Chereads / Dia Imamku. / Chapter 11 - Dilanda kebingungan

Chapter 11 - Dilanda kebingungan

"Iya mantap juga itu boleh sih apalagi ditambah lagi sama makanan iya kan, bercanda bercanda hehe," ucap Pak Heri kepada Bapaknya Sinta itu.

"Ya tunggu dulu ya, aku panggil istriku dulu," ucap Bapaknya Sinta itu.

Setelah beberapa menit Bapak Sinta memanggil Ibunya Sinta justru yang datang malah Sinta.

"Iya ada apa Pak, Ibu lagi sibuk, jadi aku yang ke sini," ucap Sinta kepada Bapaknya itu.

"Oh iya nak jadi begini Ini kan Pak Heri datang terus mau ngobrol sama Bapak jadi kamu bikinkan kopi ya supaya Pak Heri betah di sini kan jarang-jarang juga Pak Heri datang ke sini," ucap Bapaknya Sinta kepada Sinta.

"Oh iya Pak dengan senang hati ya Pak," ucap Sinta kepada Bapaknya itu.

Sinta pun bergegas untuk pergi ke dapur untuk membuatkan kopi dan membuatkan makanan untuk Bapaknya dan Pak Heri yang tengah asyik ngobrol.

"Eh ngomong-ngomong anak kamu sudah tumbuh dewasa ya masih sekolah atau sudah kuliah," tanya Bapak Heri kepada Bapaknya Sinta itu.

"Ya ampun yang sudah kuliah lah kan kayaknya sih satu kampus sama Feri ya kan," ucap Bapak Sinta kepada Pak Heri.

"Oh sudah kuliah oh, malah satu kampus sama Feri malah saya tuh tidak terlalu tahu soal kampus-kampus gitu," ucap Pak Heri.

"Ya kita mah mana tahu soal begituan kita dulu memang cuman lulusan SMP paling mentok Iya kan," ucap Bapaknya Sinta kepada Pak Heri.

"Terus gimana usaha kamu masih lancar-lancar aja kan," tanya Pak Heri kepada Bapak Sinta.

"Ya alhamdulillah sekarang usaha ya lumayanlah kalau dulu kan masih dibawah kalau sekarang menengah lah boleh bisa menyekolahkan anak juga kan apalagi Sinta kan ya gimana ya, dia kan anak yang paling aku sayang, jadi aku harus menyekolahkan dia sampai selesaikan gitu," ucap Bapaknya Sinta kepada Pak Heri.

"Iya Alhamdulillah kalau memang masih lancar-lancar saja kalau ada apa-apa kamu tinggal hubungi aku saja ya," ucap Pak Heri.

Obrolan mereka semakin seru ketika Sinta datang dan juga membawakan kopi dan juga makanan untuk Bapaknya itu dan Pak Heri yang sedang bercerita.

Ini Pak kopinya sama makanannya biar tambah seru gitu ngobrolnya biar tambah akrab banget hehehe," ucap Sinta kepada Bapaknya.

Ini Pak Heri cepat diminum keburu dingin tidak enak kalau sudah dingin," ucap Bapaknya Sinta itu kepada Pak Heri.

Setelah mereka berbicara banyak dan ngobrol tentang apapun Pak Heri pun bertanya tentang hutang yang dulu.

"Kamu masih ingat nggak kalau kamu punya hutang sama aku? tanya Pak Heri kepada Bapaknya Sinta itu.

"Astaga kenapa kamu baru kasih tau aku sekarang, iya dong aku ingat tapi kemarin-kemarin aku lupa kalau kamu nggak kasih tau ya aku bakalan lupa terus, terima kasih ya sudah mau mengingatkan aku tentang hutang," ucap Bapak Sinta kepada Pak Heri.

"Sebenarnya aku tidak enak sih bicara sama kamu tentang hutang begini tapi aku lagi butuh jadi aku bertanya tentang hutang itu kepadamu," ucap pak Heri kepada Bapak Sinta.

"Tapi aku belum bisa bayar semuanya ya semuanya 10 juta kan, tapi aku baru bisa membayarnya 5 juta bagaimana kamu boleh kan? aku membayar setengah dulu," tanya Bapak Sinta kepada Pak Heri.

"Iya boleh kok yang penting secepatnya juga yang 5 juta itu menyusul ya karena aku lagi butuh uang dan aku juga harus membayar tunggakan, sedangkan mobil ini saja dipakai Feri dari tidak tahu kalau Bapaknya sendiri banyak hutang di bank, ucap pak Heri kepada Bapak Sinta.

Bapak Sinta bergegas masuk ke dalam rumahnya dan mengambil uang 5 juta untuk melunasi hutangnya walaupun hanya setengah dulu dan beberapa menit Bapak Sinta keluar dari rumahnnya dan mengambil keluar dan membawa uang 5 juta itu

"Ini aku bayar segini dulu nanti kalau ada uang lagi kamu aku hubungi dan nanti pasti gampang lah buat aturnya ya," ucap Bapak cinta kepada Pak Heri.

Dan akhirnya Bapak dari Sinta memberikan uang untuk melunasi hutang beliau walaupun hanya setengahnya dulu ternyata Bapak Heri datang ke rumah Sinta untuk menagih hutang bukan hanya singgah untuk silaturahmi.

"Oh ternyata kamu kesini itu karena memang ingat kalau aku punya hutang ternyata begitu, aku kira kamu memang mau silaturahmi ke rumahku," gumam Bapak Sinta Dalam Hati.

"Ya sudah ya aku masih ada keperluan yang mendesak jadi aku tidak bisa lama-lama ngobrol sama kamu di sini," ucap Pak Heri kepada Bapaknya Sinta itu.

"Oh iya Iya ih, kan orang sibuk ya jadi banyak job ini, semoga sukses terus ya amin," kata Bapaknya Sinta kepada Pak Heri

"Iya terima kasih banyak ya kopinya dan makanannya salamkan sama anak dan istrimu aku pulang duluan," ucap Bapak Heri.

Pak Heri pun bergegas untuk masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan rumah Sinta.

"Loh, Pak sudah pulang Bapak Heri nya padahal aku baru mau menyalaminya malah dia sudah pulang," ucap Ibu Sinta kepada Bapaknya itu.

"Iya Bu ternyata Pak Heri menagih utang ke sini ternyata hutang yang dulu aku lupa membayarnya tetapi Alhamdulillah aku tadi bisa membayarnya, ya karena usaha kita Bu," ucap Bapaknya Sinta.

"Oh iya pak Alhamdulillah semoga nanti kita ditambah lagi rezekinya sama Allah ya Pak," ucap Ibunya itu.

Setelah beberapa minggu usaha orangtua Sinta semakin hari semakin maju dan pelanggan pun tiap hari bertambah tetapi masuk di satu minggu terakhir usaha keluarga Sinta sedikit menurun.

Ketika Sinta dan keluarga berdiskusi di ruang tamu dan membicarakan tentang usaha yang sedang menurun itu.

gi

"Gimana ya Bu sekarang usaha kita kok makin hari makin menurun padahal dua minggu kemarin baik-baik saja dan malah melejit pemasukan kita tetapi akhir-akhir ini kok makin menurun ya," ucap Bapak Sinta dengan lemah.

"Ya kita tidak boleh sedih Pak karena memang ini kan ujian dari Allah mungkin kita akan dikasih lebih lagi dari ini kan kita tidak tau Pak," ucal Ibu Sinta.

"Iya Pak jangan dulu sedih kan kita baru mau mulai Insya Allah kedepannya kita lebih baik lagi dan lebih berkembang lagi usaha Bapak," ucap Sinta kepada Bapaknya itu.

"Tapi ini pemasukan sangatlah sedikit dan pelanggan juga banyak yang tidak mengambil lagi dari pabrik Bapak, bahkan mereka saja membiarkan tahu dan tempe yang tidak terjual mereka biarkan membusuk, bagaimana Bapak mau maju kalau seperti ini," ujar Bapak Sinta.

Bapak tersayang Sinta itu terlihat sangat sedih dan selalu murung dalam beberapa hari wajahnya terlihat kecewa dengan usaha yang dimiliki

Smpai membuat dirinya sakit Karena omset yang menurun.

Keluarga Sinta mencari ide untuk membangkitkan lagi pabrik yang dimiliki oleh Bapaknya itu karena jika sampai bangkrut, Sinta tidak bisa kuliah dan tidak ada pemasukan sama sekali karena orang tua Sinta hanyalah pabrik tahu dan tempe.

"Apapun yang terjadi aku harus membantu orang tuaku, aku tidak mau jika orang tuaku sampai kesusahan seperti ini apalagi aku kuliah dan ini lebih berat dan aku tidak mau menyusahkan Bapak dan Ibu," ucap Sinta Dalam Hati.

Setelah beberapa hari keluarga Sinta tetap saja tidak bisa membangun kembali usaha mereka karena kerugian yang mereka terima sangatlah banyak, dan membutuhkan modal kembali yang sangat banyak pula hari makin hari demi hari terus berlalu Bapak Sinta jatuh sakit karena memikirkan usaha yang bangkrut nya itu.

Sinta tidak bisa apa-apa karena Sinta masih fokus kuliah.

"Gimana Pak apa yang kita harus hutang ke bank dulu? agar menutupi kerugian ini supaya kita bisa naik lagi Pak," ucap Ibu Sinta kepada Bapak yang itu.

"Aku juga bingung harus bagaimana? Oh iya, coba aku hubungi Heri siapa tau dia bisa bantu kita ya Bu," ucap Bapak Sinta kepada Ibunya itu.

Bersambung