Mercedes-Maybach Exelero berwarna hitam terparkir sempurna di depan halaman rumah mewah milik seorang gadis muda yang terkenal cantik bahkan di sekitar lingkungannya.
Sesuai dengan perintah Caelia, Daniel tidak turun dari mobil. Dia memutuskan untuk menunggu Caelia sembari memainkan game online di ponselnya.
Cukup lama menunggu, tiba-tiba saja kaca mobilnya diketuk oleh seseorang hingga membuat Daniel meletakkan ponselnya dengan sigap.
Dilihatnya seorang wanita cantik dengan rambut bergelombang yang panjang. Matanya berwarna biru, mirip dengan seseorang.
Daniel segera menurunkan kaca mobilnya. Awalnya, dia bertanya-tanya mengenai siapa wanita tersebut hingga otaknya tersambung dengan seseorang.
"Daniel?" Panggil wanita tersebut.
Daniel tersenyum dingin. Dia segera turun dari mobil, kemudian menghampirinya. "Anda ibunya Caeya?" Tanya Daniel.
Azalea, perempuan tersebut menatap penampilan Daniel dari atas sampai bawah. Dia menelisik satu persatu barang yang Daniel kenakan. Dari mulai jam tangan, hingga ke kemeja berwarna hitamnya.
"Boleh saya tahu nama panjangmu? Bagaimanapun juga, kau akan membawa anakku pergi." Kata Azalea. Meskipun Azalea bukanlah sosok ibu yang kuno, tetap saja dia harus menjaga anak perempuannya dengan baik. Terlebih, Caelia adalah seorang anak tunggal. Dia adalah harta paling berharga yang dimiliki oleh Azalea.
"Daniel Alvern Adyatama." Balas Daniel.
Sontak, Azalea tersentak. Dia bukannya tidak tahu sebesar apa pengaruh keluarga Adyatama di sini dan di Indonesia.
"Kau anak kedua keluarga Adyatama?" Daniel mengangguk sopan mendengarnya.
"Ya. Aku kakak kembar dari Nathan, pemilik sekolah Caelia—"
"Mom?! Ish! Caeya sudah bilang agar Mom tidak keluar rumah! Kenapa ngeyel sih?!" Ucapan Daniel terpotong oleh suara Caelia yang cukup keras. Dia datang dari belakang, berlari dengan rok pendeknya yang tersikap angin. Daniel tentunya segera memalingkan wajah. Dia bukan pria kurang ajar yang suka memanfaatkan situasi walaupun memang gairahnya terbilang cukup besar.
Daniel bukan pria yang terlalu baik. Dia juga seringkali mengunjungi Bar, Club malam, dan menyewa banyak pelacur untuk memuaskan hasratnya.
Tindakan Daniel ini tentunya terlihat oleh Azalea. Sekarang, dia bisa merasa sedikit lega saat mengetahui bahwa pria yang dicintai putrinya memamg pria baik-baik.
"Mom hanya ingin melihat setampan apa calon ayah tirimu, Caeya." Kata Azalea, menggoda putrinya.
Caelia terlihat kesal. Dia menghentakkan kakinya, merangkul kedua lengan Daniel dengan erat. Sungguh, Daniel sampai terkejut dibuatnya.
"Caeya akan makan malam dengan kekasih tampan Caeya ini! Mom tidak perlu menunggu Caeya pulang." Kata Caeya.
Daniel terdiam. Dia tetap diam seolah tak mendengarkan apa yang Caeya katakan.
"Daniel, saya yakin kau pria baik-baik. Bawa pulang Caeya sebelum tengah malam. Itu perintah dari saya." Kata Azalea.
Daniel mengangguk sopan, kemudian tersenyum tipis.
"Mom! Kenapa Mom mengatur? Bisa saja Caeya mau menonton bioskop tengah malam, kemudian jalan-jalan, da—" kini, giliran ucapan Caeya yang terpotong oleh ibunya.
"Pulang sebelum tengah malam atau Mom bakar semua buku-buku kuno milikmu itu." Ancaman yang satu ini tentunya membuat Caelia tak bisa berkutik. Dia hanya cengengesan, dan mendadak patuh pada ibunya.
"Baik Mom Azalea yang cantik dan baik hati." balas Caelia patuh.
"Kalau begitu, kami pergi dulu." Daniel segera membukakan pintu untuk Caelia. Gadis itu masuk, melambaikan tangannya pada sang Ibu.
***
Keduanya telah sampai di sebuah restoran yang cukup terkenal. Sambil menggandeng tangan Daniel dengan penuh antusias, Caelia melenggang layaknya anak kecil.
Sedangkan Daniel sendiri tetap diam, membiarkan Caelia untuk berbuat sesuka hatinya. Dia belum jatuh hati pada gadis itu. Dia hanya ingin mencari tahu lebih dalam mengenai Caelia. Apa benar bahwa Caelia melakukan perjalanan waktu?
Tiba-tiba, Daniel teringat pada ucapan Caelia pagi tadi. Saat gadis itu membahas mengenai dunia paralel dan sebuah buku.
Daniel menarik sebuah kursi, mempersilahkan Caelia untuk duduk sedangkan dirinya segera duduk di depan gadis itu. Salah seorang pelayan segera datang, memberikan buku menu dan bersiap mencatat makanan yang akan di pesan mereka.
Dengan terpaksa, Daniel menahan diri untuk tidak bertanya terlebih dahulu.
"Ini Om yang bayar 'kan?" Daniel membelalak. Bagaimana bisa Caelia sangat blak-blakan seperti itu? Pertanyaan dia seolah-olah meremehkan Daniel. Sudah begitu, Caelia mengatakannya dalam bahasa Inggris sehingga sang pelayan tentunya mengerti.
"Pesan apapun yang kau mau." Ucap Daniel dengan suaranya yang dingin. Dia mengeluarkan sebuah black card dan meletakkannya di atas meja.
"Benarkah? Caeya makannya banyak loh." Balas Caelia.
Daniel memejam. Tanda bahwa dia mengiyakan ucapan Caelia. Daniel pikir, porsi makan banyak menurut gadis itu sama seperti gadis-gadis yang lainnya. Beberapa perempuan terkadang mengatakan hal yang sama. Bilang bahwa porsi makan mereka banyak, lalu gelap mata dan memesan banyak menu. Namun, pada akhirnya mereka hanya memakan satu perempat nya saja sehingga menyisakan banyak makanan.
Dan Daniel yang selalu diajarkan oleh oleh orang tuanya untuk tidak buang-buang makanan tentunya merasa kesal dan langsung merasa ilfeel.
"Caeya mau Goulash, Coquilles Saint Jacques, dan Moqueca. Untuk minumnya, Caeya mau wine—"
Goulash merupakan makanan berbentuk sup yang berisi daging dan sayuran seperti kentang, wortel, serta paprika. Coquilles Saint Jacques merupakan makanan asal Perancis yang menggunakan remis sebagai bahan utamanya. Soal rasa, jangan diragukan lagi, ada banyak perpaduan rasa dalam Coquilles Saint Jacques seperti gurih, kenyal, dan beraroma. Sedangkan Moqueca merupakan sup yang terbuat dari santan dan juga rempah-rempah khas Brasil. Selain itu, untuk isian juga diberi banyak ragam seafood
"Tidak bisa. Berikan dia Mocktail saja." Potong Daniel dengan cepat. Dia tidak mungkin mengijinkan anak di bawah umur seperti Caelia untuk meminum minuman beralkohol.
"Ck! Padahal, Caeya ingin." Cibir Caelia.
Kini, giliran Daniel yang memesan. Alih-alih memesan banyak seperti Caelia, Daniel memilih untuk makan Steak saja. Dia sedang tidak berselera makan.
"Untuk minumnya saya mau wine." Kata Daniel. Sang pelayan kemudian pergi, meninggalkan Daniel dan Caelia berdua.
"Apa saya boleh bertanya sesuatu?" Caelia mengangguk antusias mendengar ucapan Daniel.
"Tanya saja. Om boleh tanya tentang ukuran pakaian dalam Caeya juga." Katanya dengan percaya diri.
Daniel tersentak mendengarnya. Gadis ini rupanya sangat ceplas-ceplos. Daniel pikir, Caelia gadis cerewet yang polos. Ternyata, setelah mengenal lebih dalam, dia sedikit liar.
"Buku apa yang kau baca?" Caelia berpikir sejenak. Masalahnya, buku yang gadis itu baca tidak hanya satu. Tetapi, ada banyak.
"Banyak. Dari buku kuno peninggalan Grandma sampai buku novel dewasa." Jawabnya.
"Buku mengenai dunia paralel." Tegas Daniel agar Caelia mau mengerti apa maksud dari pertanyaannya.
"Sebenarnya ada cukup banyak buku fisika mengenai dunia paralel yang Caeya miliki. Tetapi, yang paling Caeya sukai adalah buku peninggalan Grandma yang berjudul Arcoíris." Jawab Caelia.
"Arcoíris?" Daniel bergumam. Dia seperti pernah mendengar hal itu. Tetapi, Daniel sedikit melupakannya.
"Buku itu sedikit rumit untuk di mengerti. Beberapa pilihan kata yang terlalu tinggi dan istilah yang digunakan membuat Caeya kebingungan. Bentuknya saja yang bagus. Tetapi, jika Om ingin membacanya, Caeya rasa tidak perlu karena sangat susah." Katanya.
"Caeya..." untuk pertama kalinya, Caelia mendengar Daniel memanggil nama nya dengan suara yang lembut.
"Boleh saya meminjam buku itu?"