Chereads / Dia Imamku. / Chapter 17 - Tanpa adanya persetujuan

Chapter 17 - Tanpa adanya persetujuan

Sinta sangat banyak berbicara kepada Feri dan dia sudah mengetahui bahwa Sinta sama sekali kita tidak setuju ketika dia harus dipaksa menikah dengan Feri, tetapi Feri tidak perduli sama sekali dan tidak menghiraukan apapun yang dikatakan oleh Sinta.

Mereka pun pergi berdua untuk melihat baju yang akan dikenakan di hari pengantin mereka, Sinta terlihat sangat tidak bahagia dan tidak melihatkan senyum sedikit pun.

"Tolong lah walaupun kamu tidak menyukai pernikahan ini, ssnyumlah kepada mereka tidak senyum kepadaku tapi setidaknya kamu menghargai orang lain yang ada di sekitar kita, kamu harus tetap senyum kepada mereka karena kita ini calon pengantin dan kita membutuhkan baju dari mereka, jadi mereka tidak enak kalau kita sampai mencueki mereka," ujar Feru kepada Sinta.

Sinta pun hanya mengiyakan apa perkataan dari Feri, tetapi Sinta tetap tidak mau senyum kepada siapapun karena memang dia tidak bahagia.

Ketika hendak Feri dan Sinta melihat baju yang akan dikenakan mereka untuk acara pernikahan mereka tiba-tiba ada seorang karyawan toko itu menyambut Sinta dan Feri dengan senyuman dan pembicaraan yang baik.

"Halo Selamat datang Bapak dan Ibu jadi mau lihat-lihat baju yang mana,

boleh dilihat-lihat dulu karena harus disesuaikan dengan selera kalian berdua," ucap karyawan itu pada Sinta dan Feri.

"Terima kasih saya mau melihat-lihat dulu yang sebelah sana tolong diarahin ya karena saya ingin baju yang elegan saja dan tidak sama sekali terlihat norak," ucap Feri kepada karyawan itu.

Karyawan itu pun menunjukkan semua koleksi baju-baju yang ada di toko itu dan masih tetap sama Sinta tetap bersikap dingin dan tidak mau melihat apa yang ada di toko itu.

Ketika karyawan itu menunjukkan sebuah baju gaun berwarna putih yang sangat cantik Feri merasa gaun itu sangat bagus.

"Ini koleksi gaun terbagus di toko ini ka Jadi siapa tahu ingin dilihat dulu silahkan atau dicoba dulu juga tidak masalah kok," ucap karyawan itu kepada Sinta.

"Sinta bersikap dingin dan sama sekali tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh karyawan itu yang terpaksa yang menjawab pembicaraan itu adalah Feri.

"Iya nanti biar saya lihat dulu ya nanti di coba kok oleh calon saya, kayaknya bagus sih dan elegan semoga calon saya suka, dia lagi banyak masalah aja jadi dia tidak menanggapi pembicaraan kamu," ucap Feri kepada karyawan itu.

Feri menyuruh Sinta untuk pergi mencoba gaun yang dibawakan oleh karyawan itu karena gaun itu adalah gaun yang sangat bagus yang ada di toko itu.

Sinta awalnya menolak karena dia tidak ingin mencoba gaun manapun yang suruh itu tapi Sinta mengingat bahwa Bapak dan Ibunya bahagia ketika dia menyetujui pernikahannya dengan Feri.

Akhirnya Sinta pun mencoba gaun pengantin yang berwarna putih itu di ruang ganti.

"Kamu tidak usah banyak pikiran kamu cepat mencoba gaun ini aku tunggu di sini dan aku mau lihat hasilnya," ucap Feri kepada Sinta.

Sinta pun mengambil gaun itu dari tangan Feri dan bergegas untuk pergi ke ruang ganti untuk mencoba gaun putih yang bagus itu dan selang beberapa menit Sinta pun keluar dengan menggunakan gaun putih bersih yang cantik dan panjang.

Ketika Sinta keluar dari ruang ganti Feri melihat Sinta begitu sangat menarik dan sangat mengaguminya karena dari sisi bajunya sudah terlihat bagus dan Sinta terlihat Cantik menggunakan gaun itu.

"Ya ampun keren banget kamu pakai ini kelihatan putih bersih kulitmu dan cantik aku bangga mempunyai calon istri seperti kamu," ucap Feri kepada Sinta.

"Tidak usah berlebihan aku tidak suka cara bicaramu berlebihan kepadaku, kamu hanya melihat saja cocok atau tidak aku hanya mengikuti apa perintahmu," ucap Sinta kepada Feri.

"Ya, jangan cuman aku lah yang melihat bagus atau tidaknya kamu juga harus tahu kamu cocok atau tidak memakai pakaian itu kan yang menggunakannya nanti kamu bukan aku, masa iya aku yang merasa nyaman kan tidak," ucap Feri kepada Sinta.

"Kamu tinggal lihat saja pantas atau tidak untuk digunakan di acara pernikahan kita, tidak usah banyak bicara aku sudah capek dengan dramamu," ucap Sinta kepada Feri.

"Kalau menurutku itu sangat bagus dan sangat cocok di tubuhmu kamu juga terlihat sangat anggun memakai pakaian itu apalagi gaunnya berwarna putih bersih, kamu sangat cantik apalagi dengan mahkota di atas kepalamu," ucap Feri.

"Kalau kau menyukainya ya sudah pakai ini saja aku tidak mau ribet aku hanya ingin kamu semua yang urus pernikahan ini tapi kamu malah ajak-ajak aku, aku capek kesana kemari ngikutin kamu," ucap Sinta kepada Feri.

Akhirnya mereka berdiskusi kepada karyawan di toko itu dan memutuskan untuk menggunakan gaun putih itu untuk acara pernikahannya tidak hanya sampai di situ saja, tetapi Sinta dan Feri mencari semua pernak-pernik dan semua yang dibutuhkan di pernikahannya itu.

"Sekarang kita sudah dapat gaunnya tinggal jas aku dan yang dibutuhkan di pernikahan, semoga satu hari ini dapat semua ya karena beberapa hari lagi kita sudah menikah," ucap Feri kepada Sinta.

"Berarti hari ini aku bersama kamu kenapa harus seperti ini sih? aku capek melihat wajahmu terus bosan lah aku," ucap Sinta kepada Feri.

"Kenapa sih kamu seperti itu harusnya kamu menerima lah dari kemarin kamu tidak bisa menerima aku, tidak bisa menerima aku sebagai calon suamimu," ucap Feri kepada Sinta.

"Aku tidak tahu kamu baik atau tidak aku pun tidak pernah mencintai kamu tapi ini hanya terpaksa aku tidak tahu hidupku bagaimana nanti kedepannya, hidup bersamamu," ucap Sinta kepada Feri.

"Kenapa harus memikirkan kedepannya bagaimana kita menikah saja belum sedangkan kamu untuk mempersiapkan semua untuk pernikahannya kita saja kamu merasa keberatan Dan seperti muak dengan aku harus bagaimana menghadapi kamu," ucap Feri dengan tegas kepada Sinta.

"Sekarang saja aku ikuti semua perkataanmu dan aku juga sudah mengiyakan kalau aku mau menikah dengan kamu, apakah itu kurang?" tanya Sinta kepada Feri.

Mereka berdua pun selalu beradu argumen dan merasa paling benar, mereka berdua sangat keras dan tidak ada yang mau mengalah tetapi mereka terus mencari pernak-pernik yang dibutuhkan pada pernikahan mereka, setelah seharian mereka mencari apa yang dibutuhkan pada pernikahan mereka pun mendapatkan semua, dan yang terakhir mereka mencetak undangan pada saat itu Sinta menangis dan tidak ingin turun dari mobil Feri.

"Kenapa lagi kamu kan sekarang sudah mau selesai dan ini tinggal yang telah untuk mencetak undangan mencetak undangan mungkin besok bisa di ambil, jadi kamu tolonglah turun kenapa kamu tidak mau turun dari mobil," ucap Feri.

"lebih baik kamu saja yang mencetak undangan kamu kan tahu namaku siapa terus taruh saja di undangan itu, aku tidak ikut turun tidak tahu kenapa banyak sekali yang aku pikirkan dan aku jadi lemas," ucap Sinta kepada Feri.

"Kenapa sih kamu sakit atau habis ini kita ke dokter untuk periksa kamu supaya tidak jatuh sakit nanti aku juga yang bingung kan," ucap.l Feri kepada Sinta.

"Apa sih kamu tidak perlu merasa bingung kalau aku sakit juga aku tidak akan merepotkanmu," ujar kepada Feri.

Feri pun turun dan memberitahukan kepada orang yang membuat undangan untuk mencetak undangan mereka.

Bersambung