Chereads / Tumbuh Dewasa Tak Wajar Itulah Aku / Chapter 25 - 25. Masalah Yang Selalu Datang

Chapter 25 - 25. Masalah Yang Selalu Datang

Hari-Hari berlalu kini Iska sudah di izinkan pulang dari rumah sakit karena keadaannya kian membaik, Bestie selalu ada disamping Iska untuk menemaninya. Bestie pun memilih untuk menginap di kost an Iska.

Bestie mencukupi semua kebutuhan Iska, mulai dari makanan bahkan hingga pakaian. Sebenarnya Iska sedikit bingung karena sikap Bestie seakan berlebihan. Iska dan juga Bestie seakan tak terpisahkan, selalu bersama walau dalam kesulitan.

Begitu pula dengan Pak Arman dan Bu Ani yang kini kian dekat, Bu Ani melihat sosok Pak Arman sebagai laki-laki yang gagah dan sangat berwibawa. Pak Arman begitu baik hati, apalagi saat kejadian Iska beberapa hari yang lalu.

Pak Arman sangat bertanggung jawab atas Iska dan juga Bu Ani. Kini hati Bu Ani dibuat luluh dengan kebaikan Pak Arman, akhirnya Bu Ani menerima pernyataan Pak Arman atas cintanya.

Pak Arman sangat bahagia karena cintanya sudah diterima oleh Bu Ani, Pak Arman pun memutuskan untuk membawa Bu Ani ke rumah keluarga besarnya. Niat hati ingin memperkenalkan Bu Ani sebagai calon istrinya pada kedua orang tuanya, namun orang tua Pak Arman menolaknya dengan hina. Orang tua Pak Arman dulu sempat mengenal Bu Ani saat Pak Arman masih SMA, karena Pak Arman pernah membawa Bu Ani ke rumahnya.

Orang tua Pak Arman masih ingat akan Bu Ani yang miskin, terlebih lagi sekarang Bu Ani adalah seorang janda miskin yang hanya memiliki warung kecil sebagai penyambung hidupnya. Dimata kedua orang tua Pak Arman, Bu Ani hanyalah orang kecil yang hina.

Namun bukan Pak Arman namanya kalau dia hanya diam saja. Pak Arman mencoba meyakinkan orang tuanya bahwa Bu Ani adalah wanita yang baik, Bu Ani juga adalah cinta pertamanya. Bahkan sampai saat ini Pak Arman belum bisa menemukan pengganti Bu Ani untuk mengisi kekosongan hatinya.

Pak Arman mencoba membujuk orang tuanya agar mau merestuinya, namun orang tua Pak Arman masih kekeh dengan keputusannya untuk menolak Bu Ani.

Pak Arman yang sudah lelah berdebat dengan orang tuanya pun memilih untuk mengantarkan Bu Ani pulang. Diperjalanan mengantar Bu Ani pulang, mereka hanya diam tak ada yang bersuara.

Keheningan menyelimuti perjalanan mereka, Pak Arman melirik ke arah Bu Ani. Terlihat wajah murung Bu Ani bahkan Bu Ani terlihat meneteskan air matanya tanpa menimbulkan suara. Melihat itu Pak Arman pun memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, Pak Arman menghapus air mata Bu Ani. Bukannya tenang Bu Ani malah semakin menangis histeris.

Pak Arman pun mencoba untuk menenangkan Bu Ani, dirasa sudah tenang Pak Arman pun mengajak Bu Ani untuk makan disalah satu kafe.

Setelah memesan makanan dan minuman, mereka pun mulai berbicara. Bu Ani mengatakan bahwa yang dibilang oleh orang tua Pak Arman adalah benar.

Ia hanyalah janda miskin yang bermimpi untuk bisa menikahi Pak Arman yang kaya raya, lulusan sarjana luar negeri pula. Pak Arman pun hanya bisa diam membisu mendengar ucapan Bu Ani. Karena Pak Arman tak kuasa melihat Bu Ani terus bersedih, kini keputusan Pak Arman sudah bulat untuk mengajak Bu Ani nikah lari. Tekad Pak Arman untuk memiliki Bu Ani sudah bulat, keinginan untuk memiliki Bu Ani seutuhnya membuat Pak Arman tak menghiraukan penolakan dari keluarganya.

Pak Arman merencanakan semuanya dengan mendadak, mengantarkan Bu Ani pulang untuk mengemas pakaiannya. Rencananya besok pagi mereka akan pergi ke luar kota dan nikah lari.

Pagi pun tiba kini mereka berdua sudah berada di bandara untuk menuju ke kota yang mereka tuju. Akhirnya mereka sampai pada kota yang dituju, mereka belum sempat mengabari Iska maupun Bestie untuk nikah lari. Saat Bu Ani sedang istirahat di kamarnya ia memutuskan untuk menghubungi Iska dan Bestie.

Bu Ani mengabarkan bahwa ia dan Pak Arman akan segera mengadakan acara pernikahan di kota Bandung. Iska dan Bestie yang mendengarnya pun terkejut bukan main. Mengapa mereka harus menikah di luar kota, sedangkan di kota ini mereka bisa melangsungkan pernikahan.

Kini hari yang dinantikan pun tiba, acara pernikahan Bu Ani dan Pak Arman akan segera dilangsungkan. Tapi terdengar suara kegaduhan didepan masjid tempat ijab qabul mereka, ternyata yang membuat kegaduhan adalah mantan suami Bu Ani.

Ternyata Pak Jono mantan suami Bu Ani telah mendatangi warung Bu Ani dan menemui Iska. Pak Jono bertanya tentang keberadaan Bu Ani pada Iska untuk membujuk Bu Ani agar mau rujuk kembali demi anak-anak mereka.

Pak Jono juga membawa kedua anaknya agar Bu Ani mau rujuk kembali. Bu Ani menanyakan tentang istri pertama Pak Jono, ternyata istri pertama Pak Jono telah berselingkuh.

Karena itu Pak Jono menceraikan istri pertamanya dan ingin rujuk kembali pada Bu Ani membangun rumah tangga yang harmonis seperti dulu bersama kedua anaknya.

Bu Ani dibuat bingung dengan keputusannya, memilih Pak Arman yang sudah begitu baik padanya ataukah hidup bersama kedua anaknya yang sudah sangat ia rindukan. Bu Ani dalam dilema, mana keputusan yang harus diambilnya.

Bu Ani sangat bingung, di sisi lain ada Pak Arman yang slalu mencintainya tanpa memandang sebelah mata. Sedangkan di sisi lain ada kedua anaknya yang begitu amat ia rindukan.

Tak lama kemudian kini keluarga Pak Arman datang bersama Iska dan Bestie. Iska memeluk Bu Ani untuk menenangkannya yang terlihat pucat. Bu Ani terduduk lemas melihat semuanya, hatinya bimbang antara memilih Pak Arman atau kedua anaknya. Pak Jono tak mau memberikan hak asuh kedua anaknya untuk Bu Ani karena ia ingin Bu Ani kembali menjadi istrinya lagi seperti dulu.

Pak Jono terus mengatakan ingin rujuk dengan Bu Ani, kalau Bu Ani rujuk dengan Pak Jono maka Bu Ani bisa membesarkan kedua anaknya bersama Pak Jono. Kini mata Bu Ani tertuju pada Pak Arman, orang yang ingin menjadikannya sebagai istri dengan penuh cinta. Bu Ani semakin merasa bersalah jika ia membatalkan pernikahan ini.

Pak Arman adalah sosok lelaki impian, baik hati, sopan, perhatian, dan juga bertanggung jawab. Lidah Bu Ani terasa kelu karna tak bisa mengatakan apapun, ia tak bisa menyakiti perasaan salah satu dari mereka. Iska dan Bestie mencoba untuk menenangkan Bu Ani yang sudah tak bisa menahan air matanya untuk keluar.

Mengapa takdir seolah mempermainkan kehidupan Bu Ani. Satu sisi orang yang dicintai, di sisi lain orang yang mencintanya. Bagaimana membuat keputusan serumit ini, karena lelah berperang dengan hatinya kini Bu Ani ambruk pingsan karena tak kuat dengan semua yang harus ia lihat.