Rambut berwarna royal blue yang tersapu angin , berterbangan di musim semi membuat wajahnya tampak indah di bawah pantulan cahaya matahari sore.
Gadis cantik dengan manik terangnya yang berwarna senada dengan surai lurus dan panjangnya tengah berdiri menunggu taxi online yang telah dipesannya di gerbang sekolah.
Musim semi yang indah ini tentunya tidak gadis itu sia-siakan begitu saja. Meskipun dirinya tak memiliki kekasih, dia tetap akan menikmatinya dengan sang ibu di tengah taman.
Ponsel di tangannya tiba-tiba saja berdering. Gadis cantik berusia delapan belas tahun itu segera menjawabnya setelah melihat nama sang ibu tertera di layar persegi panjang tersebut.
"Yes, Mom? Caelia sedang menunggu taxi online yang tidak datang-datang." Katanya.
Gadis cantik dengan nama Caelia Eloise, putri dari single Mom bernama Azalea Eloise itu adalah primadona sekolah. Banyak pria menaruh perasaan pada Caelia. Tak hanya menaruh perasaan, mereka juga tak jarang secara terang-terangan menunjukkan perasannya. Banyak yang memberikan makan, coklat, atau bahkan mengutarakannya secara langsung.
Hanya saja, satu yang tak bisa mereka berikan. Yaitu, tumpangan. Caelia bukan perempuan yang bisa pergi dengan pria sembarangan. Dia memilih memesan taxi online seperti saat ini dibandingkan membonceng salah seorang teman laku-lakinya. Caelia hanya tidak ingin menimbulkan kehebohan. Selain itu, dia juga hanya mengantisipasi hal-hal buruk yang bisa saja terjadi. Laki-laki jaman sekarang menurutnya sedikit menyeramkan.
"Cepatlah. Mom sudah memasak makan malam yang lezat sekali tentunya. Ini makanan kesukaanmu, Caeya." Ucap Azalea, ibunya.
Caeya adalah panggilan sayang orang-orang terdekatnya. Nama itu di dapat sewaktu kecil. Saat ibunya merasa kesulitan memanggil namanya yang sedikit rumit menurut wanita paruh baya tersebut.
"Makanan kesukaan? Perasaan makanan kesukaan Caeya adalah mie instan." Gumam Caelia pelan.
Ibunya tertawa kecil. "Hehe. Kau tahu sendiri Mom hari ini sedang malas melakukan apapun. Cepatlah pulang, nanti mie instan mu bisa mengembang jika tak cepat-cepat dimakan." Balas ibunya.
Caelia hanya bisa menghela napasnya mendengar ucapan ibunya yang memang sangat konyol ini. Mereka bukan seperti ibu dan anak, tetapi bagaikan sepasang sahabat yang menempel sangat rekat.
Manik berwarna royal blue milik Caelia mulai menangkap sebuah mobil yang dia pikir adalah taxi online pesanannya. "Mom, taxi nya sudah datang. Caeya matikan dulu ya panggilannya." Kata Caelia manja.
"Baiklah sweety... hati-hati di jalan. Mucah!" Ibunya melayangkan sebuah ciuman dari balik telepon. Caelia segera tersenyum hangat mendapati hal itu. Dia kemudian membalasnya sebelum akhirnya panggilan itu benar-benar berakhir begitu saja.
***
BMW X7 M50i berwarna putih melaju pada jalanan Manhattan. Seorang pria dengan kaos berwarna putih dan celana pendek berwarna senada mengendarainya dengan tatapan yang tajam.
Dia adalah Daniel Alvern Adyatama. Anak kedua dari Yudistira Adyatama yang memilih menganggur dan menikmati harta kekayaan ayahnya. Perusahaan Ayahnya jatuh ke tangan sang kakak, Evanne. Di bawah pimpinan seorang perempuan cerdas dan anggun sepertinya, perusahaan sekarang lebih baju berkali-kali lipat.
Saat ini, tujuannya adalah menuju sekolah swasta yang sangat terkenal di Manhattan. Empire High School, sekolah yang kini berada di bawah tangan Nathan, kembarannya.
Mobil miliknya kini telah terparkir di depan gerbang sekolahan. Dia memilih menunggu di sini dibandingkan masuk dan berakhir dengan menunggu Nathan lebih lama lagi. Kembarannya satu itu selalu menyepelekan Daniel jika dia menunggu di dalam. Lain halnya jika Daniel menunggu di luar.
Tangan kekar dan berotot milik Daniel kini mulai meraih ponselnya dan berniat menghubungi Nathan. Hingga akhirnya, pintu mobil bagian belakang tiba-tiba saja di buka. Daniel pikir, itu adalah Nathan, kembarannya.
"Pindah di depan saja." Kata Daniel dengan nada bicaranya yang terdengar dingin. Jika Nathan masuk mobil tanpa mengatakan sesuatu, dipastikan pria itu sedang tidak mood untuk berbicara. Dan Daniel hanya akan mengikutinya.
Pintu bagian belakang terbuka. Kemudian berganti dengan pintu di sampingnya. Seseorang duduk di sana. Daniel yang masih terfokus pada layar ponselnya tidak memperhatikan dengan seksama. Hingga akhirnya, ponselnya dia letakkan dan pandangannya menuju seseorang yang kini duduk di sampingnya.
Alangkah kagetnya Daniel saat seseorang di sampingnya bukan Nathan, bukan pula seorang pria. Melainkan, seorang gadis muda dengan seragam sekolahnya yang sedang memberengut kesal padanya.
"Kau siapa?" Tanya Daniel. Suaranya lebih dingin daripada sebelumnya. Pria itu tak pernah ramah pada siapapun kecuali keluarganya. Dia berbicara hanya saat butuh saja. Selebihnya, dia memilih diam dengan manik matanya yang sangat tajam.
"Ck! Cepatlah, Pak. Anda datang lama sekali. Saya sampai lelah menunggu. Sesuai dengan aplikasi ya, Pak?" Daniel semakin heran dibuatnya oleh gadis muda yang duduk di sampingnya ini.
Tetapi, kebingungan nya kini sirna dan tergantikan dengan raut wajah kaget. Daniel mengingat sesuatu. Otaknya mengolah data ingatan mengenai kecelakaan ibunya yang terjadi beberapa tahun lalu. Hingga akhirnya, Daniel menyadari sesuatu.
"Caelia?" Panggil Daniel tanpa sadar.
Caelia yang duduk di sampingnya mengerjap. Dia terlihat santai, berbanding terbalik dengan Daniel yang nampak sangat terkejut.
"Ya. Saya atas nama Caelia, Pak. Jadi cepetan ya... tujuan sesuai aplikasi." Kata Caelia.
Daniel tidak banyak berkata-kata. Dia mengerjapkan matanya, kemudian mulai melajukan mobilnya tanpa arah.
Caelia yang menyadari hal itu segera bertanya. "Rumah saya bukan ke arah sini." Katanya.
Daniel tiba-tiba tersadar. Astaga, apa yang sebenarnya dia lakukan sampai mengemudi dan menuruti gadis di sampingnya ini begitu saja...
"Dimana?" Tanya Daniel ketus.
Mendengar pertanyaan itu, Caelia merasa aneh. Tetapi, karena terburu-buru dia tetap menjawabnya dan mencoba mengalihkan pikirannya. "Aneh sekali... rumah saya di Blok Apartemen Vashesa." Jawab Caelia.
Daniel segera paham. Dia melaju sembari sesekali memperhatikan wajah Caelia dengan seksama. Dia mengamati dan mencoba memastikan apakah penglihatannya salah.
"By the way, bagaimana bisa Anda menjadi supir taxi online? Wajah Anda sangat tampan, Uncle. Seharusnya Anda bisa menjadi model." Ucap Caelia sembari memperhatikan wajah tampan Daniel. Caelia terkesima saat pertama melihat ketampanan pria itu. Dia bahkan mengaguminya.
Daniel tak mengatakan apapun. Dia hanya berdeham sebagai balasan dari ucapan Caelia yang cukup panjang.
"Siapa namamu?" Caelia terkesiap saat tiba-tiba saja Daniel menanyakan namanya. Padahal, Daniel tadi sempat menyebutkan namanya.
"Caelia Eloise, Om. Eh... apa Anda tahu? Sebutan Om adalah sebutan Uncle di Indonesia." Kata Caelia keceplosan.
Daniel menghela napasnya. Meskipun dia terlahir di Manhattan, tetap saja dirinya bisa berbahasa Indonesia. Kedua orang tuanya mengajarkan bahasa Indonesia pada Daniel.
Tetapi, bukan di situ poinnya. Sesuatu yang berhasil membuat Daniel mengerem mobilnya secara mendadak adalah saat mendengar nama panjang dari perempuan di sampingnya ini. "Caelia Eloise?" Lirih Daniel.
Caelia mengangguk cepat. "Hm. Caelia Eloise. Lahir tanggal 13 Desember di musim dingin." Katanya.