Bu Ani ambruk karena tak kuat menahan rasa pusing di kepalanya. Semua pun panik melihat Bu Ani yang tiba-tiba saja pingsan, kedua anak Bu Ani berlari menghampiri sang ibu. Mencoba membangunkan Bu Ani dari pingsannya, Pak Arman pun segera menggendong Bu Ani masuk ke dalam mobilnya.
Mengambil minyak kayu putih dari kotak P3K yang selalu tersedia di mobil Pak Arman. Dengan segera Pak Arman menghirupkan aroma minyak kayu putih itu pada Bu Ani. Perlahan Bu Ani membuka matanya yang masih enggan terbuka, kedua anak Bu Ani langsung memeluk sang ibu karena sudah lama tidak bertemu.
Terlebih lagi si bungsu, yang belum pernah melihat sang ibu karena Bu Ani meninggalkan mereka seusai melahirkan anak bungsunya. Dengan deraian air mata Bu Ani pun membalas pelukan hangat dari kedua anaknya.
Bu Ani benar benar di dalam sebuah dilema, hatinya ingin menjadikan Pak Arman sebagai pendamping hidupnya. Namun fikirannya memaksa untuk kembali pada sang mantan suami agar bisa hidup bersama kedua anaknya. Hati dan fikiran Bu Ani serasa sedang berperang, melihat kedua anaknya yang menangis membuat Bu Ani harus memilih mereka dari pada Pak Arman. Kini Bu Ani bingung bagaimana caranya untuk membatalkan pernikahannya pada Pak Arman.
Bu Ani merasa tak enak hati karena kejadian yang lalu kembali terjadi lagi. Kejadian dimana Bu Ani meninggalkan Pak Arman demi pria lain, kini Bu Ani juga harus meninggalkan Pak Arman demi bisa hidup bersama kedua anaknya. Bu Ani sangat merasa tak enak hati, karena Pak Arman terlalu baik untuk tersakiti hanya karena seorang janda miskin yang dulu juga pernah menorehkan luka di hatinya.
Iska yang tahu tentang kegundahan Bu Ani pun menepuk pundak Bu Ani dan seakan memberikan semangat untuk Bu Ani. Kini Bu Ani sudah mengambil keputusan, sama seperti dulu Bu Ani yang meninggalkan Pak Arman.
Kini Bu Ani memilih kembali pada mantan suaminya dan hidup berasama kedua anaknya, mungkin ini adalah keputusan yang terbaik untuk semuanya. Toh juga keluarga besar Pak Arman tidak suka pada Bu Ani yang seorang janda miskin.
Bu Ani pun mengatakan keputusannya pada semua orang yang ada, Pak Arman pun tersenyum walau hatinya sedang tidak dalam keadaan baik. Pak Arman mencoba ikhlas dengan apa keputusan dari Bu Ani, tapi walaupun begitu Pak Arman tidak menaruh dendam pada Bu Ani maupun pada mantan suami Bu Ani.
Kini Acara pernikahan yang seharusnya dilakukan oleh Pak Arman dan Bu Ani malah menjadi pernikahan Pak Jono dan Bu Ani. Meski ada rasa kecewa di dalam hati Pak Arman namun tetap mencoba untuk ikhlas menerima keputusan yang diambil Bu Ani.
Kini Pak Arman harus merelakan pujaan hatinya duduk bersanding di pelaminan bersama orang lain untuk yang kedua kalinya. Hati Pak Arman bagai disambar petir, tak bisa menahan rasa cemburu yang kini bersarang di hatinya.
Pak Arman pun memutuskan untuk pergi dari tempat yang membuatnya sakit, saat itu ijab qabul sudah dibaca. Bu Ani yang melihat Pak Arman pergi dengan wajah kecewa pun menyusul, Bu Ani meminta maaf pada Pak Arman karena telah melukai hatinya untuk kedua kalinya. Pak Arman pun tersenyum manis mendengar permintaan maaf Bu Ani padanya, meski hanya senyuman palsu yang ia berikan tapi mampu untuk menusuk hatinya.
Setelah mengatakan bahwa Pak Arman telah memaafkan Bu Ani, Pak Arman pun pamit pada Bu Ani karena ia akan segera pindah ke luar negeri dan menetap disana. Bu Ani semakin merasa bersalah, karena telah membuat Pak Arman tersiksa secara batin.
Namun Pak Arman senang karena Bu Ani akan merasa bahagia hidup bersama kedua anaknya, dan juga bersama Pak Jono suami sahnya saat ini. Setelah berpamitan pun kini Pak Arman langsung menaiki mobilnya, orang tua Pak Arman pun juga akan ikut ke liar negeri dan menetap disana bersama Pak Arman.
Bu Ani hanya diam melihat mobil Pak Arman bersama keluarga besarnya yang sudah jauh menghilang. Air mata Bu Ani turun semakin deras, melepas lelaki yang ia cintai dari dulu untuk yang kedua kalinya. Bu Ani pun sama seperti Pak Arman, sama-sama hancur dengan perasaan masing-masing.
Pak Jono menemui Bu Ani mengajaknya tinggal kembali ke desa Bu Ani, hidup bersama kedua anaknya dan hidup bahagia bersama.
Bu Ani pun hanya menurut pada keinginan suaminya, kini Bu Ani memberikan rumah dan warung miliknya yang berada di Surabaya pada Iska. Agar Iska dapat mengolahnya dan memajukan warung Bu Ani. Iska merasa beruntung karena telah kenal dengan Bu Ani, Bu Ani adalah orang baik bagi Iska. Bu Ani sudah dianggap ibu kandung oleh Iska, begitupun Bu Ani pada Iska. Mereka sudah terlihat bagai seorang Ibu dan anak kandung.
Bu Ani dan Pak Jono beserta kedua anaknya pun berpamitan pada Iska dan Bestie karena mereka akan segera kembali ke desa asal Bu Ani. Setelah itu Iska memutuskan untuk tinggal di rumah Bu Ani dan menjaga warungnya, mengemas semua barangnya yang berada di kost annya. Bestie membantu Iska mengemasi pakaiannya, Iska sangat beruntung karena di kota asing ini ia bertemu dengan orang baik seperti Bestie dan Bu Ani.
Siang ini Iska sendirian di rumah pemberian Bu Ani, saat ini Iska memikirkan tentang keadaan ibunya dan semua adik-adiknya yang berada di desa. Kalau ayahnya saja berani menusuk perutnya, lalu bagaimana dengan keluarganya di desa.
Apakah ayahnya juga sudah kasar pada ibu dan para adiknya. Lalu bagaimana juga keadaan adiknya Tono yang sudah lama tak pulang. Iska menjadi khawatir memikirkan keluarganya, apakah ia harus membawa keluarganya ke kota? namun Iska bingung. Kalau ia membawa keluarganya ke kota, ia saja belum bisa menghasilkan uang sendiri. Kebutuhannya masih belum terpenuhi, kalau keluarganya tinggal disini siapa yang akan mengurus semua kebutuhan karena ayahnya yang suka judi.
Iska menghubungi Bestie, mengajaknya untuk pergi ke desa asalnya untuk menjenguk keluarganya. Bestie pun menyetujui ajakan Iska, namun Bestie menyewa 2 orang pengawal untuk berjaga-jaga agar ayah Iska tidak akan melakukan hal berbahaya lagi.
Pagi telah tiba kini Iska dan Bestie bersamab2 pengawal menuju ke desa Iska menaiki mobil mewah Bestie. Terlihat wanita paruh baya yang sedang menyapu halaman rumah reyot tua. Iska meneteskan air mata karena melihat ibunya yang sudah dimakan umur itu harus menyapu dengan sapu lidi yang memendek. Sebuah mobil mewah terparkir indah di depan rumah reyot yang tua.