"Nastya, kau jangan gila! Itu pekerjaan yang sangat menjijikan! Kau tidak bisa melakukannya!" sergah Narendra dengan sangat keras. Merasa tidak suka dengan pengakuan wanita itu.
"Kenapa tidak bisa?" cibir Nastya dengan wajah yang terlihat sangat bahagia. Ia semakin bahagia melihat wajah terkejut pria itu. "Aku memiliki lubang kenikmatan bagi pria, dan kalian para pria punya banyak uang untuk menikmati itu! Kenapa tidak bisa? Itu sah sah saja, kan?"
Wajah pria di depannya sudah sangat merah dengan rahang yang mengeras. Tatapannya tajam melihat Nastya yang ada di depannya. Sorot matanya tajam, terlihat ingin membunuh.
"Apa pria yang kau sebut tadi merupakan pelanggamu malam ini?" tanya Narendra dengan mengeratkan gigi. Suaranya ditekan dan terdengar sangat pelan. Bahkan di bawah meja, tangannya terkepal erat.
"Pria yang mana, maksudmu?" Nastya bingung dengan pertanyaannya.