Chereads / HIGH CLASS JOMBLO / Chapter 19 - PAGI YANG MENEGANGKAN

Chapter 19 - PAGI YANG MENEGANGKAN

Cahaya matahari mulai terasa terik, padahal jarum jam baru menunjukan pukul setengah tujuh pagi.

Oliv dan Wilia sudah rampung memakai sepatu pantofel mereka sedangkan Agesti masih terlihat sibuk menyeruput kuah mie sisa sarapan nya.

Biasanya Agesti lah yang paling berisik untuk menyuruh kedua sahabatnya segera keluar dari kamar saat akan pergi ke kampus. Tapi kali ini, malah ia yang tetap santai padahal pagi ini mereka akan mempersiapkan tugas presentasi Bu Siska.

"Cepetan dong, Ges! Nanti kita kesiangan." Ucap Oliv sambil berkacak pinggang di depan pintu kamar mereka.

"Sabar, dong! Mentang-mentang mau ketemu calon mertua, semangat banget." Sahut Agesti dengan santai nya.

Gadis itu pun segera mengambil sepatu pantofel milik nya kemudian langsung ia pakai di depan pintu.

"Calon mertua?" Ulang Oliv dengan mengernyitkan dahi.

"Celo, Liv.. penggemar berat Lo! Bu Siska kan ibu nya Celo, masa Lo lupa sih!" Wilia menyenggol lengan Oliv saat menggoda sahabat nya tersebut.

"Gue gak lupa, tapi maksud Gue kenapa Lo bilang Bu Siska itu calon mertua Gue? Amit-amit Gue punya suami kayak Celo." Pungkas Oliv sambil bergidik.

"Hussss! Gak boleh begitu Oliv, gak baik tau hina orang begitu." Timpa Agesti.

"Udah cepetan! Gak usah bahas yang aneh-aneh, masih pagi nih! Jangan bikin Gue bad mood.

"Iya, iya.. neng Oliv yang paling cantik, yuk kita berangkat." Ajak Agesti setelah ia mengunci pintu kamar mereka.

---

Saat-saat menegangkan di dalam kelas bersama Bu Siska akhirnya berakhir.

Ketiga gadis yang tidak begitu menyukai cara mengajar Bu Siska tampak mengangkat kedua tangan nya sembari berkata 'Yes' setelah Bu Siska keluar dari kelas.

Jujur saja, dosen seperti Bu Siska terlalu kaku untuk mahasiswa seperti Agesti, Wilia dan Oliv yang menyukai kegembiraan setiap saat.

"Sumpah, ya! Calon mertua Lo, tegang banget! Dua jam aja serasa seharian tau, gak." Sungut Wilia kemudian mendengus kesal.

Ucapan yang di maksud bertujuan untuk Oliv. Tentu saja sahabatnya itu tidak terima karena lagi-lagi Bu Siska di nobatkan sebagai calon mertua nya yang berarti Celo adalah calon pendamping hidup nya.

Oliv bergidik kesal sambil melempar remasan kertas kepada Wilia. "Kurang ajar Lo!"

Agesti terkekeh-kekeh melihat Oliv yang sudah di ambang keputusasaan ketika di sangkut pautkan dengan Celo.

Ketiga gadis itu bangun dari tempat duduk masing-masing dan berniat untuk pergi ke taman kampus sekedar merelaksasikan pikiran setelah mengalami ketegangan beberapa jam sebelum nya.

Setelah mata kuliah Bu Siska berakhir, seperti nya tidak ada lagi kelas yang akan di isi oleh dosen yang lain. Rumor nya, beberapa dosen sedang pergi ke luar kota karena ada keperluan kampus sehingga mereka hanya akan menitipkan beberapa tugas yang harus di selesaikan oleh anak didik nya.

Baru saja sampai di daun pintu, Celo berteriak memanggil Oliv dari belakang.

Entah kenapa Celo harus berada satu kelas dengan nya selama tiga tahun ini. Oliv mendengus kesal sambil berkacak pinggang membelakangi Celo yang seperti nya tengah berjalan mendekat ke arah nya.

Agesti dan Wilia menoleh ke belakang menyaksikan Celo si cupu itu datang menghampiri mereka sambil cengengesan.

"Mau apa lagi, Lo?" Tanya Oliv tanpa berbalik badan. Ya, Oliv tetap membelakangi Celo saat lelaki itu sudah sampai di belakang punggung nya.

"Neng Oliv mau kemana?" Tanya Celo basa-basi sambil berusaha untuk melihat wajah Oliv dari arah samping.

Kedua sahabat Gadis yang sedang di dekatinya itu kompak melipat tangan di depan dada dengan sorot mata yang tajam menembak ke arah Celo seorang.

"M--maksud Celo, Neng Oliv sama temen-temen mau kemana?"

Agesti melayangkan tangan nya ke udara, "Celo, stop! Kita mau kemanapun bukan urusan Lo! Kali ini, kita sibuk banget dan gak ada waktu buat ngobrol sama Lo, jadi tolong ya.. please banget, hari ini Lo jangan gangguin Oliv, gimana?" Cerocos Agesti sang bodyguard pribadi sahabat nya.

Gadis bertubuh tinggi itu mengikis jarak antara ia dan Celo sehingga kini wajah lelaki culun itu tepat berada di depan leher nya.

Celo terus menunduk saat Agesti berbicara kepadanya karena lelaki itu paling takut dengan Agesti yang nampak seperti preman.

Oliv pun berbalik badan dan melihat ekspresi Celo yang langsung gemetar saat di ospek oleh Agesti.

"Udah yuk, Ges! Dia udah denger." Ajak Oliv kepada Agesti karena tidak ingin berlama-lama di dekat Celo.

"Tapi dia belum jawab." Sahut Agesti.

"Udah deh, Ges! Kasian, Celo udah ngeluarin keringat dingin begitu masih aja Lo tantang dia buat ngomong." Sambung Wilia sembari menahan rasa ingin ketawa nya.

Mendengar ucapan Wilia, Agesti menarik nafas panjang kemudian menepuk bahu Celo beberapa kali untuk menetralkan perasaan gugup lelaki di depan nya. Bagaimana pun juga Celo adalah anak kandung Bu Siska, Dosen yang disegani seluruh mahasiswa di kampus nya.

"Sorry ya, Cel! Gue gak ada maksud ngomong kasar sama Lo, tapi kita bener-bener harus pergi." Pungkas Agesti menurunkan intonasi suara nya yang sempat meninggi beberapa oktaf.

Celo pun mengangguk perlahan dan merespon ucapan Agesti dengan susah payah. "I-iya, Ges.. gak apa-apa kok, maaf ya Celo udah ganggu kalian."

"It's oke Cel! Lo santai aja kali, next time Lo masih boleh kok deketin Oliv lagi." Jawab Wilia dengan nada suara yang setengah berbisik di akhir kalimat nya.

Namun tentu saja ucapan Wilia tidak seratus persen pelan. Agesti dan Oliv masih bisa mendengar dengan jelas kalimat terakhir yang di berikan Wilia kepada Celo.

"Wil, apaan sih Lo!" Protes Oliv dengan cepat.

Agesti kembali terkekeh dan menghentikan perdebatan semuanya.

"Udah, ya! Cel.. mending Lo cabut duluan deh." Titah Agesti sambil tertawa kecil.

Lelaki itu pun mengangguk sambil tersenyum sebelum berlalu meninggalkan ketiga gadis itu di dalam kelas mereka.

"Bye.. Neng Oliv."

"Bye Celo." Jawab Wilia dengan iseng.

Agesti langsung merangkul Oliv untuk pergi dari kelas mereka dan tidak menghiraukan kicauan Wilia yang terus saja mengolok-olok Oliv dengan Celo.

"Ya meskipun Andre gak ganteng-ganteng amat, tapi masa iya sih Gue mau sama Celo yang tulang lunak begitu." Pungkas Oliv saat beberapa kali di singgung agar ia bisa bersikap lebih baik kepada Celo karena lelaki itu tentu lebih mencintai nya di bandingkan dengan Andre, mantan kekasih nya.

Ketiga nya pun berjalan ke arah taman untuk sekedar duduk dan mengobrol santai.

"Udah lah, guys! Gak usah bahas Celo atau siapapun lagi, ada yang mau Gue omongin serius di sini." Agesti membuka suara kembali saat ketiganya sudah sampai di bangku taman yang sejuk di kelilingi pepohonan yang rindang.

"Seserius apa?" Tanya Wilia sambil meneguk air mineral milik nya.

"Lebih serius di bandingkan omongan Gue yang lain."

Oliv dan Wilia saling menatap, kedua gadis itu seperti nya penasaran dengan obrolan serius yang di maksud oleh Agesti. Pasal nya, obrolan seserius apapun kalau Agesti yang berbicara, pasti terdengar tidak begitu penting.

"Ya udah ngomong." Ucap Wilia mempersilahkan Agesti untuk berbicara.