Chereads / Dia Imamku. / Chapter 20 - Kesedihan yang di alami

Chapter 20 - Kesedihan yang di alami

"Iya siap neng nanti bilang saja kalau sampai neng capek atau pegal bilang ya neng, supaya asisten saya mengambilkan bantal dan neng bisa berbaring kalau memang capek dan pegal karena ini membutuhkan waktu yang lama neng bisa 2 sampai 3 jam untuk merias pengantin makanya kita Start dari pagi ya neng dan kira-kira calon suami neng nanti datangnya jam 9 untuk ijab qobul," ucap sang perias kepada Sinta.

"Memangnya harus ya, mbak kalau menikah itu dirias seperti ini dan memangnya tidak bisa gitu kalau menikah tetapi tanpa dirias, ya biasa-biasa aja yang penting ijab qobul," tanya Sinta kepada sang perias itu.

"Sebenarnya di aturan agama manapun tidak ada yang melarang untuk merias atau tidak cuman ya sudah jadi adatnya kita mau menggunakan riasan atau tidak Itu sebenarnya selera kita," ucap perias kepada Sinta.

Perias pun terus merias wajah Sinta dengan teliti dan tiba-tiba Ibunya Sinta datang dari arah belakang.

"Gimana sudah selesai apa belum atau masih lama hehehe," ucap Ibunya itu kepada sang perias.

"Ini mempelai wanitanya cantik banget jadi mulus banget wajahnya enak untuk merias wajah seperti ini," ucap perias itu kepada Ibunya Sinta.

"Iya karena dia memang anak rumahan dan tidak pernah keluar jarang banget keluar dan Sinta orangnya itu tidak pernah make up jadinya sekali make up dia cantik banget pasti," ucap Ibunya Sinta kepada sang perias.

"Iya Bu kalau memang wanita yang jarang make up itu biasanya kalau sekali di make-up jadi pangkling orang melihat dia, wajahnya jadi berubah seperti putri hehe begiti sih Bu biasanya," ucap Perias kepada Ibunya itu.

"Loh kok tampaknya anak Ibu murung seperti itu memangnya kamu kasar ya merias wajah dia," tanya Ibunya Sinta kepada sang prias.

"Tidak Bu Dia hanya bahagia dan terharu karena sedikit lagi dia menjadi istri orang dan harus meninggalkan kedua orang tua di rumah, Iya kan neng," ucap sang perias kepada Ibunya itu.

Sinta terus menahan air matanya karena sakit hatinya masih sangat terasa dan dia tidak ingin terlihat sedih, dan dia pun harus memperlihatkan bahwa dia bahagia menikah dengan Feri.

Setelah beberapa jam sang perias yang merias wajah Sinta akhirnya selesai juga, neng ini sudah selesai kayaknya habis ini langsung ganti baju aja, karena calon suami neng akan segera datang dan jam 9 akan dilaksanakan akad nikahnya neng," ucap sang perias kepada Sinta.

"Ya terima kasih ya mbak sudah merias aku jadinya cantik banget aku suka kok," ucap Sinta kepada sang perias.

Tiba-tiba Ibu Sinta pun datang dan memberikan minum untuk anak gadisnya itu.

*Alhamdulillah sudah selesai merias wajahnya kelihatan lebih cantik, anak Ibu sedikit lagi anak Ibu menikah sudah menjadi istri orang Ibu bakalan sedih dan Ibu bakalan kesepian nih," ujar Ibunya kepada Sinta.

"Sedih?? bukannya Ibu maunya aku menikah dengan Feri? kenapa Ibu yang sedih harusnya aku yang sedih," ucap Sinta kepada Ibunya.

"Kamu jangan bicara seperti itu di sini banyak orang bagaimana kalau mereka dengar apa yang kamu bicarakan kepada Ibu? Ibu yang malu Sinta kalau mereka tahu orang tuamu yang memaksa kamu menikah dengan Feri," ucap Ibunya itu kepada Sinta.

Sinta hanya tersenyum kecil di bibirnya.

"Aku tidak pernah minta apa-apa Bu sama Ibu dan Bapak sekali Ini saja Aku minta dipeluk dengan Bapak dan Ibu untuk yang terakhir kalinya, karena aku tahu setelah ini aku tidak ada di sini lagi dan aku ikut suamiku," ucap Sinta kepada Ibunya itu.

Akhirnya Ibu Citra memanggil Bapaknya dan menuruti apa permintaan Sinta itu, tidak lama kemudian Bapaknya pun datang dan menghampiri Sinta dan Ibunya, ketika itu Sinta berdiri dan berkata kepada Bapak dan Ibunya.

"Pak Bu mungkin hari ini atau besok adalah hari terakhir Sinta di rumah ini dan bertemu Ibu, Sinta Belum tahu kapan Sinta ada waktu lagi untuk ketemu dengan Ibu karena selangkah lagi Sinta akan menjadi istri orang dan harus menemani dia, melayani dia aku hanya ingin dipeluk dengan Bapak dan Ibu," ucap Sinta kepada Bapak dan Ibunya itu.

"Kamu bicara seperti ini membuat Bapak sedih nak, Bapak harus kehilangan anak gadis Bapak tetapi untuk kebahagiaan kamu Bapak rela nak," ucap Bapaknya itu kepada Sinta.

Kebahagiaan mana yang Bapak maksud? kebahagiaan ku sendiri atau kebahagiaan Bapak dan Ibu?" tanya Sinta kepada Bapaknya itu.

Bapak dan Ibu yakin dan percaya jika nanti kamu menikah dengan Feri kamu akan hidup bahagia dan terjamin, Percayalah nak kepada Bapak dan Ibu," ucap Bapaknya itu kepada Sinta.

"Aku tidak tahu akan bahagia atau akan menderita Pak bersama Feri yang aku tahu sekarang aku tidak mencintai dia, tapi aku tidak tahu nanti ke depannya seperti apa hubungan aku dengan Feri, aku hanya minta restu kepada Bapak dan Ibu untuk mendoakan aku agar aku bahagia dengan Feri dan entah ini awal dari kebahagiaan ataupun kesengsaraan ku," ucap Sinta kepada Bapak dan Ibunya itu.

"Ibu dan Bapak selalu mendukung selalu mendoakanmu agar kamu menjadi orang yang sangat bahagia apalagi menjadi seorang istri dari Feri," kata Ibunya itu kepada Sinta.

"Semoga saja yang dikatakan oleh Bapak dan Ibu akan terwujud Bu aku akan hidup bahagia dengan dia aku selalu berdoa aku akan bahagia dengan dia tetapi ada keganjilan yang selalu aku takutkan Bu, Feri adalah orang yang kasar dan tidak lembut kepada wanita aku sangat takut Bu," ucap Sinta kepada Ibunya itu.

"Itu hanya perasaan kamu saja nak," ucap Ibu Bapak dan Ibunya pun memeluk erat Sinta.

"Sebenarnya aku tahu dia kasar sudah lama Bu karena pertama kali bertemu dengan ucapan dia sudah kasar dan menyombongkan bahwa dirinya itu adalah orang kaya, aku berbicara seperti ini bukan maksud aku untuk menggagalkan pernikahanku dengan Feri kok Bu," ucap Sinta kepada Ibunya itu.

Ibunya pun selalu menenangkan pikiran Sinta dengan cara memeluk dia dan berkata lembut kepada Sinta.

"Sudah sudah kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh kepada calon suami kamu bagaimanapun dia akan menjadi calon suami kamu dan jangan sampai dia kasar kepada kamu, kamu adalah anak gadis Bapak yang paling Bapak sayang dan Bapak ingin kamu bahagia bersama Feri," ucap Bapaknya itu kepada Sinta.

"Iya Ibu pun juga begitu Ibu dan Bapak ingin kamu bahagia dengan Feri dan Ibu tidak mau mendengar kalau kamu sampai sengsara ataupun tidak bahagia dengan Feri," ucap Ibunya itu kepada Sinta.

"Selalu doakan aku Bu Pak agar aku hidup bahagia dengan dia, aku sudah ingin mengiklaskan pernikahan ini aku tidak mau menjadikan Bapak dan Ibu sedih karena aku tidak mau dinikahkan oleh Feri pilihan Bapak dan Ibu, aku percaya kedua orang tua akan memilihkan jodoh untuk anaknya yang terbaik untuk anaknya dan membuat anaknya bahagia dan itu aku selalu berdoa Bu," ucap Sinta kepada kedua orangtuanya.

"Iya, bukan hanya kamu yang berdoa semua orang pun ikut berdoa untuk kebahagiaan kamu setelah menikah dengan Feri," kata Bapaknya

"Mohon maaf Pak Bu apakah sudah berbicaranya, karena pengantinnya harus berganti pakaian dan harus menunggu calon suaminya dan melangsungkan akad nikah," ucap sang perias kepada kedua orang tua Sinta.

"Oh iya, silahkan sudah kok kita cuman berbicara sedikit aja dan tidak banyak, ya silakan berganti pakaian jangan lupa ya mbak supaya anak gadis ku ini terlihat cantik di depan calon suaminya," ucap Ibunya itu kepada perias.

"Iya Bu pastinya kami akan melakukan yang terbaik, ujar sang perias pengantin itu.

Bersambung