Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 26 - 26. Pertunjukan (2)

Chapter 26 - 26. Pertunjukan (2)

Audy menahan nafas sejenak menyadari dirinya telah menjadi pusat perhatian seluruh penjuru sekolah. Pemuda itu berhasil membuat hatinya merasa kesal. Pasalnya, perbuatan Rey barusan memicu beragam reaksi negatif dari para pengagum fanatiknya. Terbukti dari seruan protes yang terlontar di sekitarnya, terus berdengung nyaring bagaikan suara lebah.

Namun, gadis itu tidak dapat memungkiri perasaan senang yang tengah dirasakannya saat ini. Audy merasa beruntung karena sejak awal dia tidak bertindak ceroboh. Hingga akhirnya ia mengetahui kebenaran tanpa harus mempermalukan diri sendiri. Berkat Rey semua orang menatap sosoknya dengan penasaran.

Selain itu, ia juga dapat merasakan pandangan tajam yang berasal dari seseorang. Tatapan panas penuh kebencian seakan mampu membakar dirinya. Akan tetapi, Audy tidak membiarkan orang lain dapat melihat kelemahannya. Sehingga ia memilih menatap kedua mata orang tersebut dengan acuh tak acuh.

"Apa karena gadis itu, kau memilih untuk menolakku?"tanya Laura dengan sinis.

"Tidak ada hubungan dengannya, kau tidak layak untuk mengurusi hidupku." jawab Rey tanpa ekspresi.

"Jadi dia mainanmu selanjutnya?" tanya Laura dengan nada meremehkan.

"Kau urus saja urusanmu sendiri!" desis Rey tak suka mendengar perkataan Laura barusan.

Akan tetapi, gadis itu menutup telinganya terhadap apa yang diucapkan oleh Rey. Dengan sombong ia melangkahkan kakinya menuju tempat Audy berada. Berupaya membuktikan perkataannya pada Rey, bahwa ia akan mendapatkan pria tersebut. Tatapan keduanya saling terkait dan tidak ada yang ingin mengalah, hingga aura permusuhan terasa sangat kental.

Di sisi lain, Audy terus mengamati gerak- gerik Laura dalam diam. Lalu ia melipat kedua tangan di dada. Dengan tenang menunggu apa yang akan dilakukan oleh gadis bar- bar itu. Akhirnya ia mengerti alasan mengapa saudara kembarnya tidak mengizinkan mereka bersama. Ternyata menjalin hubungan dengan seorang Rey tak semudah yang dibayangkan Audy.

"Apa kau membutuhkan bantuanku?" bisik seorang pemuda yang tengah berdiri kokoh di belakang Audy saat ini.

"Tidak perlu! Sepertinya si brengsek itu memiliki banyak lebah penganggu yang harus kuselesaikan satu- persatu." jawab Audy acuh tak acuh.

"Cih! Waktumu terlalu berharga untuk memperdulikan mereka! Sebaiknya tinggalkan saja si brengsek itu!" tandas Aland merasa sangat kesal.

Audy terdiam membisu mendengar perkataan Aland. Jika ia mampu melakukan hal itu tanpa merasa kesulitan, pasti sudah sejak awal ia lakukan. Namun, pada kenyataan ia tidak dapat membohongi diri sendiri, bahwa hatinya tak ingin kehilangan. Entah mengapa ia terjerat erat dalam pesona mematikan yang dimiliki oleh Rey. Kemudian langkah kaki Laura berhenti tepat di hadapan Audy.

"Aku tidak peduli apa hubunganmu dengan Rey, tetapi lebih baik kau menjauhinya mulai detik ini!" perintah Laura dengan menampilkan ekspresi wajah pongah.

"Kau siapa berani memerintahku?" tanya Audy dengan nada mengejek.

"Kau akan menyesal berani menentangku!" balas Laura.

"Hah! Menyesal kau bilang? Kau terlalu percaya diri, Nona!" jawab Audy tidak mau kalah.

"Kita lihat saja!" ancam Laura penuh emosi.

"Silakan datang padaku kapan saja, jika kau mampu!" desis Audy dengan sinis.

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" seru Rey cepat.

Seruan Rey berhasil mengalihkan perhatian kedua gadis yang sedang bertikai tersebut. Laura menatap pemuda itu penuh tanda tanya. Sebaliknya Audy terlihat memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Apa maksudmu, Rey?" tanya Laura heran.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu menyentuh kekasihku sehelai rambut pun." sahut Rey tegas.

"Kekasih?" ulang Laura, ia merasa terkejut mendengarnya.

"Jangan menakutinya Rey." potong Audy cepat ketika melihat pemuda itu ingin melanjutkan perkataannya.

"Huft!" dengus Rey sambil melengos.

Keadaan di sekitar mereka mulai terdengar gaduh. Banyak orang merasa penasaran dan terus menanti kelanjutan dari pertunjukan tersebut. Sesungguhnya Audy tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Akan tetapi, saat ini ia sudah terlanjur bergabung berkat ulah tengil pemuda itu.

"Cih! Tidak peduli kau kekasih atau bukan, Rey tetap akan menjadi milikku!" sambung Laura penuh percaya diri.

"Huft! Aland... sepertinya kau benar kali ini." keluh Audy merasa lelah, tangan kanan terangkat meminjat pelipisnya pelan.

"Siapa suruh kau tidak mendengar ucapanku? Ayo pergi!" celetuk Aland dengan sikap acuh tak acuh.

Kemudian Aland meraih dan menarik pelan lengan saudari kembarnya. Pemuda itu bermaksud mengajak Audy untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Namun, pada saat keduanya baru berjalan beberapa langkah, lengan Audy yang lain ditahan oleh seseorang. Sehingga langkah gadis itu langsung terhenti. Lalu ia menoleh untuk melihat siapa pelakunya.

"Mau kemana? Ingin melarikan diri, hm?" tanya Laura sinis.

"Lepas!" seru Audy sambil mengeryitkan dahi tidak suka. Dengan sekali sentak lengan Audy terlepas dari cekalan Laura.

"Kau pikir aku sudi untuk menyentuhmu!" balas Laura dengan ekspresi jijik terlukis pada wajahnya.

"Brengsek kau Rey! Mengandalkan Audy untuk membereskan masalahmu dengan jalangmu! Pengecut!" seru Aland keras, ia terlihat tidak dapat mengontrol emosinya lebih lama lagi.

"Kau tidak berhak mencampuri urusanku!" sanggah Rey dengan ekspresi datar.

"Persetan dengan urusanmu!" teriak Aland kesal.

"Kau berani menghinaku!" potong Laura merasa tidak terima.

"Kenapa? Memang kenyataannya seperti itu kan? Kau berani mencium pria yang telah memiliki kekasih! Apa namanya kalau bukan jalang! Kau benar- benar layak!" terang Audy sambil melototi Laura.

Ia membela Aland secara terang - terangan tanpa memperdulikan keberadaan Rey. Ditambah ia merasa lelah, karena emosinya cukup terkuras menghadapi Laura yang bermuka tebal. Terbukti hingga detik ini gadis itu terus memprovokasi dirinya. Sehingga rasanya ingin sekali ia membuka dan melihat isi kepala wanita tersebut.

"Kemarilah" pinta Rey sambil mengulurkan salah satu tangan miliknya kepada Audy.

"Tidak mau!" jawab Audy sambil memalingkan wajahnya kearah lain.

"Kau akan tahu hasilnya, jika aku kembali mengulang perkataanku." tandas Rey dengan menyakinkan.

"Huft! Kau selalu menyebalkan pada detik- detik terakhir!" keluh Audy merasa kesal.

"Jangan dengarkan dia! Ayo pergi!" perintah Aland tegas sambil kembali menggengam tangan Audy.

Pasalnya genggaman tadi terlepas karena ia takut melukai adiknya. Aland tidak ingin terjadi gerakan tarik - menarik dengan Laura. Sebab yang akan dirugikan adalah saudara kembarnya. Pemuda itu sangat muak melihat tingkah memalukan Laura, tetapi ia mencoba bertahan demi Audy.

"Ya, aku tahu!" jawab Audy, ia terlihat menganggukkan kepalanya pelan.

Rey yang berdiri tidak jauh, dapat mendengar dengan jelas percakapan Aland dan Audy. Wajah tampannya berubah menjadi muram. Rupanya gadisnya lebih memilih berjalan menjauh daripada menghampiri dirinya. Dalam sekejap aura dingin menguar berasal dari tubuh pemuda itu, membuat suhu di sekitar menjadi rendah.

Semua penonton mulai merasa menggigil ketakutan. Sebagian dari mereka bergegas melarikan diri secara teratur. Sisanya mencoba tetap bertahan, karena rasa penasaran yang tinggi menggelitik hati mereka. Di sisi lain, Audy yang baru berjalan beberapa langkah, langsung mengusap tengkuknya dengan salah satu tangan. Ia dapat merasakan bahaya yang akan datang kepadanya.