Chereads / Suamiku Dosen Idola / Chapter 4 - Syarat Konyol

Chapter 4 - Syarat Konyol

"Jika sakitmu bisa dipindahkan, lebih baik aku saja yang merasakan. Aku tidak mau, perempuanku sakit," -Devananta Mavendra.

***

Mobil Devan sudah memasuki pekarang rumah Anya. Devan pun segera turun dari mobil dan berjalan menuju depan pintu rumah Anya.

Tok...tok...tok

"Assalamualaikum," salam Devan dari luar rumah.

"Waalaikunsallam, sebantar," teriak Wulan dari dalam rumah.

Cklek

"Eh ada nak Devan, masuk-masuk," ucap Wulan dan memepersilahkan Devan masuk.

"Makasih tante," ucap Devan sambil tersenyum dan menyalimi tangan Wulan.

Mereka berdua pun duduk di ruang tamu. Wulan pun berjalan ke dapur untuk membuatkan minum dan memberikan makanan ringan.

"Diminum dulu ya," ucap Wulan sambil meletakkan nampan yang ada ditangannya.

"Makasih tante. Jadi ngerepotin," ucap Devan sambil tersenyum.

"Enggak papa kok Devan. Kamu kesini ada apa Dev?" tanya Wulan.

"Saya mau..." ucap Devan terpotong karena ucapan Fatih.

"Eh ada Devan. Kirain om siapa," ucap Fatih sambil tersenyum dan duduk dikursi.

"Hai om, ketemu lagi," ucap Devan sambil menyalimi tangan Fatih.

"Hai juga, ada apa kamh kesini lagi Dev?" tanya Fatih.

"Tadi saya telpon Anya, dari suaranya keliatan kaya orang lagi sakit. Jadi saya mau jenguk Anya om," ucap Devan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Masyaallah, calon mantu idaman. Kamu ke kamarnya aja Dev," ucap Fatih.

"Makasih om, tapi Devan gak tau kamarnya Anya yang mana," ucap Devan.

"Wulan, kamu anterin Devan ya," perintah Fatih pada sang istri.

"Iya pa. Ayo Dev ikut tante," ajak Wulan.

Devan pun mengikuti Wulan dari belakang. Mereka berdua menaiki tangga menuju kamarnya Anya.

"Ini kamarnya Anya, Dev. Nanti kalau udah jadi suaminya biar gak salah masuk kamar," ucap Wulan sambil terkekeh.

"Hehehe, makasih tante. Saya boleh masuk?" tanya Devan.

"Boleh dong, kan kamh calon suaminya. Masa ya gak boleh, tapi jan aneh-aneh ya! kalau aneh-aneh juga gak papa sih, mau nikah juga," ucap Wulan sambil terkekeh.

"Tante bisa aja. Devan permisi tante," ucap Devan.

Wulan pun membalas ucapan Devan dengan senyuman khasnya. Devan pun masuk ke dalam kamar Anya. Tidak lupa parsel buah yang dirinya bawa. Terlihat Anya sedang tidur meringkuk ditutupi dengan selimut. Hati Devan seketika terenyuh, karena dirinya, Anya jadi sakit.

"Get well soon my future wife¹," ucap Devan dengan suara lirih sambil mengusap rambut Anya.

Anya merasa ada yang mengusap kepalanya pun terusik dari tidurnya. Anya pun mengerjapkan matanya, sambil mengumpulkan mata.

"Loh Pak Devan ngapain disini?" tanya Anya sambil mengucek matanya.

"Kamu tiduran aja, pasti masih pusing," ucap Devan.

"Gak kok pak, saya gak pusing. Saya udah sehat," ucap Anya dengan senyum di bibir pucatnya.

"Saya kesini mau jenguk kamu, sekalian saya mau minta maaf gara-gara hukum kamu tadi," ucap Devan.

"Gak papa kok pak, saya juga yang salah. Saya tidur di kelas waktu jam kuliah," ucap Anya.

"Saya minta maaf ya, kamu mau kan maafin saya?" tanya Devan.

Terlintas ide jahil di otak Anya. Dirinya pun ingin memanfaatkan keadaan ini untuk menguntungkan dirinya.

"Saya mau maafin bapak, tapi ada syaratnya," ucap Anya sambil tersenyum devil.

"Apa syaratnya, hm," tanya Devan.

"Syaratnya, bapak harus jauh-jauh dari saya dan saya gak mau berurusan yang tidak jelas dengan bapak. Apakah bapak setuju? kalau tidak setuju, saya sih bisa bilang ke mama-papa penyebab saya sakit," ucap Anya dengan smirk di bibir pucatnya.

Kamu gak tau aja Nya, itu cara ku biar bisa dapetin hati kamu. Tapi gak papa sih untuk sementara, nanti kamu juga akan jadi istri saya, batin Devan sambil tersenyum devil.

"Hello, pak. Bapak gak gila kan?" tanya Anya sambil melambai-lambaikan tangan di depan wajah Devan.

"Enak saja kamu kalau bilang," kesal Devan sambil memegang tangan Anya.

"Lepasin tangan saya pak, nanti kena najis," ucap Anya sambil terkekeh.

"Emang saya babi gitu," kesal Devan.

"Bapak baru nyadar? hahaha," ucap Anya sambil tertawa.

"Kamu ya, awas nanti," kesal Devan.

"Gimana? bapak setuju gak sama syarat saya?" tanya Anya sambil menaik turunkan alisnya.

"Oke saya setuju," jawab Devan dengan santainya.

"Jadi mulai sekarang bapak gak boleh deket-deket sama saya dan cari masalah yang gak jelas ke saya!" perintah Anya.

"Oke-oke, saya akan turutin syarat kamu," ucap Devan.

"Sekarang bapak pulang! sesuai dengan syarat tadi. Bapak gak boleh deket-deket sama saya!" perintah Anya.

"Oke saya pulang. Jangan lupa buahnya dimakan sama minum obat. Get well soon," ucap Devan sambil mengacak-acak rambut Anya.

"Pak Devan!" teriak Anya.

Devan pun hanya terkekeh dan berlalh pergi meninggalkan kamr Anya. Hati Anya seketika menghangat dengan perlakuan Devan. Tapi Anya menepis rasa itu jauh-jauh.

"Loh kok cuma sebentar?" tanya Wulan bingung saat melihat Devan turun dari atas.

"Gak papa tante. Kasihan Anya, biar dia istirahatnya cukup," jawab Devan dengan senyuman.

"Owalah begitu. Kamu mau pulang sekarang Dev?" tanya Wulan

"Hehehe iya tante. Devan pamit dulu ya. assalamualaikum," pamit Devan.

"Waalaikumsallam, hati-hati ya Dev," ucap Wulan dan membalas saliman tangan Devan.

"Mari om-tante," ucap Devan sambil tersenyum.

Adit dan Wulan pun hanya membalas dengan senyuman. Devan pun segera bergegas menuju mobilnya dan cepat-cepat untuk pulang.

***

Ditempat lain, tepatnya di rumah Alin. Tanisha atau biasa dipanggil Sasa sedang bermalam di rumah Alin.

"Eh Sa, tumben banget ya sih Anya kagak ikut, di telpon juga kagak di angkat," ucap Alin dengan wajah bingung.

"Coba gue telpon, siapa tau nyambung," ucap Sasha.

Sasha pun mencari kontak Anya. Dirinya pun segera menelpon Anya. Tetapi tidak di angkat. Walau sudah di coba berulang kali.

"Gak bisa kan? sama aja kaya waktu gue telpon," ucap Alin.

Tring...

Tiba-tiba, ponsel Alin berdering. Ternyata mama Anya yang menelpon dirinya.

"Siapa Lin?" tanya Sasha.

"Mamanya Anya, gue angkat dulu ya," ucap Alin.

"Lound spaker-lound spaker," ucap Sasha dengan antusias.

"Hallo Asslamaualikum mama, ada apa ya?" tanya Alin.

"Waalaikumsallam, mama mau ngabarin kalau Anya lagi sakit," ucap Wulan.

"Astagdirulloh, Anya sakit apa ma?" tanya Alin dengan suara panik.

"Anya kena demam. Kalian gak usah kesini ya, kalau mau kesini besok aja. Gak baik anak gadis keluar malam-malam," ucap Wulan dari sebrang telepon.

"Mama tau aja apa yang dipikiran kita. Yaudah, sampein ke Anya ya ma, get well soon. Dari Alin sama Sasha," ucap Alin.

"Iya, makasih ya Lin, Sha. Besok kalau Anya gak bisa masuk kuliah, nanti mama kabarin, sekalian mama mau minta tolong izinin ke dosen Anya ya," ucap Wulan.

"Mama ini kaya sama siapa aja. Santai, ada Alin dan Sasha yang akan membantu Anya," ucap Alin dengan santainya.

"Tenang aja ma, nanti Sasha sama Alin izinin kok," ganti Sasha yang bicara.

"Makasih ya. Yaudah mama tutup dulu teponnya, besok mama kabarin lagi," ucap Wulan.

"Siap ma. Assalamualaikum," ucap Alin dan Sasha dengan kompak.

"Waalaikumsallam."

Sambungan telepon pun akhirnya terputus. Alin dan Sasha kembali menonton film yang tertunda sambil membicarakan Anya.

"Makanya tuh anak gak ikut kumpul. Eh ternyata malah sakit," ucap Sasha.

"Iya. Gue curiga deh, apa Anya sakit gegara dihukum sama Pak Devan ya?" tanya Alin.

"Eh, gue baru kepikiran. Apa iya ya?" tanya Sasha balik.

"Malah balik nanya. Udah-udah, mending lanjutin nih drakor," ucap Alin.

Mereka berdua pun melanjutkan menonton drakor yang tertunda tadi akibat telepon dari Mama Wulan.

Next