Sinta merasa dunianya hancur dan dia tidak berdaya lagi karena semenjak perjanjian itu usaha keluarganya tidak menjadi lebih baik tetapi malah semakin buruk, Sinta merasa depresi ketika itu karena paksaan dari orang tuanya untuk menikah dengan Feri karena perjanjian yang telah dibuat jika, uang yang diberikan oleh Pak Heri tidak segera dikembalikan Sinta harus menikah dengan Feri.
Sinta berpikir keras untuk pergi dari rumahnya dan dia berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tetapi selalu gagal dan kedua orangtuanya pun sama sekali tidak menghiraukan dia, dan pada suatu malam ketika Sinta hendak lari dari rumah itu, tapi gagal karena Bapaknya itu mengetahui apa yang ingin dia perbuat malam itu.
"Aku tidak bisa tinggal diam aku diperlakukan seperti ini dengan orang tuaku sendiri, aku harus dipaksa menikah dengan orang yang tidak aku cintai, apakah ini benar? Apakah ini Adil bagiku? aku sangat menyayangi orang tuaku tapi kenapa seperti ini," gumam Sinta dengan kondisi yang sangat kacau.
ketika itu timbul lah niat Sinta untuk pergi dari rumah lewat jendela kamarnya, tetapi sungguh disayangkan Bapak Sinta mengetahui Itu.
"Kamu ngapain Sinta? mau pergi dari rumah untuk apa? selama ini Bapak dan Ibu yang menyekolahkan kamu yang membiayai kamu tapi kamu tidak mengerti dengan keadaan ini apa salahnya sih kamu menikah sama Feri, dia juga anak orang kaya kamu bisa bahagia bersama Feri kenapa harus kamu menolak semua ini, tolong mengerti dengan keadaan seperti ini Sinta," kata Bapak Sinta.
"Aku menyayangi Bapak dan Ibu tapi untuk menikah dengan Feri aku belum bisa Pak aku lebih baik mati daripada menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai," ucap Sinta kepada Bapaknya itu.
Semuanya menjadi hancur ketika perjanjian itu tetapi Bapak dan Ibu Sinta tetap bersikeras untuk memaksa Sinta menikah dengan Feri.
Akhirnya keesokan paginya Feri dan Bapaknya datang ke rumah Sinta dengan membawa buah yang ada di tangan mereka.
Pagi itu Sinta masih mengurung diri dalam kamarnya dan dia sama sekali tidak makan karena dia merasa kecewa dengan orang tuanya, terdengar suara Feri dan Bapaknya itu datang ke rumah Sinta, terlihat membawa buah-buahan di tangannya dan membawa sejumlah uang lagi untuk diberikan kepada Bapak Sinta.
Pembicaraan antara Bapak heri kepada keluarga Sinta sangatlah serius dan Sinta mendengarkan apa perbincangan antara mereka yaitu membahas soal resepsi pernikahan antara Feri dan Sinta.
Sinta merasa sedih dia berdoa kepada Tuhan agar semuanya baik-baik saja dan ini hanyalah mimpi, akan tetapi Sinta sangatlah salah besar semua ini bukanlah mimpi ini adalah nyata yang terjadi kepada dirinya sendiri keluarga Feri dan keluarga Sinta berbicara tentang pernikahan.
Ibu Sinta memanggil Sinta untuk menemui Feri sang calon suami.
"Sinta ..." Panggil Ibunya itu dari ruang tamu. Sinta mendengarkan Ibunya memanggil dirinya tetapi dia tidak mau untuk menyahut karena Sinta tau mereka sedang membicarakan resepsi pernikahan Feri dan Sinta.
"Aku tidak mau Bu walaupun Ibu memanggil ku 100 kali aku tidak akan keluar menemui keluarga Feri, aku tidak setuju dengan perjodohan ini, aku tidak setuju dengan pernikahan ini Bu tolong mengerti aku," ucap Sinta dengan lirih.
Sudah tiga kali Ibu Sinta memanggil Sinta, tetapi Sinta sama sekali tidak ada jawaban Ibunya pun datang menghampiri Sinta di kamarnya dan membujuk Sinta untuk keluar kamar dan menemui Feri untuk membicarakan pernikahan mereka dan persiapan yang harus mereka lakukan.
Tiba-tiba Ibunya mengetuk pintu kamar Sinta.
Sinta keluar dulu nak di luar ada keluarga Feri yang ingin membicarakan tentang berlangsungnya pernikahan kamu dengan Feri, tolong mengerti Ibu keluarga Feri sudah menunggu dari tadi kamu cepatlah keluar," ucap Ibunya itu kepada Sinta. Tetapi sama sekali tidak ada jawaban dari Sinta dan Sinta tetap berdiam diri didalam kamarnya.
"Sinta tetap tidak ingin keluar untuk apa Sinta keluar kalau Sinta tidak menginginkan semua ini terjadi hanya untuk uang Bu Ibu rela mengorbankan Sinta, membuat Sinta menangis membuat Sinta depresi seperti ini Bu," ucap Sinta kepada Ibunya itu.
"Ini adalah untuk kebaikan kamu Sinta, Ibu melakukan ini semua hanya ingin kamu bahagia tidak susah lagi seperti Ibu dulu dengan Bapak kamu tolong Mengerti Sinta Feri adalah anak baik-baik dan dari keluarga baik-baik pula " ucap Ibunya itu kepada Sinta.
"Aku belum pernah kenal dia siapa Bu aku juga tidak tahu Feri laki-laki baik atau laki-laki yang jahat, yang aku tau aku tidak mencintai dia, tolong mengerti," ucap Sinta kepada Ibunya itu.
Sinta tetap saja tidak mau keluar dari kamarnya karena hal itu Sinta mengunci dirinya di dalam kamar.
Akhirnya Ibunya pun menemui keluarga Feri di ruang tamu dan meminta permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga Feri.
"Pak Herman mohon maaf ya kalau Sinta tidak bisa diajak berbicara dulu karena dia sedang tidak enak badan," ucap Ibunya itu kepada keluarga Feri.
"lho Sinta sakit Bu? Kenapa Ibu tidak memberitahuku kalau Sinta sakit kan aku bisa membelikan makanan obat untuk Sinta Bu," ucap Feri kepada Ibunya Sinta.
"Sudah nak Feri tidak apa-apa memang perempuan seperti itu mungkin dia lagi mens atau sedang demam saja kok nanti Ibu dan Bapak yang belikan dia obat kamu tenang saja ya," ucap Ibunya kepada Feri.
Sinta mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Feri tetapi sama sekali tidak merubah prinsipnya untuk tidak menikah dengan Feri.
"kamu berbicara seperti itu untuk apa? untuk Ibuku terkesan? untuk kamu terlihat sopan perhatian yang di depan kedua orang tuaku hah?" gumam Sinta yang mendengar perkataan Feri itu.
Setiap apa yang dikatakan oleh Feri Sinta menganggapnya itu hanyalah
omong kosong dan Feri berniat untuk
curi perhatian dari Ibunya itu.
Setelah Feri berbicara kepada Ibunya Sinta akhirnya Feri memutuskan untuk Feri yang memanggil Sinta dan Feri pun
bergegas untuk mengetuk pintu kamar Sinta untuk membujuknya agar
keluar dari kamarnya itu.
Feri mengetuk pintu berulang-ulang tetapi Sinta sama sekali tidak menghiraukan Feri yang menunggunya di luar itu dan sampai akhirnya Feri memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Sinta, Sinta pun terkejut ketika Feri mendobrak pintunya dari luar.
"Kenapa kamu sangat tidak sopan seperti ini aku bilang aku tidak mau keluar, tapi kamu merusak pintu kamar aku tahu kamu orang kaya kamu orang berada kamu mempunyai uang yang banyak tapi tolong hargai rakyat kecil seperti aku, jangan memaksa orang yang tidak mau menikah denganmu," ucap Sinta dengan tegas kepada Feri.
"Aku bukannya tidak sopan denganmu, tetapi aku ingin melihatmu dan ingin membujukmu untuk makan kamu belum makan kan dan kamu jug belum keluar kamar beberapa hari apakah aku salah Untuk membujukmu untuk hal yang baik," ucap Feri kepada Sinta.
Ibu dan Bapak Sinta sama sekali tidak berbicara apapun ketika melihat pintu kamar putrinya itu didobrak oleh laki-laki lain.
Sinta sontak kaget melihat ekspresi kedua orang tuanya itu sama sekali tidak mempunyai kasih sayang ketika melihat orang lain membuka paksa kamar anaknya.
"Kenapa kedua orang tuaku sama sekali tidak marah kepada Feri padahal Feri telah memaksa aku telah merusakkan pintu kamarku seperti ini tapi mereka hanya diam saja," gumam Sinta sambil memandang kedua orang tuanya itu.
Bersambung