Chereads / L'AMORE NON ESISTE (Tidak Ada Cinta) / Chapter 19 - Munafik, Egois

Chapter 19 - Munafik, Egois

Tok... tok.. tok...

Vincent mengetuk pintu kamar Sheina. Beberapa kali Vincent mengetuk namun tidak ada jawaban dari dalam, hingga akhirnya Vincent kembali mengetuk pintu namun kali ini dengan lebih kuat.

"Siapa sih?" Terdengar suara sungutan seseorang dari dalam. Vincent tidak menjawab dan terus mengetuk hingga akhirnya terdengar suara kunci pintu yang terbuka.

Vincent tersenyum kecil karena ternyata usahanya mengetuk pintu Sheina tidak sia- sia, *Astoge... timbang ngetok pintu doang pake usaha, ampuni hamba ya Allah. wkwkkwk itu hanya versi mimin ya.*

"Siapa sih, ribut bang--" Ucapan Sheina terhenti saat melihat Vincent yang berdiri di depan kamarnya sambil melipat tangannya di dada.

"Lo ngapain ke sini sih kak? Lagian lo tau dari mana kalo ini kamar gue?" Sungut Sheina kesal.

"Gue mau balikin hp lo yang tadi gue pinjem." Ucap Vincent sambil mengulurkan tangannya memberikan ponsel milik Sheina.

Sheina hendak meraih ponsel itu dari tangan Vincent, namun tiba tiba Vincent menarik kembali ponsel milik Sheina.

"Ihhh lo apa- apaan sih? Siniin hp gue." Ucap Sheina sambil berusaha meraih ponsel miliknya dari tangan Vincent. Vincent menaikkan tangannya ke atas hingga Sheina tidak bisa menjangkaunya karena tubuh Vincent yang jauh lebih tinggi.

"Ihhh balikin kak." Ucap Sheina masih terus berusaha meraih ponsel itu dari tangan Vincent namun selalu gagal.

"Kalo gue ngak mau gimana?" ucap Vincent yang membuat Sheina semakin kesal. Sheina langsung berhenti dan menatap Vincent kesal lalu masuk ke kamarnya.

"Makan tuh hp, bodoh amat dah. Palingan gue beli yang baru." Ucap Sheina sambil berjalan masuk kembali ke dalam kamarnya.

Vincent juga ikut masuk ke dalam kamar Sheina namun dia sengaja tidak menutup pintu kamarnya agar tidak ada yang berpikir yang aneh- aneh tentang mereka jika berada di kamar berduaan seperti ini.

Sheina menghentikan langkahnya saat mengetahui bahwa Vincent juga ikut masuk ke dalam kamarnya. Sheina langsung menatap Vincent dengan tatapan penuh tanya.

Vincent yang merasa ada yang aneh dengan tatapan Sheina langsung menghentikan langkahnya.

"Kenapa lo liat gue kayak gitu?" Tanya Vincent.

"Lo ngapain masuk ke kamar gue? Keluar ngak?" Ucap Sheina sambil menunjuk pintu kamarnya.

"Lah terserah gue dong. Lagian gue kesini kan niat baik, gue tuh cuman mau balikin hp lo doang.' Ucap Vincent santai lalu berjalan ke arah meja belajar Sheina lalu duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

"Ya udah sini hpnya, habis itu lo bisa keluar." Ucap Sheina ketus sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Vincent.

"Bentaran! Gue masih capek tadi naik tangga, jadi gue duduk di sini dulu bentar." Ucap Vincent lalu mengangkat salah satu kakinya ke atas kakinya yang lain.

Sheina menghela nafasnya kesal, ternyata dia harus benar- benar ekstra sabar menghadapi kakak kelas seperti Vincent ini.

"Terserah lo aja. Kalo lo masih mau di sini, gue yang bakal keluar." Ucap Sheina lalu melangkah menuju pintu keluar kamarnya.

Vincent yang melihat Sheina hendak meninggalkannya, langsung menghapiri Sheina dan menarik tangan Sheina. Vincent sadar bahwa Sheina sedang kesal padanya hingga sikap Sheina padanya berubah sangat drastis.

"Apaan sih kak. Lepasin tangan gue ngak?" Ucap Sheina saat Vincent menahan tangannya dan tidak membiarkan nya pergi.

"Lo kenapa sih Shei? Kok lo tiba- tiba judes gitu sama gue? Lo marah? Lo marah kenapa hemmm?" Tanya Vincent dengan suara halusnya.

"Emang gue kenapa? Gue ngak kenapa kenapa kok, lagian buat apa gue marah sama lo, ngak guna rau ngak. Udah ahhh lepasin tangan gue." Ucap Sheina sambil menarik tangannya dari genggaman Vincent.

Vincent kembali menarik tangan Sheina hingga tubuh Sheina maju dan kini jarak keduanya sudah sangat dekat. Sheina meneikkan kepalanya dan menemukan wajah Vincent yang sudah sangat dekat dengannya.

"Lo marah karena omongan gue tadi kan? Jawab gue Sheina." Tanya Vincent sambil terus menatap wajah Sheina.

Sheina memberontak dan hendak menjauhkan tubuhnya dari Vincent namun segera ditahan oleh Vincent. Vincent langsung menarik pinggan Sheina agar semakin mendekat dan kini tubuh mereka sudah saling menempel.

"Lep.. Ahhh lepasin kak. Nanti bibik bisa liat." Ucap Sheina berusaha menurunkan tangan Vincent dari pinggannya.

"Gue ngak peduli, yang penting sekarang lo jujur, lo marah karena ucapan gue yang tadi kan?" Vincent kembali bertanya namun tetap tidak ada jawaban dari Sheina.

"Jawab Sheina." Ucap Vincent kali ini dengan suara yang lebih keras dari yang tadi. Sheina yang sudah mulai kesal melihat sikap Vincent langsung memberanikan diri menatap mata Vincent tajam.

"Mau lo apa sih kak? Lo ngapain sih masih deket- deket gue hah? Lo ngapain masih susul gue ke sini. Lo ngak mau kan kalo gue suka sama lo? Iya kan? Dan satu- satunya cara agar gue ngak suka sama lo ya gue ngak sering- sering lagi ketemu sama lo." Jeda Sheina, lalu melepaskan tangan Vincent dengan sepenuh tenaga.

"Lo ngak usah ketemu gue lagi, gue ngak mau ketemu sama lo lagi kak." Ucap Sheina yang membuat Vincent terdiam sejenak.

"Emang harus ya lo jauhin gue? Gue bukan ngak suka kalo lo cinta sama gue, tapi gue cuman ngak mau lo sakit hati Sheina, dan lo ngak harus jauhin gue. Lo harus selalu ada di samping gue, ngak boleh ada orang lain yang jadi pelindung lo selain gue." Ucap Vincent yang membuat Sheina tertawa.

"HAHAHHAAAHAHA, hebat.. hebat.. hebat banget lo kak. Emang lo siapa gue makanya lo bisa ngatur- ngatur gue sampai gue ngak boleh deket sama orang lain selain lo? Emang lo siapa gue hah? Jawab gue, jawab gue Vincent" Teriak Sheina tanpa memanggil Vincent dengan embel- embel kakak lagi, emosi Sheina semakin menjadi- jadi akibat ucapan Vincent tadi.

"Gue emang bukan siapa- siapa lo, tapi lo penting buat gue, dan gue ngak mau kalau lo harus deket sama orang lain selain gue."

"Munafik, brengsek, egois lo bener- bener egois kak. Lo bukan siapa siapa gue tapi lo ngatur- ngatur hidup gue. Urus aja hidup lo, gue bisa urus hidup gue sendiri kok, lo ngak perlu ikut campur sama hidup gue."

"Gue berhak ikut campur sama hidup lo." Ucap Vincent.

"Gue bener- bener benci sama lo kak, sekarang juga mending lo pergi dari sini. Gue ngak mau liat muka lo lagi di sini, pergi...." Ucap Sheina lalu mendorong tubuh Vincent agar keluar dari kamarnya.

"Keluar...." Ucap Sheina dan terus memaksa Vincent keluar. Vincent langsung menarik tubuh Sheina lalu mencium bibir Sheina dengan paksa. Sheina memberontak sambil memukul dada Vincent beberapa kali namun sekuat tenaga Vincent menahan tangan Sheina agar berhenti memukulinya.

Vincent akhirnya menghentikan ciumannya, Sheina yang kini sudah menangis langsung mendorong tubuh Vincent keluar kamarnya. Saat Vincent sudah berhasil di dorong keluar, Sheina langsung mengunci pintu kamarnya.

"Gue ngak mau ketemu lo lagi, gue benci sama lo kak. Gue benci sama lo." Teriak Sheina dari dalam kamar dan masih bisa di dengar oleh Vincent yang masih berada di balik pintu.

"Gue cuman ngak mau lo sakit hati Sheina." Lirih Vincent yang tentu saja itu tidak dapat di dengar oleh Sheina.