Chereads / UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN / Chapter 1 - Prolog

UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN

🇮🇩kartikawulan
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 72.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Teng... Teng... Teng...

Bunyi bel masuk sudah berbunyi, Ara dengan semangat masuk ke dalam kelasnya setelah mendengar bel tanda kelasnya akan dimulai.

Alara Dewi Renjani, putri dari pasangan Intan Prameswari dan Adhitama Sadana bukan gadis yang cantik saat ini. Ara selalu mengeluh kepada kedua orang tuanya kenapa wajahnya tidak secantik ibunya.

Kedua orang tua Ara adalah pasangan pengusaha yang tidak bisa diremehkan. Keduanya termasuk pengusaha yang sangat berhasil di dunia bisnis.

Ara gadis yang ceria dibalik semua kekurangannya. Gadis yang menyukai dunia musik dan suka sekali memainkannya sedangkan Chen JieRui adalah seorang pria yang tampan sejak dilahirkan.

Chen Jie Rui juga berasal dari keluarga yang cukup diperhitungan du dunia bisnis. Kedua orang tuanya Chen HongLi dan Wang Ping asli keturunan China dan saat Chen HongLi pergi menempuh kuliah di Oxford University dia bertemu dengan Adhitama dan mereka bersahabat sampai sekarang.

Ara memasuki kelasnya yang sudah penuh dengan teman-temannya, wajah cerianya selalu tersenyum meskipun tidak sedikit dari teman-temannya yang menghinanya.

"Ara! Sini!" Ara melihat seseorang melambaikan tangannya, melihat siapa yang sudah melambaikan wajah Ara tersenyum lebar.

"Hai Dena!" Balas Ara dengan riang.

Adena adalah satu-satunya teman yang menerima Ara di dalam kelas ini. Ara dan Dena duduk di bangku kelas XI, tahun kedua sekolah menengah atas.

Ara dan Dena bersahabat sejak mereka duduk di bangku menengah pertama, dan Dena juga tahu hubungan Ara dengan Casanova di sekolahan mereka.

Tidak bisa dibohongi, seorang Chen Jie Rui adalah pria yang selalu menjadi idaman setiap wanita. Jie Rui yang pandai di kelas juga sangat piawai di laoangan basket membuat pada wanita berebut untuk menjadi pendampingnya.

Ara selalu kesal jika melihat wanita-wanita genit itu berusha mendekati Jie Rui, tunangannya. Ara ingin sekali menarik rambut wanita-wanita itu dan menjauhkannya dari Jie Rui tapi semua itu hanya keinginannya saja.

Jie Rui selalu marah jika Ara berada di dekatnya. Ara tidak pernah mendapat perlakuan baik dari Jie Rui yang notabene adalah tunangannya sejak duduk di bangku menengah pertama.

Pertunangan Ara dan Jie Rui terjadi karena paksaan kedua orang tua mereka meskipun begitu Ara sangat senang sekali menjadi tunangan Jie Rui.

"Kamu terlambat, kenapa lagi? Ditinggal lagi?" Tanya Dena menebak.

"Itu kamu tahu. Aku sudah siap dari pagi ternyata dia sudah pergi sejak pagi buta. Aku harus mencari taksi, kamu tahu sendiri kan aku tinggal di apartemen dengan dia dan tidak ada yang bisa membantuku selain ponselku untuk mencari taksi." Jawab Ara dengan senyuman khas di wajahnya.

"Kamu itu diperlakukan seperti itu masih saja sabar. Kalau aku jadi kamu, aku sudah melepaskan cincin jelek itu dan mencari pria lain." Ucao Dena ketus sambil menunjuk cincin yang melingkar di jari manis Ara.

Ara melihat cincin itu dengan senyuman di wajahnya. Kebodohan Ara ini selalu membuat Dena kesal. Perlakuan Jie Rui kepada Ara sudah tidak bisa di tolelir lagi oleh Dena karena menurut Dena, Jie Rui sudah sangat keterlaluan.

"Mulai besok aku yang akan menjemput kamu kalau berangkat sekolah. Aku tidak mau melihat kamu basah kunyup karena keringat setelah berlarian seperti ini."

"Uch... bahagianya memiliki sahabat sebaik kamu ini. Aku mencintai kamu, Dena!" Ucap Ara sambil mengecup pipi Dena membuat Dena tersenyum.

"Sudah ah, jangan cium-cium aku! Nanti mereka semua mengira kita lesby, aku tidak mau sampai para pria menganggapku suka wanita ya gara-gara kamu cium."

"Iya-iya, pelit sekali sih? Cuma ciuman saja."

Cup

Ara kembali mengecup pipi Dena lalu dia kembali duduk dan menunggu dosen datang.

Ara mengabaikan Dena yang kembali menggerutu karena dia mencium pipi Dena lagi, seperti itulah persabatan mereka. Dena dan Ara tidak pernah sekalipun mereka bermusuhan, Dena lah yang selalu menjaga Ara dari hinaan demi hinaan teman-teman sekelasnya.

Memiliki Dena yang tidak pernah memandangnya sebelah mata membuat Ara merasa bahagia. Setidaknya dia masih memiliki seseorang yang bisa dia ajak ngobrol atau bergurau, bahkan keberadaan Dena jauh dari ekspetasinya selama ini.

Dena hadir ke dalam hidup Ara seeprti seorang penjaga yang tidak pernah membiarkan Ara terluka sedikit saja.

"Shut... Ara! Guru kita katanya pindah dan ada guru baru yang menggantinya. Kamu sudah melihat siapa guru baru itu?" Tanya Dena sambil berbisik.

Di delan kelas mereka sudah berdiri bapak kepala sekolah yang baru saja masuk. Semua anak langsung diam setelah pria tidak berambut itu berdeham.

"Siapa? Aku tidak tahu, tampan tidak?"

"Ingat ya, status kamu itu apa! Mata itu dijaga, biar yang tampan-tampan menjadi bagianku."

Dena terkikik mendengar ucapannya sendiri kepada Ara sedangkan Ara cemberut. Dia tidak bisa lagi berdebat dengan Dena jika sudah menyangkut hal ini.

Ara termenung sambil memutar-mutar cincin di jari manisnya. Tiba-tiba hatinya terasa perih mengingat perlakuan Jie Rui selama ini.

Pria yang dia cintai dan selalu dia idolakan selama ini sama sekali tidak melihatnya sebagai perempuan ataupun sebagai tunangannya.

Jie Rui selalu menghindarinya jika mereka tidak sengaja bertemu, di rumah pun pria itu tidak pernah menyapanya. Ara selalu sendiri jika di rumah.

Kalaupun Jie Rui pulang ke apartemen mereka, pria itu akan langsung masuk ke kamar dan tidak akan pernah keluar lagi sampai pagi.

Ara ingin sekali bisa berbicara dengan pria yang berstatus tunangannya, tetapi tidak pernah bisa terlaksana.

Ara hanya bisa menatap punggung tegap yang selalu Ara impikan selama ini. Ara yang mendapat larangan keras berbicara dengan Jie Rui hanya bisa memandang dari kejauhan saat pria itu melakukan semua aktivitasnya.

"Ara... sadar! Jangan melamun! Kamu dipanggil dosen baru kita!"

Ara sadar dari lamunannya saat Dena menyenggol sikunya dengan cukup keras. Dan dengan tergeragap, Ara berdiri dari tempat duduknya.

"Iya siap, Pak Nama saya Alara, Pak!" Jawab Ara cepat.

Semua teman-teman Ara tertawa melihat reaksi Ara yang tiba-tiba. Apa yang dilakukan Ara tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru. Dena yang juga merasa malu dengan tingkah Ara hanya bisa menutup wajahnya.

"Iya saya tahu nama kamu Alara Dewi Renjani, yang saya tanyakan adalah kamu sedang melamunkan apa?"

Ara mendongak dan melihat siapa yang menjadi dosen barunya ini. Suara yang familiar membuat Ara semakin ingin melihat siapa yang ada di depan kelasnya.

Bibir Ara menganga melihat siapa yang berdiri di depannya saat ini. Dia sama sekali tidak menyangka kalau akan mendapat kejutan di pagi ini.

Awal yang buruk tapi siapa sangka kalau paginya tidak seburuk biasanya. Ada seseorang yang tidak pernah membuatnya merasa rendah diri sedang berdiri dan tersenyum tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Daniel?"