Tiba-tiba Feri mendekati Sinta yang tengah duduk di ranjang kamarnya itu, sontak Sinta pun berteriak minta tolong kepada kedua orang tuanya.
"Ibu Bapak tolong aku, aku tidak mau dijadikan istri olehnya," ucap Sinta dengan menunjuk Feri.
"Aku hanya membujukmu disini aku hanya ingin kamu baik-baik saja dan tidak seperti ini," ucap Feri kepada Sinta.
"Tidak aku tidak mau, Ibu Bapak tolong aku aku mohon tolong aku, aku tidak mau dijadikan istri tolong Ibu tolong Bapak teriak Sinta meminta pertolongan kepada keluarganya.
Tapi sama sekali tidak ada respon dari Bapak dan Ibu Sinta mereka hanya melihat Sinta berteriak tetapi tidak menolongnya atau tidak melindunginya.
"Kenapa kalian diam saja Pak aku sudah tidak berharga lagi menurut kalian aku tidak mau jadi seperti ini aku tidak mau menikah dengan Feri Aku tidak kenal Feri dan aku tidak mengetahui bagaimana sifatnya tolong Bu Sinta dengan memohon kepada Ibu dan Bapaknya.
"Sudahlah kamu tenang saja ayo kita makan kamu belum makan kan, kamu pasti lapar kalau kamu jadi seperti ini nanti kamu sakit dan aku tidak mau kamu sakit," ucap Feri dengan lembut.
penampakan sosok dirinya yang lembut dan yang sama sekali tidak berbicara kasar kepada Sinta memperlakukan Sinta sangat baik pada saat Sinta memberontak seperti itu.
Sinta tetap bersikeras untuk tidak ingin disentuh oleh Feri Sedikitpun.
"Aku tidak mau makan denganmu, tolong kamu menjauh dari aku dan kenapa kamu mendekatiku seperti itu ha, aku tidak ingin kamu mendekat aku tolong Feri aku minta tolong kepadamu batalkan pernikahan ini aku mohon," ucap Sinta kepada Feri.
"Apa yang kamu ucapkan Sinta tinggal menghitung hari kita melaksanakan pernikahan itu dan kedua orang tuamu juga sudah setuju," ucap Feri kepada Sinta.
Sinta Pun menangis mendengar perkataan dari Feri setelah sekian lama Feri dan keluarga Sinta membujuk Sinta untuk makan dan untuk membersihkan badannya tetapi Sinta sama sekali tidak menghiraukan mereka dan tetap menangis dalam kamarnya itu.
Feri dan keluarganya kembali ke ruang tamu dan juga keluarga Sinta menyusulnya mereka membicarakan tentang kondisi dari Sinta.
Sontak semua terkejut ketika tidak lama kemudian Sinta bergegas untuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengambil sepiring nasi untuk makan entah apa yang dipikirkan Sinta tetapi Sinta melakukannya dengan ikhlas.
Setelah Sinta membersihkan badan dan mengisi perutnya dengan makanan Sinta pun beranjak menemui Feri dan keluarganya.
"Maaf ya atas kelakuanku tadi mungkin Feri dan keluarga tidak enak melihatnya, aku minta maaf kalau menjadikan kalian tidak nyaman ketika berada di rumahku," ucap Sinta dengan lembut.
Keluarga Feri pun tersenyum begitu pula dengan kedua orang tua Sinta, Sinta tiba-tiba merubah pola pikirnya dan menyetujui pernikahan atas perjanjian kedua orang tuanya itu.
"Aku siap untuk dinikahkan oleh Bapak dan Ibu atas perjanjian Bapak dan Ibu ku sendiri dan aku juga ikhlas jika aku harus diperjualbelikan oleh kedua orang tuaku sendiri," ucap Sinta kepada keluarga Feri.
Akhirnya Sinta pun duduk di samping Feri dan mereka pun berbicara tentang pernikahan mereka mereka membahas tentang dekorasi pernikahan mereka, Sinta pun selalu merespon baik tentang pembicaraan mereka.
"Aku sangat senang jika kamu bersedia menjadi istri lagu seperti ini," ucap Feri kepada Sinta.
"Sudahlah tidak usah dibahas untuk apa dibahas da karena menolak pun aku tidak punya hak," ucap Sinta kepada Feri. Feri menatap Sinta dengan tatapan tajam dan seperti orang yang sangat menjijikkan
"Kenapa kamu melihatku seperti itu Feri kamu tidak pernah melihatku selama ini apakah kamu belum puas untuk menikahi aku dan kalau boleh jujur aku terpaksa untuk menikah dengan kamu," ucap Sinta dengan tegas.
"Walaupun kamu terpaksa tetap saja kamu akan menjadi milikku sampai di manapun kamu lari tetaplah kamu akan menjadi milikku," ucap Feri dengan tersenyum.
"Kamu pikir aku hanya tinggal diam begini feri untuk menikah denganmu, aku sama sekali tidak mencintaimu dan pasti kamu juga tidak mencintaiku, tapi aku tidak tau niat apa yang ada di dalam hatimu aku tak cinta kepada Feri," gumam Sinta.
Kedua orang tua Sinta sangat bahagia ketika melihat Sinta menyetujui apa permintaan kedua orang tua Itu.
"Nah seperti itu dong nak kalau seperti ini kan Ibu jadi senang melihat kamu bisa bahagia dengan Feri menjadi seorang istri dari Feri, "ucap Ibunya kepada anak gadisnya itu.
Sinta sangat pasrah ketika Ibunya berbicara seperti itu di depan keluarga Feri, Ibunya sama sekali tidak melihat bahwa Sinta sangat berat hati untuk pernikahan ini Ibunya hanya memikirkan bagaimana usaha mereka lancar kembali dengan cara menikahkan Sinta dengan Feri.
"Ternyata Ibu masih berfikir kalau aku benar-benar menyetujui pernikahan ini, kenapa Ibu tidak bisa membaca wajahku Padahal Ibu sangat menyayangiku," gumam Sinta.
Sinta menahan sakit hatinya dengan dalam karena dia seperti seseorang yang tidak berdaya dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri, pembicaraan pernikahan pun selesai dan Sinta melihatkan Senyum manisnya itu kepada keluarga Feri seakan-akan Sinta menyetujui pernikahan ini terjadi.
Ketika telah selesai membicarakan soal pernikahan Feri dan keluarganya pun pulang ke rumah untuk membicarakan pernikahan.
"Di sambung besok lagi ya Sinta dan mungkin akan memilih baju untuk persiapan pernikahan nanti, nanti aku kabari lagi untuk kapan kita pergi ke salon ya sinta,"ucap Feri kepada Sinta.
"Terserah kamu untuk semua urusan pernikahan kamu saja yang handle kamu semuanya aku tidak tau tentang itu," ucap Sinta.
"kenapa sih kamu masih berbicara seperti itu bukannya kamu sudah menyetujui pernikahan kita tetapi kamu tetap saja cukup kepada aku," ucap Feri kepada Sinta.
"Kamu diam saja apakah kamu tidak melihat wajahku? Apakah aku terlihat bahagia dengan semua ini? Tolong mengerti, "Ketus Sinta kepada Feri.
Feri dan keluarganya pun pulang ke rumahnya dan berpamitan kepada keluarga Sinta akhirnya mereka pun pulang dan Sinta pun kembali ke kamarnya itu.
Ketika Sinta hendak pergi ke kamarnya Ibu dan Bapaknya memanggil dirinya untuk duduk kembali ke ruang tamu karena Ibu dan Bapaknya ingin berbicara kepada dirinya.
"Sinta kamu duduk dulu sini Ibu dan Bapak ingin berbicara serius kepada kamu,"ucap Bapak dan Ibunya kepada Sinta.
"mau berbicara apa lagi masih banyak yang mau dibicarakan ya? Bisa nggak ngomongnya nanti aja sekarang aku lagi pusing Lagi pengen tidur ngantuk," ucap Sinta dengan kasar.
Sinta sangat tidak menghargai lagi kedua orang tuanya tapi dia masih mencintai dan menyayangi kedua orang tuanya itu.
"Kenapa kamu berbicara kasar dengan Bapak dan Ibu apa kamu lupa kalau bapak dan Ibu Ini adalah kedua orang tua kamu," ucap Ibunya dengan tegas.
"Aku tidak lupa Bapak dan Ibu adalah orang tua aku, aku hanya berbicara kepada Ibu kalau aku lagi capek dan pengen istirahat itu saja Bu dan aku tidak kasar kepada kalian berdua," ucap Sinta kepada Ibunya.
"Ya sudah kalau memang kamu capek dan pengen istirahat kamu ke kamar saja dulu istirahat setelah istirahat kamu nanti berbicara sama Ibu ya, karena banyak hal yang harus Ibu ceritakan dengan kamu nanti saja Ibu ceritanya kalau kamu sudah tidak capek lagi dan tidak ngantuk lagi Ibu tunggu kok," ucap Ibunya itu kepada Sinta.
Akhirnya Sinta pun pergi ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
ketika Sinta masuk kedalam kamarnya Sinta menangis dan masih tidak percaya dengan hal ini terjadi pada dirinya.
"Dulu aku kira aku akan bahagia karena kedua orang tuaku sangat menyayangiku dan mencintaiku tapi kenapa sekarang semenjak aku dewasa uang adalah segalanya," ucap Sinta.
Bersambung