Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 28 - 28. Kemarahan raja yama

Chapter 28 - 28. Kemarahan raja yama

"Singkirkan tanganmu!" desis Aland sambil menatap sinis ke arah Marco.

"He... he... he... Baiklah!" jawab Marco sambil mengangkat kedua tangan tanda mengalah.

Ternyata Marco sengaja melakukan hal itu supaya dapat mengalihkan perhatian Aland. Namun, ternyata semua yang dilakukan olehnya menjadi sia- sia belaka. Justru Aland terlihat sangat marah hingga rahang kokoh miliknya mengeras. Dengan emosi yang telah memuncak, pemuda itu berjalan mendekati sofa.

Sejak awal Rey telah menyadari kedatangan para sahabatnya ke ruangan itu. Namun, dirinya tidak merasa terganggu sama sekali. Ia memilih terus melumat bibir tipis kekasihnya dengan lembut. Menikmati rasa manis yang menjadi candunya.

Sreettt!

"Ahh! Aland... Kau-" pekik Audy terkejut.

Sebuah tangan menjulur ke depan menarik lengan Audy dengan sekali sentak. Hingga tubuh gadis itu berhasil turun dari pangkuan Rey. Pekikan Audy terdengar keras karena merasa terkejut oleh perlakuan Aland terhadap dirinya. Kemudian tanpa sadar tubuhnya mundur selangkah ke belakang saat menyadari kemarahan saudara kembarnya.

"Aland." bisik Audy dengan gugup.

Bughh!

Tidak ada satu perkataan yang terucap dari bibir Aland. Dengan gerakan cepat pemuda itu melayangkan sebuah pukulan keras ke arah rahang kokoh milik Rey. Hingga paras tampan rupawan tersebut terlempar ke samping. Kemudian darah segar mulai mengalir keluar dari sudut bibirnya yang sobek.

Ibu jari sebelah kanan milik Rey, terangkat hingga menyentuh sudut bibirnya yang pecah. Lalu, ia menghapus darahnya perlahan. Setelah itu, tawa renyah terdengar berkumandang memenuhi sudut ruangan. Dalam sekejap suhu ruang itu berubah menjadi rendah. Membuat siapa saja yang berada di dalamnya, merasa merinding seakan malaikat kematian telah datang untuk menjemput mereka.

Bulir keringat mengalir deras membasahi area tengkuk dan tubuh bagian belakang mereka. Tak terkecuali Aland, mendadak ia merasa cemas dan khawatir disaat yang bersamaan. Kini, semua orang berupaya memutar otak mereka dalam diam. Memikirkan cara paling ampuh untuk meredam kemarahan raja yama.

Suara tawa pemuda itu masih berdering bagaikan lonceng sebuah kuil. Kepalanya sedikit terangkat ke atas diiringi tatapan tajam seolah siap menusuk lawannya. Kemudian ia merubah posisi duduk dengan kedua kaki panjang yang saling tumpang tindih. Tubuh kokohnya bersandar pada sandaran sofa. Terlihat anggun dan tetap mendominasi.

"Semakin berani, hm?" ucap Rey pelan, tetapi dapat di dengar oleh semua orang yang berada di dalam ruangan itu.

"Kau pikir... Selama ini aku takut!" balas Aland angkuh sambil mengepalkan kedua telapak tangan erat.

"Menarik! Kita akan lihat seberapa besar keberanian yang kau miliki." putus Rey dengan acuh tak acuh.

Bugh!

Setelah menyelesaikan perkataannya, Rey langsung melayangkan tendangan keras kaki kirinya kearah perut Aland. Hingga pemuda itu terlempar jauh ke belakang. Tubuhnya terjatuh duduk di atas lantai sambil mendesis pelan. Dengan spontan Kedua tangan menyentuh area yang terasa menyengat. Pandangan kedua mata menatap garang kearah Rey.

"Aland! Ah!" seru Audy merasa cemas hingga berlari menghampiri saudara kembarnya yang masih belum beranjak dari posisinya.

"Damn! Bastard!" desis Aland emosi, dalam hati ia merasa sangat menyesal karena lengah terhadap lawannya.

"Belum cukup, hm?" ejek Rey penuh penghinaan.

Kemudian Rey beranjak berdiri dari sofa dan berjalan perlahan menghampiri Aland. Sahabatnya tersebut terlihat meringis kesakitan sehingga tubuhnya tidak bisa digerakan. Organ dalam terasa bergeser tidak beraturan. Rasa mual berasal dari dalam perut pemuda itu naik ke permukaan.

Langkah kaki Rey berhenti di hadapan Aland. Kemudian ia membungkukkan sedikit badannya ke depan. Salah satu tangan meraih lengan kekasihnya dan langsung menariknya dengan sekali sentakan. Memaksa tubuh mungil gadis itu untuk berdiri di sisinya.

Kemudian ia pun mengubah posisi tangannya melingkari sekeliling pinggang Audy dengan erat. Menegaskan hak kepemilikannya atas gadis cantik tersebut. Aura keagungannya bagaikan seorang raja begitu mendominasi atas lawan- lawannya. Seolah sosok Aland saat ini tidak berharga di matanya.

"Rey... aku..." ucapan Audy mendadak terputus saat menyadari tatapan gelap kekasihnya.

Bugh!

"Argh! Uhukk... Brengsek kau, Rey! Uhhukkk..." raung Aland dengan nyaring

Tendangan keras kembali menghantam dada bidang milik Aland. Sehingga tubuh pemuda itu tergeletak di atas lantai keramik yang dingin. Darah segar menyembur keluar dari mulutnya. Rintihan lirih disertai ekspresi kesakitan tersemat pada paras rupawan. Aland mencoba berguling kesana kemari sambil berupaya menghirup udara di sekelilingnya dengan rakus. Berharap dapat meredakan sensasi terbakar pada area dadanya.

Bugh!

"Argh! Uhukk... Uhuk!"

"Tolong hentikan, Rey!" pinta Audy lirih, ia merasa sangat tertekan melihat keadaan Aland.

Tanpa belas kasihan Rey kembali menendang Aland, hanya kali ini tendangan tersebut mengenai pinggang sebelah kanan. Semua orang yang melihat kejadian itu menahan nafas mereka. Memiliki keinginan untuk menolong Aland, tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun yang dapat meringankan hukuman pemuda itu. Tangisan histeris Audy yang terdengar mengalun memilukan.

Akhirnya Audy menunjukkan tanda- tanda perlawanan. Gadis itu berusaha keras melepaskan diri dari pelukan Rey. Hatinya sangat sakit melihat keadaan mengenaskan yang dialami oleh saudara kembarnya. Sekuat tenaga menyingkirkan tangan Rey yang melekat erat pada pinggangnya.

"Lepas! Kau keterlaluan! Menjauhlah dariku!" teriak Audy menunjukkan kemarahannya.

"Aku tidak akan melepaskanmu!" tandas Rey tegas.

"Aku membencimu! Pergilah ke neraka!" raung Audy.

"Kemanapun aku pergi, aku pasti membawamu!" sanggah Rey dengan ekspresi datar.

"Persetan dengan ucapanmu!" balas Audy kasar.

Kemudian Audy menginjak kaki Rey dengan keras. Sehingga pemuda itu tampak mengeryitkan dahinya ketika ia merasakan sakit pada ujung jari- jari kaki. Bahkan Audy menyikut perut six pack kekasihnya. Namun, semua usaha yang dilakukan sia- sia. Karena tubuh Rey tetap berdiri kokoh seperti batu karang di pinggir laut.

Tanpa henti Aland terus memuntahkan darah segar disela- sela batuk. Seragamnya basah dengan cairan berwarna merah pekat tersebut. Bulir keringat terus terbentuk dan mengalir deras di pelipis pemuda itu. Hal ini menandakan bahwa ia mengalami luka dalam yang cukup serius.

Di sisi lain, seorang pemuda melangkah menghampiri Aland. Sikapnya terlihat sangat tenang. Dengan keberanian yang cukup besar ia membantu Aland berdiri. Menopang tubuh lemah Aland dan membawanya pergi meninggalkan tempat itu. Melihat perbuatan sahabatnya tersebut, tidak ada satu kata yang terucap dari bibir Rey.

"Aku akan mengurusnya." ujar Jason sambil berjalan perlahan tanpa menoleh ke belakang.

"Jangan menangis! Aku baik- baik saja!" ucap Aland dengan susah payah.

"Aland!" panggil Audy diselingi isak tangis.

Lalu Aland melangkah pergi diiringi tangisan Audy. Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini. Ia rela menanggung resiko demi saudara kembarnya. Sebelum pergi pemuda itu memberikan senyum terbaik miliknya pada adik kesayangannya tersebut. Berusaha menghilangkan kekhawatiran di hati Audy.

Rey menyerahkan sepenuhnya kondisi Aland saat ini ke dalam tangan Jason untuk mendapatkan perawatan intensif. Membiarkan Aland pergi dari hadapannya dengan kondisi hidup adalah sikap murah hati yang dimiliki seorang Rey. The prince's telah mengetahui bahwa tidak ada satupun musuh dibiarkan hidup, setelah menyinggung raja yama. Namun, kasus Aland sangat berbeda.