Chereads / Inverse : When The Past Changes / Chapter 6 - 5. Om Daniel

Chapter 6 - 5. Om Daniel

Caelia, gadis cantik yang saat ini sedang bingung memilih coklat mana yang harus dia terima hari ini. Ada beberapa coklat yang tersuguhkan di depannya, dari orang yang berbeda-beda tentunya.

Matanya menelisik satu persatu, kemudian jatuh pada coklat rasa jeruk yang dia sukai. Gadis itu meraihnya, dan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya pergi meninggalkan kumpulan pria yang mencintainya.

Cerry, sahabatnya yang melihat tingkah Caelia seringkali geleng-geleng kepala. Memang, mempunyai fisik yang mumpuni nyatanya sedikit merepotkan. Bahkan, Caelia sendiri terkadang mengaku dia kewalahan.

"Kenapa?" Tanya Caelia, menyadari bahwa Cerry sedang memperhatikannya sejak tadi. Bahkan, Cerry sampai nyaris tertabrak tiang listrik sekolah karena memperhatikan Caelia dengan segenap fokusnya.

"Menjadi cantik ternyata merepotkan." Cibir Cerry.

Caelia mengendikkan bahunya tak acuh. Dia tidak pernah merasa bahwa dirinya cantik. Gadis itu seringkali merendah dan menganggap banyak orang lain yang lebih cantik darinya.

"Aku rasa lebih merepotkan untuk berteman dengan orang cantik." Sindir Caelia pada Cerry. Sahabatnya itu selalh saja mengeluhkan penampilan Caelia yang terlampau cantik dan menggemaskan hingga para pria tunduk padanya. Tak hanya mengeluh, Cerry juga seringkali menegurnya, menyindir, serta marah padanya saat pemuda yang Cerry sukai pada akhirnya lebih menyukai Caelia.

"Ya, lebih merepotkan menjadi temanmu daripada menjadi dirimu sepertinya." Balas Cerry diakhiri sebuah helaan napas yang sangat panjang.

Keduanya saat ini sedang berjalan menuju halaman luar sekolah. Jam pelajaran telah berakhir sejak tadi. Tetapi, kerumunan para pria yang menyukai Caelia seolah tak mengijinkannya untuk pulang.

"Kau pulang dengan Jerry?" Tanya Caelia.

Jerry dan Cerry adalah kakak beradik. Jerry, Sang Kakak sempat tidak naik kelas dikarenakan terlalu nakal. Hal itu membuat keduanya sekarang berada di satu angkatan yang sama.

"Tentu saja." Jawab Cerry dengan helaan napas yang berat. Dia selalu malas pulang dengan Jerry. Karena, kakaknya satu itu juga sama seperti Caelia. Jerry cukup populer di sekolah yang membuat banyak perempuan menggilainya.

"Bagaimana denganmu? Kau pulang sendiri?" Giliran Cerry yang bertanya para Caelia.

Gadis berambut royal blue yang saat ini tengah sibuk dengan ponselnya menoleh. Dia menunjukkan layar ponselnya berupa aplikasi taxi online. Cerry melihat itu langsung paham.

"Baiklah. Aku duluan. Jerry sudah ada di bawah." Cerry mendekati Caelia, memeluknya sangat erat. Keduanya berpelukan bagaikan anak kecil.

"Hati-hati di jalan, Cerry!" Seru Caelia dengan suaranya yang terdengar sangat manja.

Cerry ikut tertawa. Pelukan mereka semakin mengerat, sampai melompat-lompat. Benar-benar seperti anak kecil.

"Kau yang seharusnya berhati-hati, Caelia! Kau gadis polos. Aku terkadang takut barangkali supir taxi online yang membawamu berbuat yang tidak benar." Cerry selalu merasa khawatir terhadap sahabatnya.

Caelia gadis polos dengan tingkahnya yang manja. Dia terlalu baik hati sehingga seringkali menolong orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Hal itu yang membuat Cerry selalu merasa khawatir.

"Tenang saja! Aku membawa alat kejut

listri di tasku. Aku juga membawa kondom." Katanya dengan polos.

Mendengar benda kedua yang disebutkan oleh Caelia, Cerry mengeryitkan keningnya. "Kondom? Untuk apa?"

"Barangkali supir taxi itu mau memperkosaku, setidaknya aku tidak akan hamil diluar—"

Plak!

Kepala Caelia di jitak sangat keras oleh Cerry. Gadis berambut biru itu mengadu kesakitan.

"Aw! Sakit, Cerry. Jahat sekali." Protesnya.

"Bodoh! Salah sendiri kau bodoh. Sudahlah, aku harus pergi, bye!" Cerry segera turun dari tangga, membonceng Jerry dan pergi begitu saja.

Tersisa Caelia sendirian. Dia menuruni anak tangga yang mengantarnya menuju halaman depan sekolahan. Sembari sibuk memainkan ponselnya, gadis itu terus menginjak setiap anak tangga hingga tanpa sadar kakinya terkilir dan membuatnya nyaris terjatuh.

"Aw!" Caelia meringis. Matanya terpejam sangat erat, menanti tubuhnya untuk terdampar di atas tanah.

Tetapi, bukannya tanah yang dia rasakan, justru tangan kekar seseorang yang Caelia rasa sedang menahan tubuhnya.

Perlahan, Caelia memberanikan diri untuk membuka matanya. Sesuatu yang sangat mengejutkan berhasil membuatnya membelalak dan secara reflek menggerakkan tubuhnya.

Caelia kembali nyaris terjatuh andai saja pria yang menahannya tadi tidak segera mencekal tangannya dan menahan tubuh gadis itu.

Matanya yang tajam seolah tidak suka melihat kecerobohan Caelia saat ini.

"Maaf, Mr. Nathan... eh, terima kasih maksud saya." Kata Caelia gugup.

Entahlah, Caelia merasakan hawa yang tidak enak di sini. Nathan seperti orang yang berbeda. Bahkan, pakaiannya pun kono berbeda dari yang digunakannya pagi tadi.

Mendengar Nathan hanya berdeham saja, Caelia merasa sangat canggung. Dia menggaruk tengkuknya, mencari sesuatu untuk dia bicarakan dengan pria itu.

"Saya mau pulang, Mr. Nathan... ini pakai taxi online lagi." Kata Caelia tanpa di tanya.

"Memang saya bertanya?" Caelia seperti tertebas hatinya mendengar hal itu. Dia hanya nyengir kuda hingga memperlihatkan deretan gigi rapinya.

Sayangnya, senyum itu hanya bertahan sebentar hingga suara seseorang terdengar di telinganya dari arah belakang.

"Daniel!" Teriak seseorang.

Caelia secara otomatis menolah karena mengenali suara tersebut. Kembali, dia dikejutkan dengan sesuatu yang tak pernah dia sangka sebelumnya.

"Hah? Kenapa ada dua?" Lirihnya tanpa sadar.

Matanya terus bolak-balik, beralih antara Nathan dan Daniel yang saat ini berdiri sejajar di depannya. "Ini Mr. Nathan, ini juga." Jari jemari Caelia tanpa sadar menunjuk keduanya.

Dia sampai mengerutkan keningnya karena berpikir terlalu keras. Melihat hal itu, Nathan tertawa kecil. Dia menyenggol Daniel agar segera menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Sayangnya, Daniel yang saat ini dia kenal ramah di rumah berubah menjadi dingin di luaran.

Dilihatnya sang kembaran yang saat ini hanya melirik malas pada Nathan. Seolah tidak peka terhadap apa yang Nathan lakukan.

"Jadi, seperti ini Caelia. Kami kembar. Ini kakak kembarku, Daniel Alvern Adyatama dan saya Nathaniel Faaza Adyatama." Jelas Nathan.

Caelia sekarang mengerti. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya sesekali, mencoba mencerna keadaan.

"Lalu siapa yang kemarin mengantarkan Caeya pulang?" Tanya Caelia dengan wajahnya yang polos. Dapat terlihat jelas bahwa masih ada semburat kebingungan dari wajah gadis itu.

"Saya." Jawab Daniel dengan suaranya yang serak, rendah, dan dingin.

"Oh begitu... terima kasih Om Daniel." Kata Caelia sembari membungkukkan kepalanya.

Daniel hanya berdeham. Sedangkan Nathan tertawa kecil. "Kau memanggilnya dengan sebutan Om?" Tanya Nathan.

"Om Daniel paham bahasa Indonesia." Jawab Caelia.

Nathan tertawa. Dia menyikut kembarannya, seolah mengejek karena dipanggil dengan sebutan 'Om'. Sedangkan yang diejek hanya mengendikkan bahunya tak acuh.

"Kalau begitu, Caeya pulang dulu." Caelia berpamitan sembari tersenyum. Langkah kakinya mulai menjauh dari sana. Hingga saat langkah ke delapan, seseorang tiba-tiba mencekal tangannya. Caelia menoleh dan alangkah terkejutnya dia saat menemukan sosok Daniel menjulang tinggi di depannya.

Keterkejutan Caelia tak hanya sampai di situ. Dia semakin kaget saat mendengar Daniel mengatakan, "Biar aku antar."