan hal itu, saat itu juga Wen Jinzhang punya secercah harapan untuk putrinya yang bodoh ini. Tapi, Liu Shuying sepertinya ingin benar-benar menghancurkan harapan Wen Jinzhang dan memberitahukan kepadanya bahwa itu adalah sangat mustahil jika Wen Ruan memiliki keinginan untuk belajar.
Tepat ketika Wen Jinzhang dan Liu Shuying tiba di depan pintu, mereka melihat Ye Wanwan menutupi wajahnya dengan air mata mengalir di wajahnya.
"Ada apa ini?" Liu Shuying menarik tangan Ye Wanwan dan melihat bekas telapak tangan merah di pipi kiri putrinya. Ia pun sangat terkejut ketika melihatnya, "Siapa yang memukulmu?"
Di ruang belajar ini, hanya ada Ye Wanwan dan Wen Ruan. Selain Wen Ruan, siapa lagi yang bisa melakukannya? Batin Liu Shuying.
Wen Jinzhang melihat bekas telapak tangan merah di wajah Ye Wanwan dan ia tahu bahwa tamparan itu pasti sangat keras, sehingga bekas tangannya terlihat dengan sangat jelas. Saat mengetahui hal itu, ekspresi wajahnya tampak sedikit suram.
Wen Jinzhang melangkah ke ruang belajar. Begitu ia ingin bertanya pada Wen Ruan, ia melihat Wen Ruan sedang duduk di depan piano, menjatuhkan bahunya yang kurus. Mata rusanya yang murni menangis dan dipenuhi air mata. Ia sangat sedih sehingga air matanya terus mengalir.
Hati Wen Jinzhang melunak.
"Apa yang terjadi pada kalian berdua?"
Setelah ditampar oleh Wen Ruan, amarah Ye Wanwan belum hilang. Ia bergegas masuk dan menatap Wen Ruan dengan matanya yang tampak merah, "Aku sedang mengerjakan pekerjaan sekolahku. Tapi dia membuat keributan sehingga aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku menyuruhnya untuk tidak bermain piano, tetapi dia malah menamparku!"
"Paman Wen, jika tidak ada ruang untukku dan ibuku di keluarga ini, kita berdua akan pergi. Tidak perlu menindasku seperti ini!"
Sebelum Wen Jinzhang sempat berbicara, tiba-tiba Wen Ruan mendatangi mereka, lalu memeluk lengan ayahnya dan mengguncangnya dengan lembut. Sepasang matanya yang jernih seperti mata rusa itu kini tampak memerah, tatapannya begitu polos hingga orang lain tidak akan bisa menuduhnya.
"Kak Wanwan hanya mengerjakan latihan soal ujiaannya sendiri dan tidak punya waktu untuk membantuku. Jadi aku pergi bermain piano, karena ayah sebentar lagi akan ulang tahun yang ke-40 tahun, aku tahu Ayah suka mendengarkan lagu 'Bisikan di musim gugur'. Aku ingin tampil untuk Ayah pada hari itu."
"Tapi Kak Wanwan bilang aku membuatnya kesal dan berkata aku tidak bisa bermain piano dengan baik. Ketika aku memintanya untuk mengajariku, dia malah memarahiku karena aku tidak berbakat dan berkata aku tidak bisa belajar dengan baik!" Dengan wajahnya yang putih dan lembut, Wen Ruan bersikap manja di lengan Wen Jinzhang, dan suaranya yang lemah lembut itu membuat orang lain yang mendengarnya langsung meleleh, "Ayah, harga diriku dihina, karena itulah aku begitu marah dan memukulnya!"
Ye Wanwan benar-benar marah pada Wen Ruan. Ada apa dengan anak bodoh ini? Aktingnya bahkan lebih menyedihkan daripada diriku? Batin Ye Wanwan.
Kemudian Ye Wanwan menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Paman Wen, aku tidak mengatakan tidak akan mengajarinya, tetapi dia bahkan tidak bisa menyelesaikan satu pun soal ujian. Aku sudah bilang aku akan mengajarinya setelah pekerjaanku selesai, jadi dia sengaja bermain dengan nada sembarangan untuk menggangguku. Aku hanya mengingatkannya dan tidak memukulnya!"
Kemudian Ye Wanwan berjalan ke arah meja belajarnya, kemudian mengeluarkan dua bola kertas yang ia masukkan ke telinganya, "Dia tidak mendengarkanku. Jadi aku menyumbat telingaku dengan bola kertas. Aku benar-benar tidak tahu kenapa Ruanruan membalikkan fakta, dia memukulku dan dengan sengaja memfitnahku?"
Sebelumnya, Wen Ruan sudah menduga bahwa Ye Wanwan pasti tidak akan mau mengakuinya. Bulu matanya yang panjang bergetar dan ia menatap Ye Wanwan dengan ekspresi yang sedih, "Kakak Wan, kamu bilang aku bermain piano dengan nada sembarangan?"
"Bukankah memang begitu? Ruanruan, mengakulah kalau permainan pianomu sangat buruk. Jangan sampai kamu membuat Paman Wen malu di pesta ulang tahunnya yang ke-40 nanti!"
Wen Ruan tidak bicara lagi, tetapi ia duduk di depan piano dan bermain di piano dengan jari-jarinya yang lentik, putih dan lembut itu.