"Liv, Lo laper gak?" Tanya Wilia saat menyadari perut nya ternyata keroncongan.
Oliv pun langsung mengangguk dengan cepat. "Gue belum masak nasi lagi."
"Coba Lo telpon Agesti aja. Dia kan lagi sama Billy, siapa tau kita di bawain makanan lagi." Pungkas Wilia sambil tersenyum.
"Iya ya! Bener juga."
Oliv segera mengambil ponsel nya dan berniat untuk menelpon Agesti.
Saat benda pipih itu sudah menempel di telinga nya, tiba-tiba dari arah luar terdengar suara sepeda motor berhenti tepat di depan pintu kosan mereka.
Wilia pun langsung mengecek ke jendela dan ternyata itu adalah Agesti dan Billy.
"Sial! Telat, kita." Ucap Wilia kemudian kembali ke tempat nya.
Mendengar perkataan Wilia, Oliv pun mematikan telepon nya kepada Agesti dan tidak lama kemudian sahabat nya tersebut masuk dan menyapa mereka.
"Girls.. liat nih, Gue bawa apa!"
Billy melepas helm nya dan mengikuti Agesti dari belakang untuk ikut mengobrol dengan ketiga gadis tersebut.
"Kalian pasti belum makan, kan? Tuh, Gue beliin chicken katsu sama nasi Padang buat kalian."
"Wah, Lo pengertian banget sih Billy. Lo emang tipe cowok Gue banget! Thanks ya, Bill." Sahut Wilia dengan ekspresi wajah berseri-seri.
Billy pun hanya terkekeh menanggapi ucapan Wilia yang berlebihan.
"Bisa aja Lo, Wil! Tadinya Gue sama Billy mau makan Bakmi Mbak Roro yang langganan kita waktu jaman SMA, tapi Bakmi nya tutup jadi Gue sama Billy makan nasi Padang aja tadi." Curhat Agesti.
"Thanks banget ya, Bro Billy. Sumpah ya! Kalo Gue punya cowok kayak Lo, gak bakal Gue tinggalin." Pungkas Oliv sembari menyicip chicken katsu di depan nya.
"Iya Lo gak bakal ninggalin, tapi Billy yang bakalan ninggalin Lo!" Sahut Wilia yang tentu saja langsung mengundang gelak tawa semua nya.
"Sialan Lo." Jawab Oliv dengan ekspresi wajah kesal nya.
---
Drrrrrrttttt... Drrrrrrttttt... Drrrrrrttttt...
Suara ponsel Billy bergetar beberapa kali. Lelaki itu pun merogoh benda pipih tersebut di saku celana nya.
"Jemput aku di kampus." Tulis Vadella pada pesan singkat yang di kirim nya kepada Billy.
Lelaki itu tidak membalas, namun segera menaiki sepeda motor nya untuk bertolak kembali ke kampus.
Sepanjang jalan menuju ke kampus, ekspresi wajah Billy pun langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Saat bersama ketiga gadis tadi, Billy selalu tersenyum ramah dan bahkan tidak segan untuk bertingkah konyol di depan mereka. Namun saat ia mendapat tugas untuk menjemput sang kekasih ke kampus nya, Billy tampak tidak begitu senang.
Bagi Billy, gadis yang sampai detik ini masih menjadi kekasih nya itu sudah tidak seperti gadis yang pertama ia kenal dulu.
Vadella yang sekarang seperti bukan gadis manis yang ia temui beberapa tahun lalu.
Gadis itu malah persis seperti ibu tiri yang menyamar sebagai kekasih nya saat ini.
Vadella yang over protektif kepadanya membuat Billy seakan terpenjara dalam lingkaran aturan yang di berikan oleh kekasih nya.
Sementara itu - bagi Vadella, sikap nya yang demikian merupakan bukti bahwa Billy sudah berhasil mendapatkan hati nya.
Vadella adalah Gadis malang yang ditemukan Billy bersimbah air mata di tepi jalan saat mantan kekasih nya dulu menurunkan paksa Vadella karena suatu masalah.
Karena merasa tidak asing dengan wajah Vadella yang ternyata memang satu kampus dengan nya, Billy yang saat itu baru menjadi seorang mahasiswa baru di kampus nya pun memberanikan diri untuk mengajak Vadella pulang meskipun pada saat itu Vadella sama sekali tidak bisa diajak bicara karena menangis sepanjang jalan sampai ke depan rumah nya. Gadis itu hanya berhenti terisak saat memberitahu alamat rumah nya saja. Setelah itu, Vadella kembali menangis tersedu-sedu.
Singkat cerita, karena sikap jutek Vadella dan cara berpakaian gadis itu yang terkesan sederhana membuat Billy tertarik dan jatuh cinta kepada Vadella setelah beberapa kali bertemu di kampus nya. ia pun memberanikan diri untuk menyatakan perasaan nya kepada gadis itu sebelum ada lelaki lain yang menyatakan cinta nya terlebih dahulu kepada Vadella.
Seiring berjalan nya waktu, sikap Vadella yang jutek dan terkesan dingin itu malah berubah sebaliknya. Gadis itu sangat posesif kepada Billy dan sifat cemburu nya luar biasa. Tapi Billy selalu memaklumi perlakuan kekasih nya tersebut karena Billy menganggap kalau Vadella masih memiliki trauma dengan hubungan nya yang sempat kandas dulu.
---
"Hallo? Sayang, aku di.."
"Di mana? Kamu bisa gak sih jangan bikin aku nunggu? Kamu habis dari mana, hm? Kata temen sekelas kamu, dosen kamu gak jadi dateng kan? Terus kamu habis dari mana?" Cerocos Vadella memotong ucapan Billy yang saat itu baru saja melepas helm nya di tempat parkir.
"Aku udah di tempat parkir, sayang. Kamu di mana?" Tanya Billy masih dengan gaya nya yang lembut.
Vadella mendengus kesal. "Di depan kelas, mau on the way ke sana." Jawab Vadella ketus.
"Ya udah, aku tunggu di sini."
Vadella segera mematikan sambungan telepon Billy dan bergegas untuk menghampiri kekasih nya.
Sementara itu, Billy duduk menyender di atas sepeda motor nya sambil menyisir rambut dengan kelima jari tangan.
Lima menit kemudian, terlihat Vadella berjalan dengan cepat ke arah nya sambil menenteng jas almamater kebanggaan nya.
Billy pun membetulkan posisi nya dan berdiri dengan sempurna di samping sepeda motor miliknya.
"Sayang." Ucap Billy sambil tersenyum manis ke arah Vadella disertai lambaian tangan menyambut sang kekasih.
Meskipun Billy merasa kecewa dengan perubahan sikap Vadella yang beberapa kali membuat nya ragu harus melanjutkan hubungan nya atau tidak, tetapi Billy tetap memperlakukan Vadella dengan baik bahkan tidak sekali pun Billy memberontak atau sekedar berdebat dengan Vadella.
Kalau saja ada nominasi pemilik pacar paling beruntung sedunia, mungkin Vadella akan menjadi juara nya.
Billy adalah lelaki terbaik yang pernah Vadella miliki selama menjalin hubungan dengan beberapa lelaki seumur hidup nya. Namun kebaikan dan kesempurnaan Billy rupanya malah menjadi bumerang untuk Billy sendiri karena hal tersebut membuat Vadella bersikap posesif kepadanya karena alasan takut kehilangan.
Lelaki itu bahkan tidak tahu sampai kapan ia harus bertahan dengan sikap Vadella yang semakin menjadi-jadi.
Bagi nya saat ini, selama sikap Vadella masih bisa ia maklumi, Billy akan tetap bersikap baik kepada sang kekasih karena memang itu yang harus ia lakukan setiap hari.
"Kamu habis dari mana?" Tanya Vadella sambil melipat kedua tangan nya di depan dada.
"Habis.. makan! Laper sayang." Jawab Billy sekedarnya.
"Hmm.. makan dimana? Sama siapa?"
"Di nasi Padang depan, sendiri dong! Aku kan nungguin kamu pulang."
"Bener? Gak sama.."
"Siapa?" Billy mengangkat kedua alis nya sambil menatap Vadella lekat-lekat.
"Agesti? Sayang.. kalau pun kamu liat aku jalan sama dia, kamu harus yakin sama aku kalau kita gak ada hubungan spesial apapun selain cuma sahabatan! Agesti itu sahabat aku sejak kecil, percaya sama aku! Pacar aku itu kamu, bukan dia." Lanjut Billy dengan mengelus kedua telapak tangan Vadella untuk meyakinkan kekasih nya.
Gadis itu mengangguk pelan namun tidak dapat di pungkiri sebenarnya ia tetap tidak suka kalau melihat Billy dekat dengan Agesti.
"Ya udah, anterin aku pulang ya.. aku capek banget. Akhir-akhir ini banyak banget tugas praktek yang harus aku selesein." Curhat Vadella sebelum menaiki sepeda motor Billy.
Lelaki di depan nya mengangguk dan segera memakai helm nya untuk pergi mengantar Vadella pulang.