Rael sekarang sedang berada didepan kamar Aiden untuk mengantarkan makan siang untuk Aiden.
"Tu orang gila apa gimana sih?" Tanya Rael yang mendengar Aiden marah-marah tapi lalu ketawa.
GUBRAK.
"Astaga, kenapa tu orang." Rael membuka paksa pintu kamar Aiden dan langsung masuk membawa nampan berisi makanan pastinya.
"Astaga, Tuan." Rael menaruh nampan di meja lalu berlari menolong Aiden yang terjatuh dari kursi rodanya.
"Lepas, gue bisa. Gue bukan orang cacat." Aiden mendorong Rael agak kencang sampai Rael terpentok dinding.
Aiden berusaha untuk bisa berdiri dengan susah payah tapi sama sekali kakinya tak bisa digerakkan.
Rael kembali menghampiri Aiden. "Biar saya bantu, Tuan." Kali ini Aiden tak menolak karena dia yang sudah putus asa.
Rael sedikit kesusahan karena badan Aiden yang lebih besar dari badannya.
'Yura tolongin,' batin Rael tapi seperti pura-pura budeg, Yura malah ngobrol sama hantu yang ada di kamar itu.
'Bener-bener ni hantu satu,' batin Rael lagi.
Badan Rael oleng dan pada akhirnya mereka malah jatuh dengan posisi Aiden menindih badan Rael.
Pandangan mereka bertemu, mereka saling berpandangan untuk beberapa saat sampai akhirnya Rael memalingkan wajahnya.
"Kalau lo gak kuat jangan sok mau bantuin gue, sekarang gimana cara kita bangun? kaki gue gak bisa digerakin."
"Bentar Tuan, saya mikir dulu." Rael diam sesaat memikirkan cara agar dia bisa mengangkat Aiden ke kasur.
Posisi mereka yang seperti itu pasti ya membuat Aiden gelisah.
'Dek, jangan bangun sekarang. Mana mukanya kaya gitu lagi,' batin Aiden.
Yura yang mendengar apa yang Aiden ucapkan dalam batin langsung menoleh.
"Rael, dorong Aiden terus angkat, ntar Yura bantuin.
Rael menurut dan mendorong Aiden. "Maaf Tuan," ucap Rael lalu meletakkan tangannya di ketiak Aiden yang sekarang sedang duduk lalu menariknya. Kali ini sedikit ringan karena Yura membantu dengan kekuatannya.
Hosh hosh hosh
Nafas Rael memburu karena saking capeknya. "Thanks," ucap Aiden singkat.
"Bentar Tuan, saya capek." Rael masih ngos-ngosan.
"Lo siapa dan lo ngapain masuk kamar gue?"
"Emang Tuan gak tau kalau saya ini perawat Tuan yang baru?" Rael berjalan mengambil nampan yang berisi makanan dan minuman Aiden.
"Gue cuma tau kalau bakal ada perawat baru tapi gue gak tau orangnya kaya apa." Aiden tak protes saat Rael menaruh meja dan makanan didepan Aiden.
"Oh gitu, silahkan Tuan, saya gak tau itu enak apa gak? Soalnya cuma itu yang bisa saya masak."
"Iya, ntar temenin belanja sekalian gue mau check up," jawab Aiden sembari memakan makanannya.
"Baik Tuan. Ada yang bisa saya kerjakan, Tuan?"
"Nyalain tv dong!" titah Aiden sambil makan.
Rael menurut untuk menyalakan tv lalu kembali berdiri di sisi ranjang.
"Duduk aja, ngapain berdiri di situ?" tanya Aiden sambil masih menggonta-ganti chanel tv.
"Gpp saya berdiri saja."
"Gue gak pernah bedain orang, mau lo siapa juga gue gak perduli, lo sama-sama manusia kaya gue." Jawaban Aiden membuat Rael takjub karena dia dulu pernah nyamar jadi pembantu juga tapi mendapatkan perlakuan yang sangat tidak baik dari bosnya.
"Udah duduk, temenin gue cerita, gue lagi bahagia banget ni." Kebahagiaan itu tak bisa Aiden sembunyikan karna senyumnya yang terus mengembang di bibir.
Rael menurut dan dia duduk di ranjang sisi kiri agak dipojok.
"Tuan mau cerita apa?"
"Lo lihat cewek di tv itu." Rael mengamati tv dan mencoba mengingat siapa cewek itu.
"Dia siapa, Tuan? Pacar Tuankah," jawab Rael sambil masih mengingat siapa cewek itu.
"Mantan, udah gue putusin tadi karna dia selingkuh," jawab Aiden dengan entengnya.
"Cowok seganteng Tuan aja diselingkuhin coba, mata dia bermasalah apa gimana sih," kesal Rael sambil masih memperhatikan tv.
"Gue gak rugi juga kok lepas dari dia, lagian wajar gue diselingkuhi, buat jalan aja gue gak sanggup, tapi gue seneng karna gue udah hancurin karirnya." Bibir Aiden kembali tersenyum melihat betapa hancurnya karir mantannya itu.
"Kalau lo mau hidup aman juga jangan pernah main-main sama gue, atau nasib lo sama kaya dia," ucap Aiden tapi Rael sama sekali tak menjawab.
"Woy, lo denger gak si?" Tanya Aiden sambil melempar bantal ke arah Rael.
"Eh apa Tuan? Tuan ngomong apa?" Jawab Rael gelagapan.
"Kalau lo mau hidup lo aman jangan main-main sama gue," jelas Aiden dengan tatapan dinginnya.
"I-iya Tuan," jawab Rael sedikit gugup.
"Nih udah beres, lo boleh keluar!" Titah Aiden.
"Tuan, spreinya boleh dicuci tidak? Sepertinya sudah kotor?" Tanya Rael.
"Oh yaudah, udah gatel juga."
Setelah mendapatkan izin dari Aiden, Rael membantu Aiden duduk di kursi roda lalu dia mulai mengganti spreinya.
Selesai mengganti sprei, Rael membantu Aiden tiduran di kasur lagi, baru setelah itu Rael keluar.
Saat sampai di dapur, Rael bertemu dengan Kael.
"Ngapain bawa spray ke dapur, Dek?" tanya Kael sambil meneguk segelas air ditangannya.
"Ada darah di sprey ini, gue tadi lihat sesuatu yang aneh Kak," jelas Rael membuat Kael penasaran.
"Gue juga tadi nemuin sesuatu yang aneh tentang kasus ini, lo dulu deh tapi," ucap Kael.
"Tadi gue pas mau motong ayam, pas megang pisaunya pandangan gue malah pindah, gue lihat ada satu keluarga yang dibacok sama seseorang gitu, tapi cuma ada istri, 2 anak sama pembantunya, suaminya gak ada. Pas gue sadar ada 1 hantu minta tolong buat kita ungkapin kematiannya karna katanya kematiannya ada hubungannya sama kasus kita," jelas Rael.
"Terus lanjut."
"Pas hantu itu menghilang, Yura datang dan dia bilang kita harus mengusut pembunuhan salah satu hantu yang sudah meninggal 3 tahun lalu, katanya pelaku kasus kita sama dengan pelaku pembunuhan hantu itu," jelas Rael lagi.
"Bentar, ini gue doang yang punya pikiran kaya gini apa lo juga, gue tadi ketemu hantu anak kecil 2 yang minta kita menangkap pelaku pembunuhan mereka dan katanya ada hubungannya sama kasus kita."
"Jangan bilang anak kecil yang lo temui dan hantu cewek yang gue temui itu korban yang ada dibayangan gue?"
"Itu yang pertama, yang kedua, gue juga ketemu hantu cewek yang minta kita nemuin jasadnya karena dia sudah meninggal 3 tahun lalu tapi belum bisa pergi ke alamnya karena tubuhnya belum dikubur dengan layak."
"Itu hantu cewek, pacar dari hantu yang Yura temui?"
"Tepat sekali, ada nemuin apa lagi ngak?"
"Barusan pas megang darah di spray ini adek lihat kayak bayangan pembantaian tapi gak jelas, adek gak tau itu pembantaian kapan," jelas Rael.
"Kita bawa spray itu ke lab biar dites DNA nya."
"Iya Kak, oh iya kita nanti sore temenin bos kita check up sama belanja kebutuhan sehari-hari.
"Ok."
"Kak, kasus kita kok jadi ribet gini ya, mau selesaikan 1 kasus harus nyelesain 2 kasus dulu," keluh Rael.
"Udah tugas kita mau gimana lagi."
GUBRAK
"Apa itu?"
*****
BERSAMBUNG