Nastya memegang pakaiannya dan meremasnya dengan erat, menyembunyikan noda darah itu agar tidak terlihat oleh Narendra.
"Ti-tidak, aku tidak kenapa-kenapa!" jawabnya dengan gugup. Ia segera berbalik badan, bersiap untuk membuka pintu kamar itu kembali.
Melihat Nastya menghindar, Narendra semakin mendekat. Ia meraih lengan Nastya dan menariknya agar wanita itu menghadap ke arahnya.
"Aku tanya sekali lagi, kau kenapa?" Sekarang tatapannya lembut menatap wanita itu. Bahkan suaranya pun terdengar penuh kekhawatiran.
"Apa kau terluka?" tanya Narendra, tidak sabar. "Mana yang terluka, sini, aku lihat?"
Ia menarik baju Nastya ke atas, ingin membantu membuka pakaiannya dan memastikan luka di tubuh wanita itu.
"Tidak, bukan aku yang terluka. Tapi Rastya!"
Tiba-tiba gerakan tangan Narendra terhenti ketika mendengar jawaban wanita itu. Ia tidak jadi untuk melepas bajunya.
Ia bertanya dengan perasaan lega, "Rastya kenapa?"