Bapak Sinta memutuskan untuk menghubungi Pak Heri karena mungkin Pak Heri bisa membantu dalam situasi seperti ini, setelah Bapak Sinta itu menghubungi Pak Heri dan dua hari kemudian Pak Heri datang ke rumah Sinta untuk membicarakan apa penyebab kerugian dari usaha mereka itu.
Pada pagi hari tiba-tiba terdengar suara klakson Pak Heri yang datang ke rumah Sinta.
"Assalamualaikum," ucap Pak Heri ketika masuk ke dalam rumah Sinta.
"Waalaikumsalam Pak Silakan duduk pak," ucap Sinta.
"Gimana kabar Bapak kamu katanya Bapak kamu lagi sakit dan tidak bisa berdiri kenapa sebenarnya ada apa?" tanya Pak Heri kepada Sinta.
Sinta pun menyuruh Pak Heri untuk masuk ke kamar untuk melihat kondisi Bapaknya itu.
"Ya ampun kenapa bisa seperti ini sih jadi bagaimana ceritanya? Coba kamu cerita sama aku, kenapa bisa sampai seperti itu," ucap Pak Heri.
"Jadi omset sekarang tuh turun drastis sedangkan dua minggu lalu itu masih aman-aman saja dan masih banyak pelanggan yang jujur tetapi sekarang semuanya berubah," ucap Bapak Sinta itu dengan lemas.
"Iyaa berubah itu seperti apa dan kendalanya itu apa supaya aku juga tau dan aku cari dulu solusinya," ucap Pak Heri.
"Iya jadi semuanya itu rugi karena semua pelanggan kebanyakan membiarkan tahu dan tempe mereka yang tidak terjual itu dibiarkan membusuk jadi akulah yang rugi karena mereka mengembalikan semuanya," ucap Bapak Sinta itu.
"Terus sekarang gimana kamu mau meminjam uang ke bank atau gimana aku juga pusing kalau soal begini Apalagi kamu tambah sakit aduh gimana ini," ucap Pak Heri kepada Bapak Citra itu.
"Iya sebenarnya aku mau nelpon kamu kemarin itu supaya kamu datang kesini dan mau membantu aku untuk pinjam uang ke bank seperti itu," ucap Bapak Sinta kepada Bapak Heri.
"Kamu mau hutang ke mana ke bank mana? Apa kamu yakin kalau hutang ke bank mana ini soal uang banyak bukan uang sedikit," ucap Pak Heri.
"Jadi gimana aku juga bingung, aku juga tidak tahu harus bagaimana dengan usahaku yang seperti ini tiba-tiba down, "ucap Bapak Sinta.
"Bagaimana kalau aku tawarin kamu Aku pinjami uang kebetulan aku ada uang tabungan, jadi mungkin bisa membantu kamu tapi ada syaratnya," ucap Heri.
"Syarat Apa kamu mau sama aku masa iya sih syarat-syarat tapi emang kalau harus nggak apa-apa karena aku mau usahaku lancar dan terus berjalan sampai sukses," ucap Bapak Sinta itu.
Pak Heri terdiam dan memikirkan sesuatu untuk syarat dari hutang Bapak Sinta itu.
Pak Heri berfikir karena Bapak Sinta itu mengembalikan hutang pasti lama dan susah.
"Untuk membayar jadi kamu bikin kesepakatan dulu Kapan harus kamu bayar dan kamu tidak boleh mengingkari kapan kamu bayar ya berarti harus saat itu juga kamu membayar," ucap Pak Heri.
"Iya semua kan harus ada usaha hanya berbicara tapi tidak mau berusaha yang sama saja ya kan," ucap Bapak Sinta.
"Iya terserah kamu jadi bagaimana tanggapan kamu mau bayar atau menyanggupi pembayarannya pengembalian hutangnya," ucap Pak Heri.
"Ya kalau bisa sih secepatnya aku tidak mau menunggu aku nggak punya hutang dengan orang lain," ucap Bapak Sinta itu.
"Kalau aku itu sih belum bisa memperjelas ya kapan aku harus membayar karena memang aku sekarang lagi butuh dan aku tidak tahu kapan usahaku maju lagi, tapi apapun syaratnya deh. Aku bakal mau kok Yang penting kamu bisa kan untuk meminjami aku uang dulu untuk membangun pabrik ku lagi," ucap Bapak Sinta itu.
"Iya bisa kamu tenang saja besok aku bawakan kesini semua uangnya dan kamu kelola saja karena memang usahamu itu penting dan kamu juga harus bersungguh-sungguh memulainya," ujar Pak Heri.
akhirnya Pak Heri pun bergegas untuk pulang ke rumahnya dan Bapak Sinta dibiarkan untuk beristirahat karena belum stabil kondisinya dan fikirannya.
"Bu, Sinta, besok Pak Heri membawakan uang untuk dikelola perusahaan pabrik doakan ya, semoga lancar-lancar saja Amin," ucap Bapak Sinta kepada keluarganya itu.
Keesokan harinya Pak Heri membawakan uang yang diminta oleh Bapak Sinta itu.
Pak Heri bergegas untuk membantu keluarga Sinta dengan meminjami uang untuk mengembalikan modal awal untuk meneruskan usaha pabrik keluarga Sinta itu.
Pada pagi hari Pak Heri mendatangi rumah Sinta menggunakan mobil mewahnya itu dan dia membawa anaknya yaitu Feri.
ketika itu Sinta sedang membersihkan taman depan rumahnya dan tiba-tiba dia melihat Pak Heri dan Feri sedang turun dari mobilnya dan memarkirkan mobilnya di depan rumah Sinta
"Kayaknya itu Feri, terus sama Pak Heri kayaknya aku harus panggil Bapak soalnya pasti perlunya sama Bapak," gumam Sinta dalam Hati.
Sinta pun bergegas untuk memanggil bapaknya yang tengah beristirahat di kamar
"Pak sepertinya ada Feri dan Bapaknya di luar kalau Bapak sudah merasa sehat Bapak bisa menemuinya Pak kayaknya ada perlu sama Bapak, soalnya bawa tas hitam gitu Pak," ujar Sinta kepada Bapaknya.
Bapaknya pun bergegas untuk menemui Pak Heri dan anaknya itu mereka pun berbicara panjang kali lebar dan membahas tentang usaha pabrik milik keluarga Sinta.
Ternyata benar Pak Heri datang ke rumah Sinta dengan membawa uang untuk modal usaha keluarga minta agar tidak bangkrut
Bapak dari Siinta itu terlihat sangat bahagia karena mendapatkan pertolongan dari temannya itu.
"Jadi ini semuanya berapa dan kamu Katanya kemarin membuat syarat dengan aku terus gimana semua Bisa dijelaskan sekarang soalnya ini sepertinya uangnya banyak terus untuk aku modal juga dari awal memulai Semuanya dari awal," ucap Bapaknya Siinta itu.
"Ya ini Jumlahnya ada 600 juta dan ini memang jumlahnya banyak untuk syarat itu tinggal kamu saja, bagaimana pendapatmu karena kan aku sudah bilang secepatnya dikembalikan jika memang sudah ada jadi hanya itu sih sebenarnya syaratnya," ucap Pak Heri kepada Bapaknya Sinta itu.
"Tapi kalau syaratnya ditambah dengan Sinta menikah dengan aku boleh nggak om?" tanya Feri kepada bapaknya Sinta itu.
Sontak keluarga dari Sinta pun terkejut ketika mendengar perkataan Feri yang lancang seperti itu.
"bisa-bisanya dia berbicara seperti itu di depan orang tuaku dan depan orang tua dia sendiri, maksudnya apa dia tidak punya malu kenapa harus ngomong seperti itu, aku kira dia pemuda yang baik, iua memang wajahnya saja yang tampan tapi sama sekali tidak punya hati berbicara depan orang tua seperti itu," gumam Sinta dengan pelan.
"kok ngomongnya seperti itu Feri kan disini ada orang tuamu dan ada orang tua dari Sinta tapi kenapa berbicara seperti itu kan itu tidak etis ini hanya
per pinjaman uang, tetapi Berbicaralah yang sopan Kenapa harus menyangkut pautkan anak gadis Bapak di sini," ucap Bapak Sinta itu dengan nada tegas.
Feri pun terdiam ketika mendengarkan perkataan dari keluarga Sinta dan Feri sama sekali tidak merasa bahwa dirinya sangatlah lancang berbicara seperti itu didepan kedua orang tua Sinta
"Feri kamu berbicara yang baik ya, Jangan bikin malu Bapak di depan teman Bapak ini asal kamu tahu keluarga dari cinta itu adalah teman bapak dari kecil, tapi kenapa kamu berbicara seperti itu bapak meminta syarat hanya untuk jaminan agar bapak bapaknya Sinta mengembalikan uang pinjamannya dengan tepat waktu itu saja dan tidak ada niat untuk menjodohkan kalian berdua ingat itu," ucap Bapak Heri kepada Feri.
Sontak di dalam ruangan itu semua jadi Hening karena perkataan Feri yang sangat lancang.
Bersambung