Ending. Jodoh tidak menunggu

🇮🇩Ahra_August
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 29.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - einer

Padang tahun 2000

Sebuah tempat belajar les piano, seorang gadis kecil duduk di depan piano warna hitam yang terlihat sangat mahal. Gadis kecil itu menekan tiap not nada menjadi sebuah nyanyian merdu. Rambut hitam panjangnya terurai dengan poni ke samping, alis runcing indah di padu dengan hidung kecil yang mancung dan mata bulat hitam cerahnya, membuat gadis kecil itu semakin cantik. Gaun bermotif bunga-bunga kecil yang dia pakai membuatnya semakin manis.

Gadis kecil itu sedang tampil di depan kelas dengan di perhatikan oleh semua teman-teman serta orang tua temannya dan guru yang mengajarinya saat itu. ketika nada terakhir berakhir kelas itu ramai oleh suara tepuk tangan. Gadis kecil itu pun berdiri dan sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda hormat dan terima kasihnya pada penonton yang sudah menonton permainan pianonya.

Bibinya segera mendekati gadis kecil dan guru piano memujinya "Nyonya Hezan. Ocha di berkahi tangan ini untuk bermain piano." Kata guru piano dan merangkul Ocha masih terus memujinya. Gadis kecil yang bernama Ocha Hezan itu menatap gurunya dan mendengarkan dengan baik, lalu mengangguk. "Nyonya Hezan, harus menjaganya dengan baik.."

Bibi menyampirkan tas cantiknya di bahu dan ikut mendengarkan pujian dan nasehat dari guru piano yang memintanya untuk menjaga tangan keponakannya, karena dia sangat hebat bermain piano. Bibi menjawab dengan bangga sambil mengambil setoples besar cemilan " Tentu saja, Ocha kami suka bermain piano. Ini, untuk anak-anak.." katanya sambil menyerahkan toples besar itu pada guru piano. Dan guru piano menerimanya dengan mengucapkan terima kasih banyak karena sudah sangat perhatian.

"Nyonya Hezan sangat baik, terima kasih banyak. Anak-anak pasti akan menyukainya." Kata guru piano.

Bibi tersenyum manis menatap keponakannya "Tidak masalah, sebenarnya hari ini hari ulang tahunnya, dan dia tidak ingin melewatkan kelas piano.."

Guru piano terkejut dan bertanya "Jadi hari ini ulang tahun, Ocha?"

Ocha menganngguk, dan Bibi yang terlihat sangat sibuk mengambil barang menjawab "Benar.."

Guru piano kembali berkata pada anak-anak di kelas "Kalau begitu, semuanya ucapkan selamat ulang tahun.."

Ocha dan Bibinya berdiri di tengah-tengah kelas bersama guru piano dan mendengarkan ucapan selamat ulang tahun dari anak-anak di kelas. Bibinya tersenyum bahagia tapi Ocha terlihat sedih karena tidak melihat ayahnya di sana. namun dia masih berusaha untuk tesenyum dan mengucapkan terima kasih pada teman-teman sekelasnya yang sudah mengucapkan terima kasih padanya.

Setelah berbicara sedikit dengan guru piano Bibi dan Ocha pun pamit untuk pulang. Saat gadis kecil itu keluar dari kelas bersama Bibinya dia bertanya kenapa ayahnya tidak datang untuk menontonnya.

"…Bibi, bukankah ayah berjanji padaku dia akan datang mendengarkanku bermain piano?" tanya gadis kecil.

"Tidak masalah, Bibi sudah merekamnya. Ayahmu bisa mendengarnya dalam mobil nanti." Jawab seorang wanita berambut pendek memakai setelan kantoran berwarna putih dengan sabar pada keponakan kecilnya.

Ketika mereka sampai di parkiran gadis kecil itu melihat ayahnya sedang duduk di depan kepala mobil sedan warna hitam, tersenyum lebar pada putrinya. Laki-laki itu memakai pakaian kantor, tapi jas hitam yang dia kenakan sebelumnya sudah dia lepas. gadis kecil yang melihat ayahnya seketika langsung bahagia dan berteriak memanggil ayahnya sambil berlari kecil.

"Ayah..!!"

Sang ayah langsung menyambut putrinya dan mencubit pipinya sambil berkata "Maafkan, ayah, telambat. Selamat ulang tahun putri kecilku.." katanya masih mengusap pipi tembem anaknya "..Apakah kau menyukai hadiah yang ayah berikan?"

Gadis kecil yang sedang memeluk boneka cantik di lengan kanannya menunduk menatap boneka yang berada dalam pelukannya, boneka itu sudah dia peluk sejak berada di rumah. Ketika dia bangun tidur pagi ini menemukan sebuah kado yang terbungkus rapi di atas meja belajarnya. Ayahnya tidak pernah lupa hari ulang tahunnya.

Gadis kecil mengangguk "Aku menyukainya.." jawab gadis kecil itu tersenyum lebar. Sang ayah yang mendengar itu pun juga tersenyum lebar membuat dua lesung pipit di pipinya terlihat jelas. Meskipun dia tidak memiliki ibu tapi ayah dan bibinya selalu memberinya kasih sayang yang berlimpah. Saat besar nanti dia ingin menjadi seorang pianis ternama supaya arwah ibunya yang di surga bisa mendengar nada-nada yang dia lantunkan.

Pasangan ayah dan anak sedang tertawa dan tersenyum ketika Bibinya datang menghampiri mereka berdua "Rahasia apa yang sedang kalian bicarakan?"

Sang ayah pun menatap putrinya namun senyum masih tidak hilang di bibirnya dan menjawab "Bukan apa-apa.. ayo masuklah ke dalam mobil."

Di dalam mobil Bibi siap mengeluarkan rekaman permainan gadis kecil di kelas sebelumnya. perlahan denting nada piano terdengar, mobil melaju dengan stabil di jalan raya. Sang ayah tersenyum bahagia mendengar permainan putrinya semakin bagus dari waktu ke waktu.

Bibi tersenyum "Hari ini, di depan anak-anak, orang tua, dan guru piano memuji Ocha dia memiliki tangan untuk bermain piano, dia bermain lebih baik dari yang lainnya." Sang ayah pun tersenyum lebar. Melihat putrinya dari kaca spion tengah yang duduk di kursi penumpang belakang bermain dengan boneka.

"Dia begitu mirip dengan ibunya.." puji ayahnya. Bibi yang mendengar adik laki-lakinya yang masih teringat dengan almarhum istrinya merasa sedih, padahal dia sudah memintanya untuk mencari istri lagi, tapi ayah Ocha menolaknya.

Ayahnya sudah merasa cukup dengan Ocha dan tidak membutuhkan apa-apa lagi. bibi yang mendengar alasan yang sama berulang-ulang kali menghela napas pasrah dan mengingatkan adik laki-lakinya untuk berhenti di toko kue untuk membeli kue ulang tahun untuk Ocha.

Di toko kue, Ocha dan Bibi terlihat memilih kue satu persatu, Bibi terlihat sangat bahagia tapi Ocha sesekali selalu menoleh ke arah keluar tepatnya pada ayahnya yang sedang menunggu di mobil. Ocha kembali memilih kue ketika bibinya bertanya yang mana yang dia sukai. Tapi sepertinya kosentrasi Ocha selalu pecah dan dia pun kembali menoleh ke arah luar, dan melihat ayahnya keluar dari mobil sambil menelepon.

Bibi kembali bertanya "Yang mana, yang kau suka?" tanya bibi dengan nada lembut.

Ocha menunjuk kue dengan hiasan buah stroberi "Aku ingin kue stroberi."

Si bibi tersenyum kalem dan berkata "Kau benar-benar tahu bagaimana memilih, ya? Kue itu sangat mahal.."

Di luar toko kue. Ayah Ocha masih menelepon pemimpin tempatnya bekerja, dari ekspresi wajahnya sepertinya pembicaraan mereka sangat serius.

"Ketua, bank sudah membekukan rekening bank kita. Pemegang saham akan segera mengetahui kita akan bangkrut." Ayah Ocha berjalan sedikit menjauh dari mobilnya dia masih terus bicara di telepon dan tidak memperhatikan tempat "Apakah ada bank yang akan membantu kita? Kau memberitahuku begitu. Aku akan bangkrut sekarang.." ayah Ocha tidak menyadari kalau dia sudah berdiri di tengah-tengah jalan raya.