Setelah hampir Lima puluh tahun menikahi ratunya yang terkenal cantik jelita, Raja Hollar akhirnya akan mendapatkan keturunan. Berita kehamilan sang ratu sudah menyebar ke seluruh negeri yang sebagian sudah tidak sabar untuk menyambut calon raja baru mereka yang sudah lama dinanti. Tapi bagi sebagian yang lainya sepertinya hal itu sudah tidak mampu lagi meredam gejolak pertikaian yang mulai meruncing antara pendukung
raja dan sang kal.
"Huh!" "Hah!" "Huh!" "Hah!" "Huh!" "Hah!"
Suara deru sorak sorai, hentakan kaki dan senjata menggema memenuhi langit-langit altar arena duel. Karena sepertinya memang hanya pertarungan fisik yang bisa menghentikan pertikaian panjang yang sudah mustahil lagi untuk dihentikan. Duel adalah ajang terbuka yang akan mereka semua terima sebagai keadilan untuk menentukan siapa yang lebih layak untuk menjadi pemimpin tanah Tar.
Nampak berdiri di tengah arena raja mereka King Holar dan Kal Zoraz yang siap berduel di tengah arena. Kal Zoraz yang menantang Raja Holar untuk berduel di arena terbuka dan disaksikan seluruh penduduk negeri Tar. Siapapun yang terbunuh di arena akan dikenang sebagai kesatrian terhormat dan pembantaian sekeji apapun di arena tetap akan mereka anggap sebagai keadilan.
Sebenarnya semua orang tahu jika pertempuran tersebut sangatlah tidak seimbang, ketika seorang raja di usia senjanya harus menghadapi seorang 'kal' yang terkenal bringas dan tak beradap.
Beberapa kali Raja Holar di dorong mundur oleh tebasan pedang sang panglima bahkan sempat beberapa kali terjatuh saat berusaha kembali menyerang dengan sia-sia. Suara benturan pedang yang saling beradu dan perisai perak Raja Holar berdenting menyakiti telinga tiap penonton yang mengitari arena. Percikan api dari pedang Kal Zoraz terus memukul mundur rajanya hingga hampir keluar arena.
King Holar coba menahan serangan pemuda itu dengan perisai dan menjepit mengunakan gagang pedangnya hingga posisinya terkunci dan tidak bisa bergerak. RajaHolar benar-benar sudah berada di tepi, satu jengkal lagi dia sudah akan terlempar dari arena. Raja Holar masih menahan pedang Kal Zoras dengan perisainya yang sudah hampir terbelah.
Raja Holar melempar pedangnya keluar arena lebih dulu untuk mengalah.
Ketika sang raja akhirnya berlutut dan merentangkan tangannya sebagai bukti kepatuhan, justru Kal Zoraz semakin yakin jika tanah Tar tidak layak untuk dipimpin raja yang lemah.
Tanpa belas kasih Kal Zoraz tetap mengayunkan pedangnya tanpa keraguan dan rasa iba.
Semua sorak sorai dentuman genderang dan senjata seketika terhenti, berubah menjadi kesunyian yang mencekam.
Semua menyaksikan bagaimana kepala raja mereka yang mulia baru saja jatuh dan terpental beberapa kali sebelum akhirnya menggelinding ke tanah dengan mata yang masih terbuka.
Raja Hollar adalah seorang raja berhati mulia yang sangat dicintai rakyatnya, itulah kenapa saat akhirnya sang raja harus meregang nyawa dalam duel yang tak beradab sepertinya bukan hanya sang ratu yang sebenarnya sangat murka, seluruh rakyat berduka tapi sayangnya tidak ada yang cukup berani untuk melawan kebringasan 'kal' mereka.
Semua mata masih tertuju ke arena di mana pedang Kal Zoraz yang baru saja dia gunakan untuk memenggal kepala raja Holar masih berderik mengores lantai batu di belakangnya ketika sang kal berjalan menyeret tubuh tanpa kepala itu dan meletakkannya di tengah arena.
Ratu yang sedang hamil besar sampai ikut berlari ketengah arena untuk bersimpuh di tengah genangan darah suaminya yang masih membanjiri lantai cadas yang cekung. Cekungan itu adalah tempat yang biasa mereka gunakan untuk memenggal kepala para pengkhianat, bukan untuk seorang raja yang terhormat seperti raja Holar. Sang ratu benar-benar murka menyaksikan tubuh suaminya dibantai dengan begitu keji, bahkan setelah kepasrahannya untuk mengalah. Bukan berarti sang ratu tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan rajanya. Sang raja coba ngalah untuk memberikan kesempatan pada anak muda yang ternyata sama sekali tidak bisa melihat pengorbanan rajanya untuk perdamaian negeri Tar.
"Kau tidak perlu membunuhnya hanya untuk sebuah tahta !" desis sang ratu ketika menatap Kal Zoraz dan kesombongannya.
Sang ratu tiba-tiba sudah kembali berdiri dengan keanggunannya yang luar biasa. Tubuhnya bersinar seperti memendarkan cahaya keperakan yang membuat seluruh pasang mata ikut melihatnya dengan takjub dan luar biasa. Selama ini memang tidak pernah ada yang tahu jika ternyata ratu mereka adalah jelmaan dari Goddess of moon yang telah jatuh cinta dengan kebijakan dan kesederhanaan raja mereka.
"Menjadi seorang raja itu membutuhkan kebajikan bukan hanya kekuatan. Sekarang lihatlah bagaimana semua pengikutmu akan memusuhimu, dan memburumu hingga ke rawa seperti mahluk kotor!" pesan sang ratu setelah menyematkan kutukannya, sambil menunjuk tegas pada panglima muda di depannya.
Tiba-tiba Kal Zoraz seperti tidak bisa mencegah tubuhnya yang mulai bergetar dan terus bergoncang hingga otot-ototnya serasa hampir meledak ketika tubuhnya mulai tumbuh semakin membesar. Tubuh panglima yang gagah dan rupawan itu pun seketika mulai berubah menjadi mahluk mengerikan berwarna hijau menyerupai para raksasa penghuni rawa yang selama ini telah dia buru bersama para pasukannya.
Sang ratu yang murka benar-benar mengutuk panglima menjadi mahluk hina, tidak hanya menjadikannya monster tapi sang ratu juga akan menjadikannya mahluk terasing karena harus bersembunyi dari bangsa dan pasukannya sendiri.
Begitulah kedengkian dan sakit hati sang kal mulai ikut tumbuh bersama kebenciannya yang terus mengendap di seluruh pembulu nadinya. Setelah terusir dari istana, sebagai monster buruk rupa seperti ucapan ratunya, kini Kal Zoraz juga masih harus bersembunyi di rawa-rawa sebagai mahluk kotor yang hina, dia diusir oleh mereka yang dulu dia jaga.
Benar-benar penghinaan yang luar biasa bagi Kal Zoras karena ternyata dia tidak hanya menjadi monster, dia juga dikhianati oleh orang-orang yang dulu hanya berpura-pura mendukungnya. Setelah Raja Holar dia bunuh dan dirinya terusir dari negeri Tar akhirnya Hakim Kingsley lah yang menuai kejayaan, dia mengambil alih pasukan kal Zoras dan menduduki singgasana raja Holar. Sepertinya keberuntungan itu memang tidak semata-mata didapatkannya begitu saja. Siasat licik sang hakim untuk mengadu domba kal dan rajanya memang berhasil memuluskan keserakahannya untuk menjadi pemimpin bangsa Tar. Setelah berhasil menempati tahta Raja negeri Tar dia juga mengutus pasukannya untuk memburu Kal Zoras yang sudah mereka semua anggap monster.
Dendampun mulai mengendap dan mendarah daging mengisi tiap rongga di nadi Kal Zoras untuk kembali menuntut pembalasan.
Sampai beberapa bulan berlalu dan Kal Zoraz yang selama ini hanya bisa bersembunyi di dasar rawa akhirnya mendengar jika ratu mereka telah melahirkan seorang bayi, saat itu juga dia tahu apa yang harus dia lakukan.
Menculik satu-satunya keturunan raja dianggap cukup adil untuk membalaskan dendamnya, karena dia merasa sang ratu juga layak menikmati kepedihan di sepanjang sisa hidupnya.
Begitulah akhirnya The Goddess of moon memilih mengabadikan kesedihannya dengan wujud Dewi perak yang menimang buah hatinya dalam buaian.
Pelanet Taroz adalah benda langit keperakan yang sering penduduk bumi sebut sebagai bulan.