Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 24 - 24. Pingsan

Chapter 24 - 24. Pingsan

Keesokan paginya..

Bunyi alarm berasal dari sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja nakas, berhasil mengusik tidur seorang gadis. Awalnya ia terlihat terlelap dengan pulas di atas ranjang. Namun, Audy memaksa kedua kelopak matanya untuk terbuka. Lalu terdengar suara gumam rendah keluar dari bibir tipisnya.

Senyuman manis menyambut mentari terlukis di wajah cantiknya. Kecantikan alami yang dimiliki setiap kaum hawa ketika bangun di pagi hari. Bersih tanpa coretan make up sedikit pun. Hari ini Audy nampak bersemangat. Pasalnya ia dapat bernafas dengan lega melewati pagi tanpa tekanan dari siapapun.

Semalam gadis itu secara pribadi meminta kekasihnya, untuk tidak menjemputnya pagi ini. Jawaban Rey sungguh mengejutkan dirinya. Entah apa yang merasuki pemuda tersebut hingga bersedia menyetujui permintaannya. Karena biasanya Rey akan menolak dengan tegas keinginan Audy.

Audy tidak mau memusingkan alasan dibalik semua itu. Ia lebih memilih beranjak dari ranjang king sizenya. Kemudian melangkahkan kaki jenjangnya menuju lemari pakaian. Tangan kanan menjulur ke depan meraih satu stel seragam sekolah. Lalu berjalan menuju kamar mandi sambil membawa pakaian tersebut.

30 menit kemudian, Audy selesai membersihkan diri. Dia melangkah keluar dari kamar mandi dengan santai. Penampilan gadis itu terlihat lebih fresh. Sebuah handuk kecil dibiarkan melingkar pada leher. Lalu Audy berjalan mendekati meja riasnya untuk menemukan hair dryer.

Setelah merapikan surai indahnya, ia segera menyingkirkan handuk kecil berwarna putih tersebut dari lehernya. Kemudian Audy meraih tas punggung kesayangan dan menyampirkan di salah satu pundaknya. Tidak lupa ia membawa sepasang sepatu berwarna hitam dengan tangannya yang lain. Lalu melangkahkan kaki menuju pintu kamar. Tangan kanan menjulur ke depan untuk menggenggam kenop pintu kamarnya.

Ketika pintu kamar gadis itu terbuka, pintu yang terletak di seberang kamar, juga dibuka dari dalam oleh pemiliknya. Pandangan saudara kembar tersebut bertemu. Namun, Audy lebih dulu memalingkan wajahnya. Karena ia masih merasa kesal pada pemuda yang kini telah berdiri di hadapannya.

"Dy, pagi- pagi begini, wajahnya jangan dibuang gitu dong." celetuk Aland mencoba menghalangi jalan Audy.

"Bodo,ah! Minggir sana!" sahut Audy ketus.

Gadis itu mendorong pelan tubuh Aland, supaya ia dapat melewatinya dengan mudah. Audy memilih bergegas meninggalkan pemuda tersebut, daripada harus melayani tingkah Aland yang sangat menyebalkan. Akan tetapi, usahanya sia - sia belaka. Karena saudara kembarnya terlihat mengekori kemana saja dia melangkah.

"Hei tunggu! Masih marah ya?" tanya Aland sambil terus mengikuti Audy dari belakang.

"Kelihatannya bagaimana?" sahut Audy sekenanya.

"Nanti bisa rugi loh, kalau marah sama orang ganteng." terang Aland dengan percaya diri.

"Huft." dengus Audy, lalu gadis itu memutar kedua bola matanya dengan malas.

Aland memainkan alis tebalnya naik turun, bermaksud untuk menggoda sang adik. Diselingi senyum nakal khas milik pemuda itu. Dengan sikap santai salah satu tangan membelit pundak Audy dan mengabaikan dengusan gadis tersebut. Lalu keduanya menuruni anak tangga secara bersamaan.

Pada saat mereka menginjakkan kaki di anak tangga terakhir. Audy dan Aland disuguhkan oleh pemandangan yang sangat mengejutkan. Suara pekikan keluar dari bibir Audy, menyadarkan semua orang yang berada di ruangan tersebut. Lalu mendadak penglihatan gadis itu menggelap dan tubuh mungilnya goyah.

"Damn!" seru Aland.

Dengan sigap Aland menangkap Audy supaya tidak terjatuh membentur lantai. Ia langsung meraih tubuh langsing milik Audy dan menggendong ala bridal style. Kemudian segera membaringkan saudara kembarnya di atas sofa yang berada di ruang tamu. Tidak lupa Aland melototi kedua bawahannya tersebut.

"Maaf Bos! Kami tidak hati- hati." ungkap Rio, salah satu bawahan Aland.

"Berisik!" sergah Aland emosi.

Kemudian teriakan pemuda itu menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi pucat pasi karena merasa ketakutan. Ia segera memerintahkan pelayan untuk mengambilkan sebotol minyak kayu putih. Tanpa mengulur waktu pelayan tersebut berlari terbirit- birit mencari benda yang diinginkan oleh tuan muda mereka.

Setelah Audy siuman dari pingsannya. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar. Memastikan apa yang tengah dialami olehnya. Ketika ingatan Audy pulih sepenuhnya, ia kembali memekik sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Dy! Audy! Jangan pingsan lagi dong." keluh Aland panik.

"Siapa yang mau pingsan lagi?!" sanggah Audy, ia melototi Aland karena merasa kesal.

"Syukurlah." desah Aland lega.

"Land, aku tidak sedang bermimpi kan? yang tadi aku lihat itu nyata kan?" cecar Audy sambil menggeser posisinya menjadi lebih nyaman.

"Shit! Karena ulah kalian, adikku yang polos menjadi terkontaminasi." tuduh Aland, ia menoleh dengan tajam kearah dua orang pemuda yang berada tak jauh darinya.

Pletak!

"Aww! Aish! Sakit Dy!" cicit Aland kepada Audy.

"Kamu pikir aku apaan? Hah!" sentak Audy emosi.

"Tapi tidak usah pakai acara memukul kepalaku juga, Dy." keluh Aland menampilkan wajah kesal.

"Sorry, tidak sengaja." sahut Audy sambil menjulurkan lidahnya.

Terdengar suara cekikikan dari arah seberang sofa. Sehingga pusat perhatian Audy dan Aland teralihkan pada para penonton. Membuat suasana berubah menjadi canggung dan tegang secara bersamaan. Tatapan tajam dari Aland mampu membuat bulu kuduk Rio maupun Kenny berdiri tegak. Sebaliknya ekspresi penasaran Audy membuat kedua pemuda itu menjadi salah tingkah.

"Sejak kapan?" tanya Audy yang tidak dapat membendung rasa penasarannya.

"Satu tahun." jawab Kenny jujur.

"Shit! Kuminta kalian hentikan pembicaraan ini." tandas Aland tegas.

"Berisik! Aku masih ingin mengetahui keseluruhan ceritanya." balas Audy acuh tak acuh.

"Audrey Smith, kau tidak ingin pergi ke sekolah?" sela Aland dengan meninggikan nada suaranya.

"Ah! Kenapa aku bisa melupakan hal sepenting itu? Kita harus berangkat sekarang! Dan kalian berhutang penjelasan kepadaku!" ucap Audy sambil menepuk keningnya. Gadis itu segera memakai sepatu sekolahnya.

"Kau antarkan kami ke sekolah!" titah Aland kepada Kenny.

"Ehh..."

"Tidak ada penolakan! Dan satu lagi, hukuman akan menanti kalian setelah aku pulang sekolah!" sambung Aland enteng.

"Tapi Bos..."

"Tidak ada tapi- tapian... Cepatlah kami sudah terlambat!" potong Aland.

Akhirnya keempatnya bergegas meninggalkan kediaman keluarga Smith. Dengan wajah masam Kenny melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Pasalnya Aland saat ini sibuk mengeluh dan melempar kekesalan hatinya pada Kenny dan Rio. Sebaliknya Audy terlihat gugup sambil terus melirik kearah jam tangannya.

"Diam Land! Tuh mulut berisik banget! Mirip ibu- ibu kalau lagi nawar di pasar!" tegur Audy kepada Aland.

"Aish! Apaan seh!" tampik Aland.

"Masih lama ya? Kita lagi dimana?" tanya Audy kepada Kenny.

Sejak tadi gadis itu merasa cemas dan tidak tenang. Karena ia merasa akan terlambat datang ke sekolah. Sehingga tidak menyadari bahwa kendaraan yang mereka tumpangi telah berjarak 200 meter dari gerbang sekolah.