"Iya, ibumu!" jawab Erik dengan sabar. Sama sekali tidak kesal dengan keterlambatan Nastya saat merespon ucapannya.
"Oh, itu!" Nastya mengerti. Ia menunduk, menatap meja dengan tatapan kosong. Pikirannya tidak ada di sana. "Sebenarnya, ibuku sudah tahu bahwa dia sakit kanker. Namun dia mengabaikannya hal itu."
Nastya selalu saja merasa sedih saat mengingat hal itu. Mengingat ibunya yang mengabaikan kesehatan karena bosan dengan yang namanya "Rumah sakit!".
" Emh!" Erik pun mengangguk. Tidak berkata apapun lagi setelah itu.
Ia bisa melihat kesedihan Nastya dari nada suaranya dan tatapan matanya. Wanita itu terlihat tak berdaya menghadapi keadaan ibunya sekarang.
Tidak lama, makanan yang sudah Erik pesan sudah disajikan di atas meja oleh pelayan. Dari mulai makanan ringan, hingga minumannya. Erik meminta Nastya untuk segera mencicipinya.
"Makanlah! Walaupun kau sedang sedih, tapi tidak boleh membiarkan perutmu kosong."
Nastya pun mengerti. Ia segera mengangguk.