Kesedihan Sinta tidak hanya sampai disitu saja, tetapi kedua orang tuanya terus memaksa dan terus meyakinkan Sinta bahwa Feri adalah seorang pemuda yang baik.
Pagi itu Ibu dan Bapak Sinta menemui Sinta di dalam kamarnya dan berbicara kepada Sinta tentang Feri.
"Sinta jadi kemarin itu kan kamu tidak bisa menemui Bapak dan Ibu sebenarnya Bapak dan Ibu mau berbicara sama kamu tentang Feri dan bagaimana Feri itu jadi menurut Ibu, kamu menikah lah sama dia ya," ucap Ibunya itu kepada Sinta.
Sinta pun diam ketika mendengarkan perkataan Ibunya dan dia tidak menjawab sepatah kata pun iya kamu harus menikah dengan dia.
"Dia adalah pemuda kaya raya dan Bapaknya juga kan temannya Bapak jadi tidak ada keraguan kalau kamu menikah dengan dia pasti kamu akan menjadi orang yang bahagia, karena sekarang bahagia di lihat dari harta," ucap Bapaknya kepada Sinta.
"Apakah semua harus diukur dengan harta Pak? apakah semua harus dibeli menggunakan uang? kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang Pak karena kebahagiaan kita sendiri yang menciptakannya, tanpa orang lain pun kita bisa bahagia ya tujuan hidup itu adalah mencari kebahagiaan Pak Mencari harta memanglah dibutuhkan
memang benar tapi tidak dengan cara seperti ini kita bahagia dan kebahagiaan itu kita sendiri yang nentuin," ucap Sinta dengan tegas kepada bapakenya itu.
"Iya Ibu tahu dan Bapak juga tahu kalau Kebahagiaan itu kita yang nentuin sendiri dan harta pun kita juga ya nanti sendiri tetapi apakah salah kalau memang kebahagiaan sudah di depan mata dan kita mengikuti apa yang orang tua kita katakan dan tidak membangkang," ucap Ibunya itu kepada Sinta.
"Aku tidak membangkang dengan Ibu dan Bapak tetapi aku hanya ingin keadilan Bu aku sama sekali tidak mencintai Feri tetapi Ibu memaksa dan Bapak pun juga memaksa," ucap Sinta.
Sinta adalah anak yang sangat baik tetapi Ibu dan Bapaknya selalu memaksa dirinya untuk menuruti semua perkataan nya, kedua orang tua Sinta tiada henti untuk meyakinkan Sinta bahwa Feri adalah seorang pria yang baik untuk Sinta dan mempunyai harta yang banyak untuk membahagiakan Sinta kelak.
Sinta hanya terdiam dan tanpa berbicara satu kata-kata pun yang keluar dari mulutnya dia.
Sinta mendengarkan semua perkataan Bapak dan Ibunya aku udah menuruti, apa kata Bapak dan Ibu kalau memang Bapak dan Ibu bahagia dengan mendapatkan uang yang banyak aku rela," ujar Sinta kepada orang tuanya itu.
"Bapak tidak mau kamu hidup susah dan menderita jadi Bapak memutuskan untuk pernikahan kamu dengan Feri anak teman Bapak itu agar Sinta akan mendapatkan kebahagiaan," ucap Bapaknya itu.
Sinta Sendiri tau kol karena yang nentuin kebahagiaan Sinta ya Sinta sendiri bukan orang lain," jawab Sinta kepada Bapaknya itu.
Akhirnya kedua orangtuanya pun meninggalkan dia di dalam kamar sendirian, Sinta selalu meratapi sedihnya kenyataan yang harus dijalani setiap hari dia harus tetap diam diri dan memandang dengan pandangan kosong, karena belum percaya bahwa semua yang dilakukan kedua orang tuanya itu adalah nyata.
Beberapa hari Sinta selalu berdiam diri sampai akhirnya Feri datang ke rumah Sinta dan membujuk Sinta untuk mengurus semua pernak-pernik persiapan pernikahan menjelang H-3 pernikahan Feri dan Sinta.
Mereka berjalan-jalan mengelilingi Danau ketika itu lari ingin membuat mood dari Sinta itu kembali dan kembali ceria lagi seperti dulu tetapi semuanya tidak terjadi dengan begitu karena Sinta tetap berdiam diri dan tidak mengeluarkan 1 tahun dari mulutnya itu.
"Kenapa sih kamu berdiam diri seperti itu padahal aku berniat mengajak mau jalan-jalan dan melihat-lihat suasana luar agar kamu tidak stres di rumah, ntar kalo kamu ingin seperti ini kamu harus menikah dengan aku," ucap dari kepada Sinta.
Pada saat lari bertanya apapun dan berbicara apapun kepada Sinta.
Sinta hanya memandang dengan tajam dan ketika Feri memancing Sinta untuk berbicara akhirnya ada di suatu momen Sinta mau menjawab perkataan dari Feri.
"Sebenarnya apa yang membuat kamu berdiam diri seperti ini? apa kamu memang tidak mau menikah denganku Tapi apa alasannya kenapa kamu seperti itu padahal kita hanya ingin menolong kedua orang tua kita," ucap Feri kepada Sinta.
Feri terkejut ketika berbicara seperti itu dan membuat reaksi Sinta jadi panas dan memandang dengan tajam mata Feri.
"Kamu tidak pernah tahu apa yang terjadi dalam hidupku karena kamu yang merusak semuanya kamu yang menghancurkan hidupku dan kamu yang menghipnotis kedua orang tuaku," ucap Sinta kepada Feri .
"Kenapa kamu menyalahkan aku sedangkan yang menyetujuinya kedua orang tua, aku hanya menawarkan saja tetapi kedua orang tuamu, Iya kan kalau seperti itu apakah aku yang salah jelas-jelas kedua orang tuamu kamu yang setuju kalau kita menikah," ujar Feri kepada Sinta.
"Kedua orang tuaku hanya membutuhkan uang untuk modal usahanya dan dia rela melakukan apa saja demi usahanya menjadi lancar dan ingin menyekolahkan aku tapi kamu nggak bicara sangat tidak sopan, kepada kedua orang tuaku dan meminta untuk kita nikah," ucap Sinta dengan tegas kepada Feri.
Feri pun terkejut ketika mendengar perkataan Sinta yang sangat berani berbicara seperti itu di depan Feri.
"Kenapa aku memaksa kedua orang tuamu karena dari pertama kita berjumpa aku sudah menyukaimu dan menghubungimu, apakah itu salah kepada? Sinta semua perasaan dunia ini tidak ada yang salah kelakuanmu, kamu terlalu parah dan seperti orang yang tidak berpendidikan kamu berbicara seperti itu di depan orang tuaku dan orang tuaku sama sekali tidak bisa apa-apa karena memang sedang mendesak membutuhkan uang untuk usahanya, kalau kamu memang laki-laki baik setidaknya kamu tidak pernah berbicara seperti itu di depan orang tuaku," ucap Sinta kepada Feri.
"Aku tidak mau membahasnya lagi sekarang aku ingin kamu ikut aku untuk mencari baju karena 3 hari lagi kita akan menikah, dan kamu tidak bisa menolaknya itu sudah ketentuan dari kedua orang tuamu dan kedua orang tuaku jadi tolong Ikuti apa yang aku mau," ucap Feri kepada Sinta.
"Terserah kamu, kamu mau bawa aku ke mana sekarang aku sudah pasrah karena aku sangat menyayangi kedua orang tuaku terserah sekarang aku hanya berdoa kepada Tuhanku semoga diberikan kebaikan dalam berjalannya pernikahan," ucap Sinta.
"Apapun yang terjadi Kamu harus menikah denganku tidak mau tahu ," ucap Feri dengan tegas.
"Hahaha terserah saja apa yang ingin kamu ketahui kepadaku, aku hanya mengikuti apa yang kamu katakan kepadaku dan tenang saja aku tidak akan pergi meninggalkan pernikahan ini, karena aku bukan iri," ucap Sinta dengan tegas.
Akhirnya mereka berdua pun pergi ke tempat dimana disana menjual pakaian pernikahan yang sangat bagus dan mahal ketika itu Sinta sama sekali tidak menunjukkan kebahagiaannya, melainkan dia sangat lelah dengan semua yang terjadi pada hidupnya.
"Kenapa sih kamu murung seperti memikirkan sesuatu itu, kita kan mau cari baju jadi kamu harus senyum sedikit lah jangan seperti itu tidak enak dilihat oleh mbaknya yang menjual baju kalau kamu cembrut seperti itu," ucap dari kepada Sinta.
"Kamu tidak perlu mengatur aku harus memakai mimik wajah seperti apa aku ya aku aku menjadi orang tidak munafik dan tidak menyembunyikan sesuatu, hanya untuk mendapatkan sesuatu ingat itu," ucap Sinta kepada Feri
Dan Feri pun hanya tersenyum mendengar perkataan dari Sinta itu karena menurut dia itu sama sekali tidak ada gunanya walaupun Sinta berbicara apapun dengan dia, dia tidak akan menghiraukan Sinta.
Bersambung