Chereads / UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN / Chapter 2 - Cinta Sepihak

Chapter 2 - Cinta Sepihak

Ara menatap sayu pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Hatinya terasa sakit saat ini karena pria itu sedang berjalan dengan tangan yang digandeng seorang perempuan yang menjadi primadona di sekolahan mereka.

Gadis itu ingin sekali berteriak dan memberitahu dunia jika pria tampan yang sedang menjadi rebutan seluruh wanita di sekolahannya ini adalah miliknya.

Melihat apa yang dilakukan tunangannya membuat Ara hanya bisa duduk dan diam. Sering kali dia protes dengan apa yang dilakukan oleh pria itu tapi yang ada mereka hanya akan bertengkar.

"Kamu masih mencintai dia? Lihat saja, dia sama sekali tidak melihat ke arah kamu dan sepertinya dia memang sengaja melakukan semua itu kepada kamu. Aku benar-benar membencinya." Ucap Dena kesal.

Dena tidak pernah terima saat melihat Ara terus-menerus disakiti oleh tunangannya sendiri. Ara terlalu baik untuk mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan ini.

"Sudahlah Den, aku juga tidak mau meributkannya lagi. Aku sudah bertahan selama ini tapi sepertinya usahaku sia-sia."

Dena mendongak mendengar apa yang dikatakan oleh Ara. Ada raut bahagia yang terlihat di wajahnya saat mendengar sahabatnya itu mulai pudar perasaannya.

"Kamu sudah tidak mencintai dia lagi?" Tanya Dena semakin penasaran.

"Masih tapi aku akan berusaha untuk melepaskannya. Aku ingin mengabaikannya sampai kedua orang tuaku tahu apa yang terjadi sebenarnya. Aku takut menyakiti hati mereka berdua jika aku memutuskan pertunangan ini terlebih dahulu."

Dena mengerti situasi apa yang saat ini sedang terjadi pada Ara. Pertunangan ini memang tidak bisa diputuskan dengan begitu saja karena ada perjanjian di balik pertunangan Ara dengan Jie Rui.

Keluarga Jie Rui yang kaya itu akan menarik saham yang mereka suntikkan untuk perusahaan keluarga Ara kalau Ara memutuskan pertunangan itu, dan jika sebaliknya Jie Rui yang melakukan kesalahan saham itu menjadi hak Ara dan keluarganya seratus persen.

"Sekarang kamu lepaskan semua ikatan itu sendiri. Lupakan kalau kamu adalah tunangan seorang Jie Rui. Kamu harus bisa bangkit dan mewujudkan kamu sebagai seorang dancer. Jangan hentikan semua mimpi kamu itu hanya untuk laki-laki seperti itu." Ucap Dena memberikan semangat kepada Ara yang terlihat bersedih.

"Kamu tidak berhak mendapatkan kesedihan ini. Tunjukkan kepada semua orang kalau kamu adalah berlian yang sangat berharga."

"Apa aku bisa melakukannya?" Tanya Ara ragu.

"Kamu pasti bisa. Aku akan selalu mendukung kamu, keputusan yang kamu ambil aku akan menjadi orang pertama yang mendukung kamu."

Ara terdiam sebentar sambil melihat ke arah Jie Rui yang masih bersama dengan primadona sekolahan mereka.

Pria itu seakan sengaja membuat Ara sakit hati dengan membiarkan wanita-wanita yang mencintainya terus bergelanyutan di tangannya.

"Benar katamu, aku harus bisa bangkit dan tidak membiarkan hatiku terus terluka. Aku harus mengejar mimpiku, dengan begitu hidupku tidak akan sia-sia."

"Bagus. Itu baru temanku. Cukup menderita karena tidak diakui tapi jangan bodoh dan melepaskan semua mimpi itu hanya untuk seorang pria."

"Heem. Aku harus bangkit dan mengabaikan semua yang aku lihat."

Dena memeluk Ara dengan erat. Memberikan dukungannya untuk sahabat tercintanya itu. Ara yang polos kadang membuat Dena gemas, Ara begitu mudahnya menerima semua perlakuan Jie Rui yang tidak manusiawi padahal wajah Ara juga cantik jika wanita itu mau berdandan.

"Sepertinya kamu harus pindah dari apartemen yang kalian tinggali bersama. Akan sulit bagimu kalau kamu masih tinggal di sana."

"Tapi aku mau tinggal dimana? Aku tidak tahu Beijing sama sekali, semua keperluanku di sini diatur oleh keluarga Jie Rui."

Dena diam sebentar dan tiba-tiba kepalanya bersinar memancarkan ide.

"Kamu mau tidak tinggal bersamaku? Kebetulan kedua orang tuaku menyewakan sebuah rumah, tidak besar tapi cukup jika untuk tinggal berdua."

"Benarkah? Kamu serius?" Tanya Ara tidak percaya.

"Serius, itu kalau kamu mau."

"Mau! Aku mau!" Teriak Ara kegirangan.

Teriakan Ara yang keras membuat semua perhatian terarah kepadanya, begitu juga dengan Jie Rui.

Pria itu sedikit tertegun saat melihat tawa bahagia Ara yang membuat Ara terlihat cantik di matanya.

"Woah, gadis cupu itu ternyata cantik juga ya kalau tersenyum," Ucap Chen Yang, salah satu sahabat Jie Rui.

Jie Rui menatap Chen Yang dengan tatapan tidak suka. Entah kenapa tiba-tiba Jie Rui merasa tidak rela jika Ara mendapat pujian dari pria lain meskipun itu sahabatnya sendiri.

Ara sendiri saat ini menjadi salah tingkah karena semua mata sedang melihat ke arahnya. Dia berkali-kali membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf kepada teman-temannya yang kebetulan ada di kantin.

"Cepat duduk! Duduk!" Ucap Dena sambil menarik tangan Ara agar sahabatnya itu kembali duduk.

"Kenapa minta maaf, ini tempat umum dan kalau ada orang yang tertawa itu adalah sesuatu yang wajar." Gerutu Dena saat melihat tingkah Ara yang menurutnya berlebihan.

"Bukan begitu, aku sudah mengganggu banyak orang dengan suara teriakan ku tadi jadi sudah sewajarnya aku minta maaf bukan?"

"Sudah-sudah, sebaiknya kita atur lagi rencana kita. Kapan kamu pindah?"

"Lebih cepat lebih baik kan?"

"Baiklah, kalau hari ini bagaimana? Kamu mau?"

"Mau sih, tapi jangan sampai aku ketahuan. Kita harus pulang dulu nanti, mengemasi barang-barangku yang ada di apartemen Jie Rui karena aku tidak mau ada barangku yang tertinggal di sana."

"Baiklah, aku akan membantumu biar cepat selesai."

"Kita bisa langsung menuju apartemen sepulang sekolah nanti. Jie Rui akan pulang saat malam, jadi kita bisa leluasa nanti."

"Baguslah kalau begitu. Semakin cepat kamu lepas dari pria brengsek itu akan semakin baik."

Ara kembali melihat cincin yang melingkar di jari manisnya sambil memainkannya berulang kali.

Cincin mahal itu adalah sebagi pertanda kalau Ara sudah menjadi milik Rui tetapi Ara merasa cincin itu mengikatnya dalam segala hal.

"Aku melakukan sesuatu yang benar bukan? Dena, aku tidak salah kan?" Tanya Ara sedikit takut dengan keputusannya ini.

Ada ketakutan di dalam hati Ara mengingat keluarganya bergantung dengan keluarga Jie Rui saat ini.

Ara takut jika keluarga Rui mengetahui semua yang Ara lakukan, mereka akan menarik semua saham keluarga Rui di perusahaan papa Ara.

"Kamu sudah benar, Ara. Kedua orang tuamu juga tidak menginginkan anak mereka terus-menerus disakiti. Kamu berhak bahagia."

Ara meremas kedua tangannya erat, sekali lagi matanya melirik ke arah Jie Rui dan rombongannya duduk.

Primadona sekolahan mereka juga masih menempel di lengan Jie Rui membuat Ara semakin bulat mengambil keputusan ini.

Ara tidak ingin terus menerus disakiti, dia juga ingin dicintai dan bisa bahagia dengan pasangannya.

"Baiklah. Keputusanku sudah bulat. Aku akan pergi meninggalkan apartemen itu dan Jie Rui. Aku harus bisa bangkit dan berjuang sendiri di sini. Aku harus mengejar mimpi-mimpiku yang sempat tertunda karena pertunanganku dengan Jie Rui."