"5000, 10.000, 15.000, cukup lah buat bayar fotokopi doang, mah."
Oliv memasukan uang pecahan lima ribuan yang berjumlah 3 lembar itu kembali ke dalam saku celana nya.
Gadis polos itu berjalan santai sambil membawa sebuah map berisi beberapa lembar dokumen penting yang harus ia fotokopi sekarang.
Sudah hampir satu bulan, Ayah dan Ibu nya di Bandung belum juga mengirim uang saku kepadanya. Namun Oliv tidak pernah menanyakan perihal uang yang biasanya Tidak pernah telat di kirim oleh kedua orang tua nya tersebut karena ia mengetahui bahwa keadaan ekonomi keluarga nya sedang memburuk. Hal itu karena dua bulan yang lalu, sang ibu yang memiliki sebuah toko sembako di kampung nya tertipu oleh seseorang yang mengiming-imingi sembako dengan harga murah tetapi harus membayar uang muka terlebih dahulu sebelum barang di kirimkan. Alhasil, uang yang seharusnya digunakan untuk jatah Oliv pun ikut terbawa oleh orang yang tidak bertanggung jawab tersebut.
"Mas.. saya mau fotokopi kertas ini masing-masing 2 lembar kira-kira biaya nya berapa ya?" Tanya Oliv kepada pemilik fotokopian di seberang kampus nya.
"Hmm.. murah kok neng, seperti biasa. 20 ribu aja."
"20 ribu? Mahal banget, kan biasanya gak segitu." Cetus Oliv karena ia sudah berlangganan di tempat fotokopian tersebut sejak lama.
"Eh, neng.. murah itu kalau di jam belajar. Ini kan udah sore, saya juga mau tutup jadi harga kembali normal." Jawab seorang lelaki yang berumur sekitar tiga puluh tahunan.
"Ya Ampun, Mas.. kok harga bisa berubah-ubah sih. Tau gitu saya fotokopi nya besok aja kalo mau ke kampus."
"Nah, iya! Gitu aja neng."
"Tapi saya butuh nya sekarang, karena besok pagi-pagi udah harus di kumpulin. Mas kan buka nya jam 10, saya bisa telat kalo nungguin fotokopian ini buka." Ucap Oliv dengan ekspresi wajah sedikit di tekuk.
"Ck... Ya udah, jadi gimana nih neng? Mau sekarang apa besok?"
"Sekarang aja deh, tapi diskon 5 ribu ya! Please dong Mas.. uang saya cuma tinggal 15 ribu nih." Rengek Oliv meminta belas kasihan pemilik fotokopian langganan nya.
Lelaki di depan nya tampak diam sejenak sambil memperhatikan wajah memelas Oliv yang sangat menyentuh relung kalbu nya.
"Ya sudah! Saya kasih diskon 5 ribu khusus hari ini, tapi dengan satu syarat."
"Syarat? Apaan tuh?"
"5 ribu nya di tuker sama nomor telepon si neng nya, gimana? Hehehe." Pungkas lelaki itu sambil terkekeh.
Oliv pun seketika langsung merubah ekspresi nya yang semula tampak memelas kini malah terlihat jijik. "Ya udah, mending catet aja utang saya Mas! Besok saya bayar yang 5 ribu nya, atau bila perlu saya balik lagi kesini nanti malam." Jawab Oliv saking tidak mau nya memberi nomor telepon kepada lelaki yang sudah beristri tersebut.
Sang pemilik fotokopian pun langsung terbahak-bahak setelah mendengar ucapan Oliv di tambah dengan ekspresi wajah nya yang begitu mendalami peran.
"Saya becanda, Neng! Serius amat sih, lagian kan saya juga udah punya istri." Ucap lelaki itu sambil tertawa.
"Syukurlah kalo sadar." Batin Oliv menjawab.
Gadis itu mengangkat bibir nya sedikit sambil memberikan beberapa lembar kertas yang harus ia fotokopi sekarang juga.
"Hehe, makasih ya Mas! Jadi saya gak punya hutang nih? Beneran?"
"Iya, beneran neng! Udah jangan nanya lagi, nanti saya bisa berubah pikiran." Ucap lelaki di depan nya sambil merapihkan lembaran kertas tersebut sebelum ia masukan ke dalam mesin fotokopian.
---
Brukkk...
"Aduh, kertas Gue."
"S--sorry, Gue gak.. se nga ja.." Ucap seorang lelaki yang baru saja menubruk tubuh mungil Oliv dan membuat kertas fotokopian nya berhamburan sebelum ia masukan ke dalam map.
Oliv pun langsung mengangkat wajah nya sambil memungut beberapa lembar kertas penting tersebut untuk melihat siapa seseorang yang baru saja menubruk tubuh nya.
"Andre." Ucap Oliv dalam hati.
Ia pun buru-buru bangun dan memasukan kertas milik nya ke dalam map kemudian berjalan cepat menjauhi Andre dan kekasih nya. Lelaki hitam manis itu tampak memperhatikan punggung Oliv yang sudah menjauh tanpa berkata apapun.
Bagaimana pun juga, Oliv adalah gadis yang begitu baik dan tulus di mata nya. Tetapi ia tidak bisa memilih kedua gadis yang mencintai nya tersebut saat itu, Andre harus memilih satu di antara mereka, dan Oliv bukan lah pilihan nya.
"Sayang, ayo! Ngapain sih kamu liatin cewek oon itu terus.. tugas kuliah aku harus segera di selesein." Ucap Danira, kekasih Andre saat ini.
Andre pun mengangguk pelan kemudian langsung menemui pemilik fotokopian tersebut untuk membantu sang kekasih menyelesaikan tugas kuliah nya.
---
"Sial.. sial.. sial.. kenapa Gue harus ketemu sama setan di sore hari?!" Sungut Oliv sepanjang jalan saat menuju ke kosan nya.
Tanpa sadar, Gadis itu berjalan begitu cepat tanpa memperhatikan arus lalu lintas di jalan yang cukup ramai.
Oliv hanya fokus saat menyebrang saja. Selebihnya ia berjalan sambil menunduk dengan mulut yang terus mengucapkan kata-kata yang sama. "SIAL."
Bagi Oliv, pertemuan nya dengan Andre dan kekasih nya secara tidak sengaja tadi sudah membuat mood nya berantakan karena harus mengingat kembali masa-masa saat dulu ia di campak-kan.
"Liat aja Dre, Gue juga bisa dapetin cowok yang lebih baik daripada Lo." Sungut Oliv sambil menginjakan kaki nya ke aspal jalanan.
Saat tengah menggerutu sepanjang jalan, tanpa sadar kaki nya tersangkut ke sebuah batu besar di depan gang menuju ke kosan nya.
Tubuh mungil nya sudah hampir berguling di tanah sebelum kemudian sesosok lelaki misterius datang menangkap tangan nya dan membiarkan Oliv terjatuh di dada bidang nya yang kokoh.
"Oooops.. Sorry, Gue gak bermaksud buat.." Lelaki itu menggantungkan ucapan nya karena melihat ekspresi wajah Oliv yang malah berseri-seri menatap ke arah nya.
"Gak apa-apa kok, Mas." Jawab Oliv pelan tanpa melepaskan tubuh nya di pelukan lelaki tersebut.
"Sorry, tangan Gue.."
"Oh, maaf Mas.. saya gak sengaja." Timpa Oliv seketika saat dirinya menyadari bahwa tangan binal nya mulai mencengkeram pergelangan lelaki tampan itu beberapa detik.
Lelaki yang saat itu menguncir rambut nya yang gondrong pun tersenyum manis ke arah Oliv yang nampak nya begitu terpukau dengan pesona nya yang luar biasa.
"Lain kali hati-hati ya, biar gak jatuh lagi." Ucap lelaki tersebut dengan santai.
"I-iya, Mas.. makasih banyak ya."
"Sama-sama, tapi kaki Lo beneran gak apa-apa kan?" Tanya lelaki tersebut dengan sorot mata yang tajam bak mata elang.
Oliv yang sudah terbius dengan pesona lelaki di depan nya tidak ingin melewatkan kesempatan begitu saja.
Setelah diam beberapa saat, akhirnya Oliv mempunyai ide cemerlang agar bisa berlama-lama dengan lelaki tersebut.
"Aduh.. kok tiba-tiba kaki saya sakit ya Mas." Erang Oliv secara tiba-tiba.
Lelaki itu pun tampak langsung panik karena khawatir Oliv kenapa-kenapa. Padahal dari tadi, ia tidak melihat luka yang serius di kaki gadis mungil tersebut.
"Kayak nya kaki Lo keseleo deh! hmm.. ya udah Gue anter pulang ya! Rumah Lo di mana?"
"Di situ, masuk gang.. Saya tinggal di kosan sama temen." Jawab Oliv berbicara terus terang.
Lelaki itu memperhatikan ke arah gang menuju ke kosan gadis yang di temui nya dan tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat tubuh Oliv yang kecil untuk mengantar Gadis itu pulang ke kosan nya.
"Maaf ya Gue gendong aja, biar cepet nyampe kosan nya." Sahut lelaki itu sesaat setelah Oliv berada di pangkuan nya sekarang.
Oliv hanya mengangguk sambil terus memperhatikan wajah lelaki itu dari jarak yang begitu dekat. Rasanya ia sedang di gendong oleh seorang pangeran berkuda yang sedang mencari calon permaisuri.
"Mas pangeran, Oliv siap lahir batin menjadi permaisuri, Mas pangeran." Batin Oliv si tukang halu mulai bereaksi.