GUBRAKK
"Apa itu." Rael dan Kael berlari ke arah sumber suara yang berada di taman belakang.
"WOY BERHENTI LO." Mereka mengejar orang itu yang kini kabur lewat pagar.
"Twins jaga Aiden," ucap Rael masih sambil berlari.
Yura dan Yula menjaga Aiden tapi bukan lewat tangan mereka, tapi lewat hantu di rumah itu.
Kael dan Rael terus berlari mengejar penyusup berpakaian serba hitam.
Saat di persimpangan mereka kehilangan jejak. "Sial, kemana dia?"
"Ngumpet dan siapin hp buat merekam!" Titah Yula.
Kembar nurut karna mereka tau pasti ada sesuatu yang akan terjadi. Kembar ngumpet di balik semak-semak, menyiapkan hp Rael untuk merekam suara sedangkan hp Nael untuk memvideokan apa yang akan terjadi didepan mereka.
Tak lama dari kembar ngumpet, ada 2 orang bapak-bapak yang lewat dan duduk di salah satu kursi di pinggir jalan.
"Eh itu rumah siapa si? Auranya serem banget?" Tanya bapak buncit.
"Rumah yang mana? di sini rumah banyak," jawab bapak botak.
"Rumah gede warna putih yang pagarnya warna item," jawab si buncit.
"Bukannya itu rumah Aiden, Kak?" Kael hanya mengangguk dan menyuruh adiknya diam meski barusan suaranya juga sangat kecil.
"Oh itu rumah yang baru aja terjadi pembantaian, 1 keluarga meninggal semua, sisa anaknya doang, itu juga lumpuh," jelas si botak.
"Apa arwah mereka pada gak tenang dan masih di sana sampai auranya suram banget?"
"Disana memang banyak, bukan hanya arwah korban pembantaian di sana doang tapi arwah korban pembantaian di tempat lain juga. Pokoknya kalau yang bantai masih orang yang sama, arwahnya akan ada dimana rumah yang baru dibantai."
"Memang banyak yang dibantai?"
"Sampai sekarang baru 3 rumah dan masih ada 5 rumah lagi yang kemungkinan akan dibantai.
"5 rumah? Rumah siapa aja banyak amat?"
"Rumah dari adiknya pemilik rumah itu."
"Lo tau dari mana?"
"Jangan lupa kalau gue indigo dan gue bisa ngobrol sama mereka."
"Berarti lo tau dari sumbernya langsung dong?"
"Bisa dibilang seperti itu. Asal lo tau juga, kalau siapapun yang menyelidiki kasus itu gak akan bisa tahan kalau dia gak punya bekingan yang lebih kuat dari penjaga rumah itu."
"Maksudnya gimana?"
"Pelaku itu punya 'penjaga' yang disuruh buat hilangin semua bukti tentang pembantaian yang dia lakukan dan bikin siapapun yang menyelidiki kasus itu gak betah atau intinya gak bisa diselidiki lagilah,'
"Bukan hanya kejam tapi dia bersekutu dengan hantu dong ya? Apa jangan-jangan 2 detective yang mengundurkan diri itu habis menyelidiki rumah itu?"
"Iya, bener banget. Itu ulah si hantu dan dia paling kuat di rumah itu, orang luar yang gak punya bekingan lebih kuat gak akan bisa masuk. Mungkin kalau masuk doang bisa tapi kalau untuk bertahan gak akan bisa."
"Ish serem kali, ini yang menyelidiki harus dukun kayaknya."
"Dukun kalau lemah juga gak akan bisa. Udah yok mending kita pergi, udah ditunggu bapak komplek buat main catur." Kedua orang itu pergi dan kembar muncul lagi.
"Twins, apa kalian lebih kuat dari penjaga rumah?" Tanya Kael.
"Hantu yang kabur pas kalian dateng, itu penjaga rumahnya." Kembar bengong bahkan sampai menganga karena kaget.
"Gak nyangka kalau penjaga kita ini kuat banget, jadi apa rencana kalian?" Tanya Rael pada twins.
"Kebiasaan yang detective kalian tapi yang suruh mikir caranya kita," kesal Yura.
"Kan kalian lebih pintar dari kita," jawab Kael sambil menaik turunkan alisnya.
"Iya deh iya, sekarang pulang dulu. Nanti ada bukti yang bakal kalian temuin di rumah sakit dan supermarket jadi gunakan kemampuan kalian," ucap Yula.
"Siap bu bos," jawab Nael sambil hormat bendera.
"Kayaknya kita harus pulang deh, ada suara roda dan ada suara orang manggil lo, Dek," ucap Nael yang memiliki pendengaran sangat tinggi.
"Jangan-jangan Aiden? Ayo pulang ntar kita diomelin lagi."
Kembar kembali berlari sangat kencang agar bisa cepat sampai rumah.
10 menit mereka maraton akhirnya mereka sampai sambil ngos-ngosan.
"Astaga capek banget," ucap Rael sambil bersandar pada gerbang.
"Udah yuk masuk, diomelin ntar lo." Mereka berdua masuk walau sambil masih ngos-ngosan.
"Kael pergi ke garasi, sedangkan Rael naik ke kamar Aiden karna Aiden yang meneriaki namanya.
Tok Tok Tok.
"Masuk." Rael masuk dengan sedikit rasa takut.
"Kemana aja lo, gue teriakin gak dateng-dateng?" Tanya Aiden dengan muka datar dan nada bicara yang sangat dingin.
"Habis dari warung tadi, Tuan." Alasan yang tepat, Rael sudah memikirkan alasan apa yang akan digunakan sambil berlari tadi.
"Ayo anterin gue check up!"
"Baik Tuan, ada yang mau disiapkan tidak , Tuan?"
"Gak ada."
Rael membantu Aiden untuk duduk di kursi roda lalu mendorongnya keluar menuju lift.
Mereka bertiga pergi ke rumah sakit terlebih dulu untuk mengantar Aiden check up.
Tidak perlu ngantri karna memang mereka dateng mepet bahkan antrian mereka sudah dilewati alias mereka datang paling terakhir jadinya.
Serangkaian pemeriksaan dilakukan dengan Rael yang tetap menemani Aiden.
Sekarang dokter sedang menjelaskan hasil check up yang baru saja mereka lakukan, tanpa sengaja kaki Rael menyentuh sepatu dokter dan pandangannya langsung berubah.
"Rael, Rael," panggil Aiden sambil menggoyang lengan Rael yang bengong.
"Eh iya kenapa? Udah selesai ya?" Tanya Rael sedikit kaget karena dia baru sadar.
"Hobi banget bengong, ini udah ayo pergi."
"Oh iya ayo," jawab Rael lalu berdiri di belakang Aiden.
"Terima kasih, Dok," ucap Aiden lalu menyalami dokter, Rael ikut tersenyum dan menyalami dokter tapi pandangannya kembali berubah.
"Rael, kesambet lo lama-lama bengong mulu, Rael," panggil Aiden sambil menepuk tangan Rael
Rael kembali dengan muka sedikit ketakutan. "Maaf Dok, Dokter ganteng sampai saya salfok." Kali ini alasannya berasal dari Yura meski Rael yang mengucapkan karna Rael masih shock dengan apa yang barusan dia lihat.
"Oh iya gpp kok," jawab dokter sambil tersenyum.
Mereka akhirnya keluar, keringat dingin membasahi badan Rael. Wajahnya masih shock.
Saat masuk mobil, hal sama terjadi pada Kael, mukanya pucat pasi tapi dia langsung merubahnya saat Aiden dan Rael sampai di sebelah mobil.
Sepanjang perjalanan suasana di mobil sunyi sepi, sampai akhirnya mereka sampai di supermarket.
"Ini kartu kredit gue, kalian beli semua kebutuhan, gue disini aja," ucap Aiden. Kembar mengangguk lalu keluar dan mulai belanja.
"Eh itu bukannya suami dari korban pembunuhan 5 bulan lalu?"
"Kok dia bisa dengan mudahnya nikah lagi si?"
"Mana nikahnya sama adik istrinya sendiri."
"Lihat tu, nikah baru 2 bulan tapi perut udah gede aja."
"Hamidun pasti tu."
Itulah bisik-bisik para pengunjung supermarket, kembar saling pandang lalu mencari orang yang dari tadi diomongin sama pengunjung lain.
"Kayaknya gak di sebelah sini deh, Dek."
"Kuping kita kadang suka bikin mata kita harus nyari ketempat yang kita gak tau," jawab Rael.
Mereka mencari dimana sumber suara yang mereka dengar dan siapa yang mereka bicarakan.
Mata mereka melotot saat tau siapa yang sedang dibicarakan sama orang-orang.
****
BERSAMBUNG.