Hari ini, Daniel tidak bisa menjemputnya pulang sekolah seperti biasanya. Gadis cantik dengan rambut berwarna royal blue yang dimiliki akhirnya memutuskan untuk naik taxi online seperti biasanya.
Tetapi, belum sempat gadis itu memesan taxi online, sebuah tepukan di pundaknya membuat Caelia menoleh.
"Cerry?" Tanya Caelia dengan suaranya yang sangat antusias.
"Kau tidak dijemput Uncle kesayanganmu itu?" Cerry bertanya pada gadis itu.
Dilihatnya wajah Caelia yang sangat kusut. Wajahnya terlipat, seperti pakaian kusut yang belum di setrika.
"Apa aku boleh menumpang pada kalian?" Caelia melihat mobil Jerry, kakak Cerry yang saat ini berjalan ke arahnya.
Cerry terlihat meminang keinginan Caelia sejenak. "Baiklah. Kau bisa pulang dengan kami. Tetapi, aku dan Kak Jerry sedang terburu-buru untuk menghadiri acara makan malam. Mungkin, kami akan menurunkan mu di gang depan perumahanmu." Kata Cerry.
Caelia tersenyum. Di turunkan di depan perumahan saja dia sudah merasa sangat senang dibandingkan harus pulang menggunakan taxi online. Dia terkadang malas jika supir taxi online yang membawanya genit. Banyak yang tiba-tiba menawarkan ke club, menggodanya, dan tidak segan-segan mengajaknya berhubungan sexual.
"Tidak apa-apa. Terima kasih Cerry!" Teriak Caelia sembari mendekap erat sahabatnya.
***
Gadis itu turun dari mobil Jerry dan Cerry. Dia berjalan dari depan perumahan sembari bermain ponsel. Gadis itu sedikit khawatir pada Daniel yang tidak memberinya kabar.
"Apa Om Daniel lagi sibuk bikin mesin waktu ya?" Lirih Caelia.
Kemarin, mereka hanya sempat menerjemahkan dua lembar saja. Di sana, terdapat sebuah kata-kata yang menjelaskan tentang dunia modern. Dimana pada tahun 2056, mesin waktu dapat digunakan secara umum.
Tak hanya itu, mereka menyebut mesin waktu sebagai Cronos.
Hanya itu informasi yang dapat mereka ketahui. Sisanya, mereka kewalahan karena banyak huruf yang sedikit rumit.
Srek!
Langkah Caelia terhenti seketika. Bulu kuduk gadis itu merinding. Dia merasakan sebuah pergerakan dari arah belakang. Mendadak, dirinya merasa diikuti oleh seseorang.
Dengan keberanian penuh, Caelia mencoba membalik tubuhnya. Namun, tak ada siapapun. Bahkan, tetangga sekalipun.
Gadis itu benar-benar sendirian mengingat perumahan ini masih baru dan hanya beberapa rumah yang di tempati. Terlebih, gadis itu saat ini tengah berjalan di dekat perpustakaan perumahan sehingga rasa sepi semakin menghantuinya.
"Siapa ya?" Caelia memberanikan diri untuk berteriak. Barangkali anak-anak perumahan yang tadi membuat suara.
Merasa tak ada orang yang menyahut, Caelia akhirnya mempercepat langkah kakinya. Kembali, dia mendengar sesuatu.
Kali ini seperti derap langkah kaki seseorang yang berjalan mengejarnya.
Caelia semakin mempercepat langkahnya, dia tak berani menoleh.
Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas di telinganya. Sungguh, Caelia tidak sedang berhalusinasi. Dia bisa menjamin itu.
Sembari berusaha menghubungi Daniel berkali-kali, gadis itu semakin mempercepat langkah kakinya. Dia terus berjalan cepat hingga nyaris berlari untuk sampai ke rumahnya.
Saat ini, rumahnya sudah ada di depan mata. Caelia setidaknya dapat bernapas lega sejenak.
Dia berlari, kemudian naik ke atas teras dan segera membuka pintu.
Ceklek!
Sewaktu pintu terbuka, gadis itu langsung memeluk erat siapapun yang ada di depannya. Tanpa di sadari, dia adalah seorang pria.
"Ada apa?" Suara itu... Caelia mengenalnya sangat baik.
Dia mendongak, mendapati Daniel di depannya yang sekarang sedang mendekapnya erat.
"Ada apa Caeya? Kenapa kau terlihat ketakutan?" Mom Azalea menyahut. Dia berjalan dari ruang tamu, mendekati putrinya yang terlihat kalut dengan wajahnya yang sudah pucat pasi.
"Ada yang mengikuti Caeya, Mom..." jawab Caelia. Gadis itu berusaha menenangkan dirinya di dalam pelukan hangat Daniel.
Hingga akhirnya, dia bisa merasa lega. Daniel melepaskan dekapannya, kemudian menuntun gadis itu untuk masuk.
"Om, kenapa Om ada di sini?" Tanya Caelia.
"Daniel mencarimu, Caeya. Dia berniat menjemputmu tetapi kau sudah tidak ada di sekolah. Jadi, dia ke sini mencarimu." Jawab Azalea.
"Caeya menghubungi Om, tetapi Om tidak menjawab." Kata Caelia.
"Ponselnya tidak sengaja tertinggal di lab." Jawab Azalea lagi.
Kini, Caelia dapat menghela napas lega. Setidaknya di sini ada Daniel. Barangkali yang mengikutinya tadi adalah perampok, setidaknya Daniel bisa melawannya nanti.
"Kau baik-baik saja sayang?" Tanya Azalea.
Caelia menggeleng pelan. "Ada yang mengikuti Caeya, Mom... langkah kakinya berat dan lebar. Sepertinya dia menggunakan sepatu yang tebal.... dan ada bunyi besi tergesek tanah."
"Kau mungkin berhalusinasi, Caeya..." Caelia menggeleng tegas, membantah ucapan ibunya.
"Caeya melihat bayangannya."