Chereads / Tetaplah Bersamaku! / Chapter 23 - 23. Seperti Aristokrat Kerajaan

Chapter 23 - 23. Seperti Aristokrat Kerajaan

Selesai makan dan semua peralatan makan sudah bersih diangkat dari hadapan masing-masing, Jerry pun akhirnya berkata.

"Mulai hari ini, Aubrey akan tinggal di apartemen William." Sontak semua orang yang ada disekeliling meja makan melebarkan matanya karena kaget bukan main.

"APA?" Chesa dan Patricia serempak bertanya setengah berteriak.

"Dia belum menikah tapi sudah boleh tinggal dengan pria dalam satu atap. Daddy benar-benar tidak adil padaku!" Chesa protes keras pada Jerry, sebelum mendengarkan penjelasan lengkap daddynya itu.

"Chesa, kakakmu hanya tinggal sendirian di apartemen Liam. Sedangkan, Liam akan tinggal bersama orangtuanya. Mereka tidak akan tinggal satu atap." Ucap Jerry dengan kalimat berisi nada penekanan.

"Tapi, kita mana tahu kalau mereka akan tinggal serumah, atau bahkan satu kamar." Chesa menyeringai sinis sambil menatap saudara satu ayah lain ibu itu.

"Maksud kamu ... aku akan tercemar pergaulan bebas, begitu? Huh, tidak perlu tinggal di apartemen seorang pria untuk bergaul bebas. Bahkan, tinggal dengan orangtua pun kalau memang punya keinginan untuk bergaul bebas, tidak akan ada yang bisa mencegah. Bukan begitu, saudariku tersayang?" Aubrey menaikkan kedua alisnya dan membalasnya lagi dengan seringai sinis yang tidak kalah sadisnya.

Aubrey tahu kalau selama ini kelakuan Chesa diluar sangat liar dan tidak terkontrol. Dua karyawannya di kafe merupakan teman kampus Chesa. Dari mereka berdualah, Aubrey mengetahui sepak terjang Chesa dan semua kelakuannya yang tertutup manis jika didalam rumah. Aubrey pun sempat pernah melihat Chesa sore hari keluar dari sebuah hotel yang cukup jauh dari rumah, saat dirinya sedang mendapatkan tugas dari kampusnya untuk mensurvey sebuah tempat untuk dijadikan bahan penelitian selanjutnya.

Disana Aubrey melihat Chesa menggandeng mesra pinggang seorang pria. Mereka keluar dari hotel dan langsung menuju mobil yang diperkirakan milik pria tersebut. Aubrey belum sempat menghampirinya karena mobil itu sudah melesat jauh meninggalkan dirinya.

Chesa menatap tajam bola mata biru Aubrey. Chesa merasa kalau dirinya tidak pernah menang jika harus berdebat dengan kakak satu ayah tersebut.

"Aku sudah kenyang," Chesa pergi meninggalkan meja makan dengan perasaan jengkel dan benci luar biasa. Patricia pun turut mengundurkan diri untuk mengejar putri semata wayangnya. Jerry yang sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu, tidak pernah bisa bersikap tegas pada Chesa dan Patricia, istrinya, dan hanya bisa mendesah menghela napas.

"Sudahlah yah, tidak ada yang mau tahu juga aku mau disini atau dimana. Aku hanya berharap, ayah akan selalu menjaga kesehatan selama aku tidak dirumah. Kurangi minum alkohol." Aubrey beranjak berdiri, diikuti oleh Liam disampingnya. Sepasang anak muda yang saling mengikat janji untuk menjadi sepasang kekasih dalam waktu tiga bulan itu, meninggalkan kediaman Jerry Green dengan membawa satu koper besar pakaian Aubrey. Tidak banyak barang yang dia bawa selain laptop.

"Aubrey sedih meninggalkan rumah?" Liam tidak tahan untuk bertanya pada perempuan yang sejak keluar dari rumah tadi, hanya menatap jalanan di luar dari balik kaca jendela.

"Ini pertama kalinya aku keluar dari rumah untuk waktu yang lama. Seharusnya aku sudah terbiasa untuk tinggal di mess saat aku sekolah atau kuliah. Tapi, ayahku tidak pernah mengijinkan aku untuk tinggal dimanapun sebelum aku menikah." Jawab Aubrey sambil matanya terus menatap jalanan.

"Hmm, paman Jerry sangat sayang padamu. Kamu beruntung sekali." Jawab Liam, sambil terus mengemudikan mobilnya menuju apartemen yang akan menjadi tempat tinggal Aubrey selama minimal tiga bulan.

"Bukankah ayahmu juga sangat menyayangimu? Tapi, kamu lebih beruntung karena masih mendapatkan kasih sayang lengkap dari kedua orangtuamu." Jawab Aubrey sambil mendesah.

Liam tersenyum getir mendengarnya. Phil yang semua orang anggap adalah ayah Liam, sesungguhnya hanyalah seorang pria yang bersedia menampung anak hasil perkosaan yang dialami mommynya dengan teman Phil. Kalau bukan karena rasa cinta yang besar Phil kepada mommynya, pasti Phil sudah menceraikan mommynya.

"Kenapa kamu diam? Biasanya kamu suka banyak bicara." Aubrey mengalihkan pandangannya dari jalanan ke pria yang duduk disampingnya.

"Oh tidak apa-apa, aku ... aku hanya sedang fokus mengemudi." Liam menjawab dengan tergagap. Aubrey memiringkan dagunya, merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada pria disampingnya ini. Tapi, Aubrey belum berani mengorek info lebih jauh.

Akhirnya, mereka sampai di apartemen William. Aubrey sangat semangat sekali untuk tinggal mandiri. Sebenarnya dari dulu dia ingin sekali tinggal pisah dengan rumah ayahnya tapi ayahnya terlalu over protektif sehingga keinginannya harus dikubur dalam-dalam. Tapi kini, cukup William yang berkata makan ijin itu pun lolos dengan mudahnya.

"Aku sudah mengisi bahan-bahan yang ada di dalam kulkas. Jadi, kamu tinggal masak saja kalau kamu mau." Jawab Liam sambil cengengesan malu-malu.

"Apa? Kenapa kamu yang mengisi? Aku juga punya uang sendiri, aku bisa mengisi dengan uangku sendiri." Aubrey menampakkan wajah kesal dan bibir cemberut mendengar William melakukan hal tersebut.

"Hanya sekali ini saja, untuk seterusnya kamu bisa mengisinya sendiri. Aku hanya khawatir kamu belum tahu cara memesan barang untuk dibawa ke atas." Jawab William.

"Oh, iya yaa. Ya sudah, terima kasih Liam." Aubrey meletakkan tas koper di depan meja bar dapur. William pun membantu menggeretnya dengan membawanya kedalam kamar.

"William, apa yang kamu lakukan? Biarkan aku yang membawanya." Aubrey langsung mengejar langkah panjang kaki William yang cepat sekali berada di depannya. Liam membuka pintu kamar dan membawa koper Aubrey masuk kedalamnya.

"Ini ... kamarku?" Aubrey melihat sekeliling dimana ruangannya bernuansa hangat dengan warna cat tembok pastel. Tidak seperti kamar lelaki pada umumnya.

"Iya, ini kamar yang akan kamu tempati. Kamarku ada di sebelah. Tapi, aku tidak akan tidur di apartemen ini selama Aubrey masih ada disini. Jadi, tenang saja. Aku tidak akan berbuat macam-macam." Jawab William dengan wajah murung dan sedih. Aubrey mengerutkan alisnya.

"Lalu, kenapa kamu murung begitu? Apa kamu tidak rela aku menempati apartemenmu untuk sementara waktu?" Aubrey menghampiri William dan jarak mereka berdiri kurang dari satu meter saja.

"Aku ... tidak akan bisa menjaga Aubrey dari dekat lagi. Bukankah Aubrey takut sendirian dan kegelapan?" Ujar William. Untuk sesaat Aubrey terdiam.

"Sialan, benar juga. Alasan satu-satunya aku bertahan dirumah ayah adalah disana aku tidak merasa sendirian karena banyak orang di kediaman ayahnya. Kalau disini, aku akan sendirian. Bagaimana ini? Aku tidak memprediksikan akan seperti ini." Gumam Aubrey dalam hati.

"Apa kamu ingin ... aku temani malam ini? Aku tidak akan macam-macam." William mengibaskan kedua tangannya di depan dada dengan wajah polosnya. Aubrey tersenyum melihat kelakuan pria yang berbanding terbalik dengan penampilannya yang seperti aristokrat kerajaan dengan pesona pria dewasa.