"Maafkan aku, Bu!" lirih Rastya dengan penuh ketakutan. Ia meraih tangan ibunya seolah sedang menyesal. "Aku senang, Ibu masih hidup! Sekarang, di mana Ibu tinggal?"
Air matanya sudah hampir menetes keluar, Rastya terus menunduk sambil memegang tangan wanita tua itu. Kelihatannya dia sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan ibunya.
"Anak nakal!" sergah Maria dengan sedikit tertawa. "Ibu pikir, kau tidak senang Ibu masih hidup!"
"Ma-mana mungkin tidak senang! A-aku sangat senang Ibu ma-masin hidup!" Lalu Rastya memeluk Maria dengan erat. Matanya terus dikedipkan agar air mata segera turun. "Bu! Aku sangat merindukan Ibu!"
"Di mana kau tinggal? Ayo kita ke rumahmu!" ajak Maria sambil melepaskan pelukan putrinya.
"Tidak enak kita mengobrol di pinggir jalan seperti ini. Lebih baik sekarang kita ke rumahmu!" ucap Maria lagi dengan sedikit memaksa.
Itu membuat Rastya semakin gugup.