Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Suamiku Dosen Idola

🇮🇩putrilista
--
chs / week
--
NOT RATINGS
13.6k
Views
Synopsis
Warning! Mengandung kata-kata baper!! “Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan,” -Zefanya. “Canduku bukanlah kopi, tapi senyumu yang sangat berarti bagi hidupku,” -Devananta. *** "Satu tambah satu berapa pak?" tanya Anya. "Dua," jawab Devan. "Bapak salah, mau tau gak jawabannya?" tanya Anya. Devan pun mendongakkan kepalanya keatas menatap Audrey dengan wajah penasaran sambil menaikan kedua alisnya. "Satu tambah satu itu sama dengan satu," ucap Anya dengan cengiranya. "Kamu ini anak kuliahan, masa gak paham satu tambah satu," sungut Devan. "Satu tambah satu itu kaya cinta saya ke bapak. Selalu bertambah satu," ucap Anya dengan cengengesan. "Gak jelas." Bukan kisah perjodohan paksa ataupun CEO yang menyukai sekertarisnya. Ini adalah kisah seorang mahasiswi yang berusaha mendapatkan hati sang dosen idola dan ternyata dosen tersebut pun juga menyukainya. Apakah cinta mereka akan bersatu? atau malah sebaliknya?
VIEW MORE

Chapter 1 - Ketiduran Di Kelas

"Aku akan selalu berusaha untuk bisa dekat denganmu, apapun caranya itu," -Devananta Mavendra.

***

Seorang mahasiswi cantik bernama Zefanya Belleza, memiliki wajah yang cantik dan otak yang sangat pintar. Tetapi satu, Anya adalah orang yang suka tidur disaat kelas dimulai.

"Anya bangun, mau kelasnya Pak Devan," ucap Alin, sahabat Anya.

"Gue ngantuk banget tau, semalem habis baca novel sampai selesai, hoam," ucap Anya sambil menguap.

"Terserah lo deh, kalau dihukum jangan salahin gue," ucap Alin.

Perdebatan mereka pun terhenti, saat sang dosen killer sudah memasuki kelas mereka. Kelas Manajement pun dimulai.

Anya masih saja tidur dengan pulasnya diatas meja. Tidak sengaja tatapan Devan, dosen dikelas itu mengarah ke Anya. Dirinya pun menghampiri mahasiswi tersebut.

"Enak sekali tidur disaat jam kelas saya," sindir Devan disamping tempat duduk Anya.

"Apaan sih Lin, berisik tau," kesal Anya.

"Kamu ngatain dosen berisik?" tanya Devan dingin.

Anya yang tersadar jika yang berbicara dengan dirinya adalah dosen killer bukan Alin sahabatnya. Anya pun segera bangun dari tidurnya.

"Maaf pak, Anya gak sengaja," ucap Anya sambil mengucek-ngucek matanya.

Satu kelas pun menertawakan Anya. Rambut yang tergerai dan acak-acakan. Muka lesu, matanya seperti Panda.

"Sudah berkali-kali kamu seperti itu, ikut ke ruangan saya setelah kelas saya selesai," ucap Devan dengan nada dingin dan berlalu dari tempat duduk Anya.

Mampus, batin Anya.

Devan pun meninggalkan tempat Anya dan kembali ke tempat duduknya sambil membereskan barang-barang mengajarnya.

"Untuk hari ini, materi sampai disini. Tugas kelompok dikumpulkan minggu depan, terima kasih," ucap Devan.

"Anya kamu ikut saya," ucap Devan dingin.

"Baik pak," jawab Anya sambil membawa tasnya.

Anya pun berjalan mengikuti Devan dengan tatapan menunduk. Tanpa dirinya sadari, tiba-tiba Devan berhenti berjalan dan akhirnya Anya menabrak tubuh Devan.

Dugh

"Pak, kalau berhenti bilang-bilang dong," ucap Anya sambil mengusap-usap jidatnya.

"Makannya jalan jangan nunduk," ucap Devan dingin.

"Yah bapak sih gak kasih aba-aba," kesal Anya.

"Emang saya komando? sudah masuk sana!" perintah Devan.

"Iya pak iya," ucap Anya sambil menghentak-hentakan kakinya.

Devan pun hanya tersenyum tipis dan geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Anya yang seperti anak kecil. Devan pun segera memasuki ruangannya.

"Saya disuruh ngapain disini pak?" tanya Anya dengan malas.

"Sebagai hukuman, kamu beresin semua barang yang ada diruangan ini. Saya mau tidur," ucap Devan.

"Pak ini banyak banget, bantuin kek jangan tidur. Bapak tega sama mahasiswinya," ucap Anya.

"Kamu yang buat kesalahan, kenapa saya suruh bantuin kamu. Selesai beresin ruangan ini, kamu beliin saya jus," ucap Devan sambil menahan tawa.

"Pak saya kesini buat cari ilmu bukan mau jadi babu bapak," kesal Anya.

"Bukannya kamu kesini mau tidur ya, bukan cari ilmu? Cepat kerjain, mau saya kurangin nilai kamu, biar gak bisa lulus?" tanya Devan.

"Bapak ngeselin, lebih ngeselin dari tokoh cerita yang ada di novel saya," kesal Anya.

Devan pun pura-pura tidur untuk melihat apakah Anya mengerjakan tugasnya dengan benar. Dan ternyata benar, Anya mengerjakannya. Senyuman tipis pun terbit di bibir Devan.

Tidak lama lagi, kamu akan menjadi tulang rusukku, batin Devan.

Sedari tadi Anya mondar-mandir kesana kemari, hanya untuk membereskan barang-barang dosenya. Dirinya sudah biasa kalau disuruh bersih-bersih, tetapi ini disuruh oleh dosen menyebalkan. Selesai sudah acara bersih-bersih mereka. Anya pun menghampiri dosen menyebalkan itu.

"Pak saya sudah selesai bersih-bersih, saya mau pulang," pamit Anya.

"Belikan saya jus dulu," ucap Devan.

"Sudah sore pak, nanti saya dicariin mama papa saya," jawab Anya dengan suara letih.

Devan pun segera bangkit dari tidurnya dan menatap wajah Anya. Terlihat wajah yang sangat pucat.

"Kamu sakit Nya?" tanya Devan.

Anya tidak menjawab, karena dirinya berusaha menahan pusing dikepalanya.

"Anya," panggil Devan lagi.

"Zefanya Belleza, kamu sakit?" panggil Devan lagi.

"E-eh pak, ada apa?" tanya Anya gugup, karena tubuhnya sudah keluar keringat dingin.

"Kamu sakit?" tanya Devan.

Belum juga menjawab, tiba-tiba pandangan Anya buram dan akhirnya pandangan Anya gelap, Anya pingsan. Devan yang cekatan pun segera membopong tubuh Anya dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Banyak mahasiswa mahasiswi yang melihat kejadian tersebut.

"Anya kamu bertahan ya, maafin saya," ucap Devan dan segera melajukan mobilnya secepat mungkin.

Lima belas menit berlalu, mobil Devan pun memasuki kawasan Rumah Sakit Medika. Devan segera membopong tubuh Anya dan dibawanya masuk ke dalam rumah sakit.

"Suster, tolong bantu saya," ucap Devan.

"Baik pak," jawab suster tersebut dan segera mengambil brankar dan menaruh tubuh Anya diatas brankar.

Sedari tadi Devan menunggu dokter atau suster yang keluar dari dalam ruangan. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu pun keluar juga.

"Bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Devan.

"Teman bapak ya? teman bapak hanya kecapean dan kurang tidur. Nanti saya kasih vitamin untuk menambah kekebalan tubuh," ucap sang dokter.

"Baik dok, boleh saya jenguk?" tanya Devan.

"Silahkan."

Devan pun masuk kedalam ruang UGD, terlihat Anya sudah sadar dari pingsannya.

"Saya kenapa pak?" tanya Anya.

"Kamu tadi pingsan waktu bersihin ruangan saya," jawab Devan.

"Jam berapa ini pak?" tanya Anya.

"Bukannya kesehatan yang dipikirin malah tanya jam," ucap Devan.

"Tinggal jawab apa susahnya sih pak," kesal Anya.

"Jam lima," jawab Devan.

"APA?! Mampus," teriak Anya.

"Kamu jangan teriak-teriak. Ini dirumah sakit," ucap Devan.

"Pak saya mau pulang, nanti dicariin sama mama papa. Nanti saya harus jawab apa?" ucap Anya bingung.

"Nanti saya yang jawab. Saya mau kedepan, nebus obat kamu dulu," ucap Devan dan berjalan keluar dari ruang UGD.

Sedari tadi Anya mencari ponselnya, tetapi tidak ketemu juga. Anya bingung harus mencarinya kemana lagi, sampai dirinya tidak sadar jika Devan ada disampingnya.

"Kamu cari apaan?" tanya Devan.

"Saya nyari ponsel sama tas saya pak," jawab Anya.

"Ada sama saya, sekarang kamu udah boleh pulang. Mau pulang apa gak?" ucap Devan.

"Terus saya pulang naik apa?" tanya Anya.

"Ya kamu bareng sama saya," jawab Devan.

"Lah kok sama bapak," bingung Anya.

"Gak ada penolakan!" ucap Devan dengan penrkanan.

Anya pun segera turun dari brankar sambil dibantu oleh Devan. Mereka berdua jalan bersama, dengan Devan yang memapah Anya.

"Maaf pak, sudah ngerepotin," ucap Anya sambil menunduk.

"Emang kamu dari dulu itu ngerepotin saya," jawab Devan dengan menahan tawanya.

"Jadi bapak gak ikhlas gitu nolongin saya? yaudah saya turunin sini aja," kesal Anya.

"Beneran?" tanya Devan sambil mengangkat satu alisnya.

"Daripada bapak gak ikhlas malah gak berkah," ucap Anya.

Mobil Devan pun berhenti di pinggir jalan. Devan menghadapkan wajahnya kearah Anya.

"Yaudah turun sana," ucap Devan sambil menahan tawanya.

"Permisi," ucap Anya sambil membuka pintu mobil. Tapi kenapa pintu mobilnya tiba-tiba terkunci.

"Lah kok dikunci pak, katanya suruh turun," ucap Anya bingung.

Hahaha

Terdengar suara tawa Devan didalam mobil. Anya seketika terpesona dengan tawa Devan. Sampai-sampai, Devan berhenti tertawa pun dirinya tidak sadar.

"Percaya saya itu ganteng, liatnya sampai gak kedip," ucap Devan sambil tersenyum.

"E-eh enggak ya. Ngomong-ngomong ini Pak Devan apa bukan sih?" bingung Anya.

"Iyalah, masa genderuwo," kesal Devan.

"Bodo ah, bapak ngeselin," kesal Anya.

"Sah dulu baru ah," ucap Devan sambil tertawa.

"Selain ngeselin, bapak juga mesum ya. Jadi takut saya," ucap Anya.

"Gak usah takut, belum nikah juga," ucap Devan sambil tertawa.

"Gak denger pak gak denger," ucap Anya sambil menutup kedua telinganya.

Tawa Devan pun semakin pecah karena melihat tingkah laku Anya. Sepertinya hobi baru Devan adalah membuat Anya kesal.

Next