"Aku ... baru saja mengantarkan minuman untuk seseorang. Kalau begitu, aku permisi dulu. Bos ku pasti sudah menungguku. Senang bertemu dengan kak Billy. Bye." Liza berjalan buru-buru meninggalkan lelaki yang gosipnya naksir padanya. Billy hanya terdiam memandang kepergian Liza dari jauh.
"Bagaimana, beres kan?" Aubrey yang melihat Liza baru datang, langsung tersenyum menghampiri.
"Beres, bos." Jawabnya ceria. Liza dan Christin memang karyawan yang sangat baik dan loyal. Meskipun mereka memiliki dua sifat yang berbeda jauh. Liza selalu ceria dan senang beramah tamah. Sementara, Christin senyum hanya seperlunya saja saat bekerja, terlalu serius, walau tetap sama baiknya.
"Anak pintar, sekarang kembali bekerja. Aku harus pergi dulu, ada yang ingin aku kerjakan. Kalian baik-baik saja ya berdua." Aubrey yang sudah siap, mengambil topi baseball nya yang tergantung di hanger khusus topi.
"Siap bos!" Christin dan Liza menjawab serempak.
Aubrey ingin pergi ke grocery store membeli bahan mentah yang dia butuhkan di apartemen. Tadi pagi dia sudah mengecek beberapa bahan yang ada di lemari pendingin namun masih ada yang kurang jadi dia memutuskan untuk membelinya sendiri. Beruntung, mobilnya sudah diantarkan William sepulangnya dari apartemen. Aubrey mengemudikan mobilnya hingga menuju ke pusat belanja terlengkap yang ada disana.
Sesampainya didalam supermarket, Aubrey mengambil satu keranjang dorong dan mulai menyusuri lorong demi lorong dan mengambil apa yang dia butuhkan.
"Kamu perlu ini didalam apartemen." Aubrey kaget mendengar suara dibelakangnya. Ternyata William langsung menaruh satu set baterai kedalam trolley.
"Kamu? Sejak kapan kamu ada disini?" Aubrey bertanya pada pria yang semakin dilihat olehnya semakin bertambah kadar ketampanannya, meskipun tetap saja sikap malu-malu dan suka menggaruk tengkuk lehernya belum berubah.
"Aku kebetulan mengantar mommy belanja." Liam menunjuk ke arah lumayan jauh dari tempat mereka berdiri. Anna melambaikan tangannya dari jauh. Aubrey pun menunduk hormat dan tersenyum ramah.
"Apa mommy kamu sudah tahu kalau kita ... berpacaran ... meski pura-pura?" Aubrey bertanya sambil tetap tersenyum ramah pada Anna di ujung sana.
"Tentu saja, dan mommy senang sekali. Mommy mengundang Aubrey ke rumah untuk makan malam bersama. Tapi, Aubrey tentu tahu kalau ada Ruth dan ibunya dirumah." Jawab Liam dengan suara pelan dan senyum tipisnya.
"Tentu saja aku mau, karena dengan begitu aku tidak perlu masak di apartemen." Jawab Aubrey dengan senyum lebarnya. William pun tidak kalah tersenyum lebar hingga nampaklah barisan gigi yang berjajar rapih di dalam rongga mulutnya.
"Kalau begitu, aku jemput, bagaimana?" William bertanya lagi.
"Tidak perlu, aku akan berangkat sendiri."
"Hmm baiklah, aku akan mengantarkan mommy pulang dulu. Aubrey hati-hati di jalan." Liam tersenyum lirih dan melambaikan tangan ke perempuan yang cepat atau lambat akan dimilikinya segera.
"Iya, salam untuk mommy." Jawab Aubrey kembali.
William menghampiri Anna dan berbisik pada mommynya sesuatu. Anna tampak senang terlihat dari senyuman yang terbit di wajahnya. Mereka berdua pun pergi meninggalkan supermarket diiringi dengan tatapan lembut Aubrey. Perempuan dengan rambut pirang itu selalu terharu dengan cara William menyayangi mommynya. Tidak banyak lelaki yang masih mau terlihat jalan dengan mommynya di usia yang sudah tidak anak-anak lagi. Tapi William beda. Dia selalu menyempatkan diri untuk bersama mommynya kapanpun dimanapun. Dan, Aubrey merasa itu bukanlah kekurangannya, melainkan kelebihannya sebagai seorang anak yang berbakti.
Setelah satu jam menyusuri lorong, Aubrey segera ke kasir dan membayar semua belanjaannya. Perempuan cantik itu langsung menuju apartemen William yang sudah ditempatinya sementara. Meskipun Aubrey akan makan malam di rumah William tapi tentu saja dia tidak ingin datang dengan tangan kosong. Dosen muda itu memutuskan untuk membuat beef lasagna. Selama dirumah ayahnya, Aubrey tidak pernah mencoba memasak sendiri makanannya karena semua sudah dilakukan oleh para pelayan. Namun kali ini dia ingin mencoba masak sendiri dengan memanfaatkan dapur canggih dan mewah milik William.
-----
"Satu hot espresso, please." Seorang lelaki datang ke kafe milik Aubrey tepat cahaya orange mulai berpendar di langit. Seorang perempuan yang sedang melakukan pencatatan, dengan sigap langsung menyapa.
"Baik, tu ... an." Liza tertegun sejenak demi melihat customer yang datang adalah lelaki yang tadi pagi dia antarkan minumannya, dengan jenis yang sama.
"Hmm," Lelaki itu hanya berdehem dan langsung duduk di kursi single yang ada di dekat kasir, tanpa menatap perempuan didepannya lagi. Liza menatap lelaki itu lumayan lama sampai sebuah senggolan mendarat di lengannya.
"Woy, melamun saja. Sudah dibuatkan belum pesanannya?" Christin menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Liza tersadar dari lamunan dan langsung membuatkan minuman yang dipesan Martin, presdir yang sedang menuju apartemennya sendiri, karena enggan pulang kerumah disebabkan ada Ruth dan keluarganya yang menginap disana selama 3 bulanan.
"Minumannya, tuan." Liza menghampiri lelaki itu dan meletakkan minuman pesanan Martin diatas meja. Dia sempat mendengar Martin berbicara dengan seseorang di ujung telpon.
"Oke, aku kesana setelah ganti baju. Sebaiknya kamu bisa membuatku puas malam ini dan aku akan membuatmu tidak bisa bangun sampai besok. Huh!" Martin pun menutup telponnya dan membayar tagihan dari minuman yang ada diatas meja.
"Ambil saja kembaliannya." Lelaki itu pun pergi dengan meninggalkan seorang perempuan yang tiba-tiba hatinya jatuh ke dasar bumi tanpa sebab, dengan wajah memelas dan helaan napas beratnya.
"Hah, apa yang kamu pikirkan Liza? Mana mungkin pria tampan dan mapan itu melirik dirimu? Sadar dirilah!" Liza bergumam pada dirinya sendiri. Mencoba menguatkan hatinya yang semula sumringah kini lemah.
"Kamu kenapa sih? Kamu kenal dia?" Christin mendekati Liza yang masih melamun. Beruntung, suasana kafe sedang sepi jadi Liza bisa melamun tanpa khawatir.
"Tidak, dia lelaki yang aku antarkan minumannya tadi pagi." Jawab Liza dengan senyum lirihnya.
"Oooh," Jawab Christin singkat. Mereka berdua pun kembali ke kesibukan masing-masing sampai nanti jam waktunya kafe ditutup.
-----
"Selamat datang, Aubrey sayang. Ayo silahkan duduk." Anna senang sekali melihat kedatangan Aubrey. Suasana didalam rumah yang semula sumpek sesak kini akan ada angin segar dengan kedatangan Aubrey.
"Selamat malam, nyonya. Aku bawakan beef lasagna untuk nyonya. Aku memasaknya sendiri. Semoga nyonya suka." Aubrey memberikan sebuah parcel cantik yang berisi lasagna yang dia buat setelah percobaan beberapa kali gagal. Tampak Ruth dan mommynya menatap sinis kedatangan Aubrey yang disambut dengan penuh cinta oleh Anna.
"Ayo duduk, kami akan segera mulai makan malam. Kamu datang sendiri atau dijemput William?" Aubrey duduk di samping Anna dengan tangannya digenggam erat dan penuh kelembutan oleh wanita yang sudah dia anggap sebagai ibu sendiri.
"Aku datang sendiri. William ingin menjemputku tapi aku tidak ingin merepotkannya." Jawab Aubrey lembut.
"Cih!"