Chereads / Inverse : When The Past Changes / Chapter 14 - 13. Zac

Chapter 14 - 13. Zac

"Kau baru pulang sialan, kemana kau akan pergi lagi?!" Nathan menghentikan langkahnya setelah tak sengaja menabrak pundak Daniel yang terlihat sedang terburu-buru. Padahal, pria itu baru saja pulang.

"Menjemput Caelia. Malam ini aku akan tidur di mansion pribadiku. Segera hubungi aku jika ada sesuatu." Jawab Daniel sambil melangkah meninggalkan Nathan yang membeku di tempatnya.

"Jangan kau apa-apakan dia sialan! Dia muridku!" Teriak Nathan, yang terdengar hingga ke telinga Daniel namun diabaikan.

Sembari menyetir, Daniel terus melirik jam tangannya. Dia panik karena terlambat sekitar sepuluh menit dari waktu yang dirinya janjikan. Pria itu tak suka dengan orang yang tepat waktu sehingga dia sendiri selalu berusaha tepat waktu. Namun, kali ini sepertinya sedikit sulit. Daniel merutuki dirinya karena menyuruh Caelia untuk menunggu.

Selang lima belas menit perjalanan, akhirnya Daniel sampai di sekolah Caelia. Pria itu segera turun dari mobilnya, mencari keberadaan Caelia sembari mencoba menghubungi gadis itu. Namun, Caelia tidak menjawabnya. Sepertinya ponsel gadis itu mati.

"Sial! Dimana dia?" Daniel sedikit khawatir. Sekolah sudah cukup sepi.

Koridor sekolahan kosong. Bahkan, kelas Caelia pun kosong tanpa tertinggal satu orangpun di sana.

Daniel terus menyusuri sekolahan, mencari keberadaan Caelia. Hingga akhirnya, mata pria itu menangkap gadis yang dia cari sejak tadi tengah duduk di kantin sembari memakan onigiri.

sesegera mungkin, Daniel menghampiri gadis itu. Napasnya yang sedikit terengah-engah membuat Caelia kebingungan. "Om Daniel? Kenapa terengah-engah seperti itu?" Tanya Caelia. Dia berdiri, mendekatkan tubuhnya ke Daniel.

Daniel tak menjawab apapun. Fokusnya terletak pada Caelia yang baik-baik saja. Setidaknya, dia tidak menelantarkan anak orang dan membuatnya terluka.

"Lanjutkan makannya." Tegas Daniel dengan suaranya yang dingin.

Caelia tersenyum. Sisa onigiri yang dia miliki langsung dilahapnya dalam sekali suap. Hal itu membuat pipinya menggembung sempurna.

"Sudah Om. Ayo pulang!" Ajak Caelia sembari susah payah menelan onigiri nya.

Daniel nyaris tertawa melihat tingkah gadis kecil itu. Dia tak menyangka akan bertemu dengan sosok manis di depannya ini.

"Hm." Daniel berdeham, berjalan mendahului Caelia. Gadis itu terus tertatih di belakangnya. Tangannya berusaha menggapai tangan Daniel, namun gagal. Langkah Daniel terlalu lebar untuk dia susul.

"Om Daniel! Jangan cepat-cepat jalannya." Caelia merajuk. Dia menghentakkan kedua kakinya, menghentikan langkahnya.

Daniel secara otomatis ikut menghentikan langkah kakinya. Dia membalik tubuhnya, mendapati Caelia dengan wajah yang sangat kusut.

Helaan napas berat keluar dari bibir Daniel. Dia mendekati gadis belia tersebut, menggendongnya seperti koala hingga membuat Caelia memekik.

"Aaa!! Ih, Caeya cuman minta jangan jalan cepat-cepat, bukannya di gendong." Protes Caelia. Dia takut ada siswa yang belum pulang dan melihat kedekatan mereka. Yang ada, gosip mengenai kedekatannya dengan Nathan akan semakin melebar.

Sebenarnya, Caelia tidak terlalu peduli dengan gosip tersebut. Tetapi, dia merasa tidak enak dengan Nathan. Dia takut Nathan akan membencinya nanti.

"Terlalu lama." Ketus Daniel.

Gadis itu segera di turunkan di kursi mobil, samping Daniel. Wajahnya terlihat memerah menahan malu. Sebenarnya protes yang Caelia lakukan hanya sebuah pencitraan semata. Karena nyatanya, gadis itu sedang berusaha menahan debaran di dadanya.

Daniel sudah masuk di kursi kemudi. Pria itu mengenakan sabuk pengamannya, kemudian melirik Caelia dengan matanya yang tajam.

"Ada apa Om?" Tanya Caelia.

Dagu Daniel menujuk sabuk pengaman, memberi kode pada Caelia. Merasa peka, Caelia segera menariknya dan berusaha menggunakannya. Tetapi, gadis itu sedikit kesulitan. Entah karena gugup atau apa, mendadak tangannya seolah tak berguna.

Menydari kesulitan yang sedang Caelia alami, Daniel menghela napasnya. Dia segera membantu Caelia tanpa perlu pikir panjang lagi.

Tubuh mereka yang berdekatan membuat Caelia bisa menghirup aroma tubuh Daniel yang sangat maskulin. Entah body mist apa yang pria itu gunakan hingga baunya membuat Caelia merasa candu.

Meski hanya beberapa detik, Caelia bisa langsung mengingat dengan baik bagaimana aroma tubuh Daniel tadi. Dia diam-diam tersipu dan tersenyum sembari menunduk.

Daniel yang sedang menyetir menyadari gadis di sampingnya tertawa sendiri, mera kebingungan. Meski begitu, dia tidak menegur ataupun bertanya.

"Om, Caeya lapar. Bisa kita mampir di restoran terlebih dahulu?" Ujar Caelia sembari memegangi perutnya yang keroncongan. Padahal, dia baru saja makan sebungkus onigiri.

"Hm." Daniel hanya berdeham seperti biasanya.

Mobil terus melaju, menuju sebuah mansion mewah yang membuat Caelia terkesima melihatnya. Dia awalnya tak berpikir bahwa ini adalah sebuah mansion. Caelia pikir, Daniel benar-benar membawanya ke restoran.

"Restorannya keren sekali, Om." Puji Caelia.

Daniel sedikit terkejut. Sembari membuka pintu mobil, dia tertawa kecil.

Keduanya turun dari mobil, melangkah memasuki mansion tersebut. Sepanjang jalan, Caelia hanya bisa mengatakan 'wow' melihat berbagai macam interior yang sangat mewah. Rumah ini terlihat sangat modern.

Hingga keduanya sampai ke ruang keluarga. Caelia baru sadar bahwa ini bukan restoran. Ini adalah mansion seseorang.

"Ini bukan restoran." Lirih Caelia.

Tiba-tiba, beberapa orang berbondong-bondong datang menghampiri Caelia dan Daniel. Mereka terlihat menggunakan pakaian ala chef.

"Permisi, Tuan Muda Adyatama. Selamat datang di Mansion. Menu makan malam apa yang ingin Anda inginkan malam ini?" Tanya seorang kepala koki yang ada.

Daniel tidak menjawabnya. Dia hanya melirik Caelia, seolah memberi kode pada koki tersebut agar bertanya pada Caelia.

Mereka benar-benar terkejut saat mendapati tuan mereka membawa seorang perempuan ke mansion. Karena, ini merupakan kali pertama Daniel membawa seorang perempuan yang bukan dari keluarganya.

"Menu makan malam apa yang Anda inginkan, Nona Muda?" Tanya kepala koki.

Caelia terkejut. Dia tidak terbiasa dengan hal-hal formal seperti ini. Hidupnya tak tertata. Makan seenaknya dan pada jam berapapun. Terkadang, bahkan Caelia memasak sendiri meskipun dengan drama jarinya yang teriris pisau.

"Ehm... apa saja..." jawab Caelia pelan. Dia terlihat ragu-ragu. Tak tahu harus menjawab apa. Gadis itu kebingungan.

Caelia sampai menggigit bibir bawahnya karena merasa kebingungan. Dia melirik Daniel, seolah meminta pertolongan.

"Kau ingin makanan dari mana?" Tanya Daniel dengan wajahnya yang terlihat kusut.

Caelia berpikir cukup lama. "Dari... Indonesia saja. Caeya sedang sangat merindukan Indonesia." Jawabnya.

Daniel tak menjawab apapun. Dia hanya melirik para koki yang telah berkumpul, seolah memberi kode. Sebelum para koki tersebut pergi, Daniel menyahut dengan suaranya yang dingin.

"Jangan gunakan mentimun dan kerang hijau pada makanan apapun." Ucapnya.

Para koki mengangguk patuh, kemudian segera pergi melaksanakan tugasnya.

Di sisi lain, mata indah Caelia membola sempurna. "Bagaimana bisa Om tahu kalau Caeya tidak bisa makan kerang hijau dan mentimun?" Tanya Caelia.

Daniel tidak menjawab. Dia berjalan begitu saja, meninggalkan Caelia menuju halaman belakang.

Caeli mengekor setelah detak jantungnya mulai kembali normal. Dia sesaat merasakan seolah darahnya berdesir hebat dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Caelia merasa sangat bahagia karena Daniel memperhatikan setiap detail dari dirinya.

"Om mau kemana?" Tanya Caelia dengan polosnya. Dia terus mengikuti Daniel susah payah. Berjalan, dan terus berjalan hingga kakinya tak lagi mampu melangkah saat mendapati seekor singa besar di depannya.

"Om itu singa?" Daniel menoleh. Dia mendapati Caelia yang sangat ketakutan hingga matanya membola sempurna. Bahkan, kakinya bergetar hebat saat melihat singa besar di depannya.

"Hm. Namanya Zac."