Chereads / Dia Imamku. / Chapter 19 - Kepasrahan

Chapter 19 - Kepasrahan

"Kamu bisa tidak dengerin aku, aku kan sudah bilang sama kamu dan kamu adalah calon istriku, apakah aku tidak bisa kalau menghargai kamu di depan mantan pacar aku? apa yang aku lakukan itu tidak wajar? karena aku sedikit lagi menikahimu tidak mungkin aku berbicara yang tidak menghargai kamu di depan mantan pacar aku," ucap Feri kepada Sinta.

"Iya aku tahu tapi ingat aku menikah denganmu hanyalah karena keterpaksaan dan tidak ada cinta ataupun sayang diantara aku dan Kamu," ucap Sinta kepada Feri.

"Terserah kamu berbicara apa kepada aku tetapi aku sangat mencintai kamu mungkin rasa sayangku ini terlalu cepat untuk aku ungkapkan tetapi memang ini kenyataannya," ucap Feri kepada Sinta.

"Tidak perlu berbohong aku tidak perlu mendengarkan semua perkataan bohongmu itu, kamu berbicara seperti ini juga seperti orang yang mencintai wanitanya itu ke semua orang kan bukan cuman sama aku kamu berbicara seperti ini iya kan," ucap Sinta kepada Feri.

"Aku memang memaksa kamu untuk menikah denganku dan kedua orang tuamu sebenarnya memang sudah menyetujui ini tapi kenapa sih kamu selalu mengungkit, kamu selalu berbicara kalau kamu keterpaksaan menikah denganku apa kamu tidak bisa menghargai aku sebagai laki-laki," ucap Feri kepada Sinta.

"Kenapa kamu tidak paham juga kalau aku tidak bisa menikah dengan kamu, aku tidak bisa kenapa harus dipaksa sesuatu yang dipaksa itu mempunyai sesuatu yang tidak baik pula, karena keterpaksaan dan ini semua aku tidak ingin terjadi kenapa kamu tidak paham juga," ucap Sinta kepada Feri.

"sebenarnya kita ke sini mau makan atau mau adu mulut, aku kasar sama kamu salah aku lembut sama kamu salah semua serba salah ternyata ya," ucap Feri kepada Sinta.

"Iya semua salah dan semua jadi permasalahan kenapa kamu tidak paham kalau masalah ini kamu yang buat, semenjak kamu ingin menikah denganku semua masalah datang, Bukannya aku membantah sama orang tuaku untuk menikah dengan kamu tapi caramu itu salah dengan cara memaksa kedua orang tuaku dan kamu menjadikan aku barang persyaratan seperti kamu bisa membeli ku, mau beli harga diriku," ucap Sinta kepada Feri.

Feri pun terdiam dan tidak menghiraukan apa yang dibicarakan oleh Sinta, Sinta berbicara terus karena sakit hatinya tidak kunjung usai dia merasa sakit hati karena dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk menikah dengan Feri dan dia belum bisa menerima dengan lapang dada

Setelah mereka menyelesaikan makan bersamanya mereka pun bergegas untuk pulang ke rumah dan beristirahat.

Sesampainya di rumah Sinta yang tanpa salam itu pun langsung masuk kedalam rumahnya dan berjalan ke arah kamarnya.

"Loh, kok tumben banget enggak salam kenapa sih Sinta," ucap Ibunya kepada Sinta.

LSemakin hari semakin kurang ajar ya kelakuan kamu," ucap Bapaknya itu kepada anak gadisnya.

"Apa Bu aku lupa maaf, Assalamualaikum," Ketus Sinta.

Sinta pun langsung masuk ke kamarnya dan berbaring karena tidak ingin bertemu kepada Bapak dan Ibunya, karena masih kecewa dengan paksaan menikah dengan Feri itu,

ketika Sinta sudah masuk dalam kamar dan beristirahat Feri pun masih

berbicara kepada Bapak Sinta sehabis mengantarkan Sinta itu.

"Gimana semuanya sudah disiapkan dan sudah dapat semua apa yang dibutuhkan pada saat pernikahan?" tanya Bapaknya Sinta kepada Feri.

"Sudah kok tenang saja tidak perlu khawatir," ucap Feri dengan sombong.

"Padahal Bapak hanya bertanya seperti itu, tapi kenapa jawabannya seperti orang yang sangat sombong," gumam Ibunya Sinta dari dalam hati.

Akhirnya Feri pun berpamitan untuk pulang ke rumah, lagi-lagi kelakuan Feri sangat tidak sopan yaitu tidak bersalaman kepada kedua orang tua Sinta.

"Ya sudah Pak Bu Saya mau pulang dulu karena masih banyak urusan yang harus diselesaikan, besok atau lusa hari kesini lagi untuk mengajak Sinta mengambil undangan yang sudah dicetak," ucap Feri kepada Bapak dan Ibu Sinta.

Feri pun bergegas untuk pulang ke rumah tiba-tiba Ibu Sinta memanggil Bapaknya dan berbicara berdua.

"Pak tadi Bapak tidak melihat bagaimana sikapnya Feri pada saat Bapak bertanya tentang semua yang dibutuhkan di pernikahannya jawabannya itu Pak sepertinya tidak enak didengar, sangatlah tidak enak seperti menyombongkan diri," ucap Ibunya itu kepada Bapak Sinta.

"Ah tidak biasa saja mungkin itu hanya perasaan Ibu saja kalau Bapak sih biasa aja dengan jawaban Feri," ujar Bapak Sinta kepada Ibunya Sinta.

"Oh ya sudah kalau memang Bapak merasa itu biasa saja ya tidak apa-apa cuman aku sedikit jengkel saja dengan jawabannya dia tadi karena tidak enak didengar," ucap Ibunya kepada Bapaknya Sinta itu.

Akhirnya mereka berdua pun bergegas untuk masuk ke dalam rumah dan beristirahat, pada saat kedua orang tua

Sinta ingin beristirahat tiba-tiba Ibu dan Bapak Sinta mendengar Sinta sedang menangis di dalam kamarnya.

"Bapak dengar nggak suara itu itu kayak suara tangisan dari Sinta Pak sepertinya dari kamar Sinta deh," ucap Ibunya dengan pelan kepada Bapaknya Sinta itu.

"Iya Bu kayaknya ada suara Sinta Ayo kita cek dulu aku tidak mau Sinta kenapa-kenapa Bu sepertinya dia sangat sedih," ujar Bapaknya.

Sinta menangis karena memang belum

menerima apa yang terjadi pada kenyataannya dia harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai.

Ibu dan bapaknya merasa bersalah tetapi masih terus memaksa dirinya untuk menikah dengan Feri karena hartanya.

"Ya ampun Pak sebenarnya Ibu tidak tega melihat Sinta seperti ini melihat Sinta menangis seperti dianiaya dia tidak bahagia Pak," ucap Ibunya itu kepada Bapaknya Sinta.

LKok kamu malah bicara seperti itu di pernikahan harus berlangsung kamu tahu sendiri kan Feri anak orang kaya jadi kamu tidak usah menghasut Sinta lagi Untuk membatalkan pernikahan ini, kamu cukup menghasut dia agar dia mau menikah dengan Feri," ucap Bapak Sinta.

"Loh aku nih bicara yang ada Pak kenapa harus aku yang di marah sih? Coba Bapak fikir Bapak tidak kasihan sama Sinta kalau menangis seperti ini dari kemarin-kemarin juga Pak aku ada di pihak Bapak untuk menikahkan Sinta dan Feri tapi lihat Pak, apa yang terjadi dengan anak gadisnya itu.

"Lihat Pak Dia sangat tersakiti," ucap Ibunya itu kepada Bapaknya Sinta

Walaupun Ibu Sinta berbicara seperti itu kepada Bapaknya tetap saja Bapak Sinta bersikeras untuk menikahkan anak gadisnya itu dengan Feri.

Keesokan harinya,setelah semuanya selesai dan undangan pun sudah tercetak dengan rapi, hari pernikahan Sinta dan Feri pun tiba.

Pada pagi tu Sinta harus dirias karena acara sudah mau dimulai.

"Aku tidak menyangka ini bakalan terjadi kepadaku dulu aku Membaca dongeng, seorang gadis yang dinikahkan dengan paksa oleh Ayah dan Ibunya tetapi sekarang ini terjadi padaku," gumam Sinta dengan pelan.

pada pagi itu di rumah Sinta sangatlah ramai karena akan ada acara pernikahan Sinta dan Feri.

Pagi-pagi buta Sinta dibangunkan karena harus di make up oleh perias pengantin ketika itu Sinta sedang tidur

dan ibunya pun membangunkannya.

"Sinta Bangun nak sudah pagi kamu bersiap-siap saja dulu karena sedikit lagi perias pengantin akan datang kemari dan kamu harus dirias sedangkan riasan itu mencapai 2 jam untuk merias wajah kamu ayo nak bangun," ucap Ibunya kepada Sinta.

"Iya bu, Terima kasih sudah membangunkan aku, dikit lagi aku bersiap-siap dan kabari aku kalau memang sudah ada perias pengantin langsung masuk ke kamarku saja," ucap Sjnta kepada ibunya itu.

Sinta sangat pasrah ketika perias pengantin itu merias wajahnya dan dia hanya bisa menahan air matanya ketika perias wajah itu menaburkan bedak di wajahnya.

"Loh pengantinnya kok menahan air mata kenapa Neng pasti menahan air mata karena bahagia ya, sedikit lagi mau pisah sama orang tua dan harus ikut suami ya memang seperti itu Neng karena memang hidup ya butuh sosok pendamping dan harus bisa dengan orangtua yang sabar ya Neng, aku juga ikut bahagia Kalau Neng bahagia tunggu ya neng, jangan nangis dulu karena ini nanti bedaknya akan luntur kalau sampai air matanya jatuh," ucap perias itu kepada Sinta.

"Iya terima kasih mbak, iya aku bahagia kok aku bahagia kalau kedua orang tuaku juga bahagia karena merekalah

yang paling berharga dalam hidup aku mbak jadi apapun yang mereka inginkan harus aku turuti, aku mau mereka bahagia ya mbak Nanti aku usahakan agar tidak menetes air mataku ya, yang cantik ya mbak aku ingin terlihat cantik hari ini ucap Sinta kepada sang perias.

Bersambung