Chapter 7 : Tangan Kotor
"Apa yang harus kita lakukan? Sudah dua hari Melati lenyap begitu saja. Yang tersisa hanya kucingku yang tergeletak mati begitu saja didalam toko dan percikan darah. Tidak akan termaafkan bagi siapapun itu" (Jaka menggenggam erat tangannya).
Semua orang tertunduk lesu diatas meja saat Jaka melontarkan keluh kesahnya. Suasana menjadi redup seolah mengikuti cuaca sehabis hujan diluar toko. Uap hangat minuman mereka dengan girang menari-nari didepan wajah semua orang. Wisnu terlihat menyandarkan punggungnya di kursi diskusi dengan kepala menghadap langit-langit. Genta sedang menulis pengajuan laporan lanjutan untuk diserahkan kepada pihak kepolisian atas menghilangnya Melati. Arum dan Asri tengah lenggang mengelus anak-anak kucing yang induknya baru saja tertembak oleh peluru. Saat itu peluru sedang dimainkan mereka diatas meja sebagai mainan anak-anak kucing.
"Sudah selesai... Bagaimna menurut kalian? Apa laporan ini perlu kita ajukan?" (Genta meletakan pulpennya perlahan).
Seperti sebelumnya, para anggota Tim Enam hanya asyik dengan lamunan mereka sendiri tanpa mendengarkan ucapan Genta. Merasakan kegundahan yang monoton diantara semua orang, Genta segera beranjak keluar dan berniat untuk menuju kantor pihak berwajib. Akan tetapi langkahnya ditahan oleh Wisnu.
"Maaf aku tadi termenung. Saranku, kita tetap pada komitmen awal. Jika ada anggota tim kita yang tertangkap, maka ada dua pilihan. Tetap berpikir pada misi-misi selanjutnya tanpa menghiraukan anggota yang hilang atau melawan secara bersamaan. Jika ada pihak lain identitas kita akan terungkap" (Wajah datar Wisnu terlihat pucat).
Kemudian Genta entah mengapa langsung merobek laporan itu dihadapan semua orang.
"KALAU BEGITU JANGAN DIAM SAJA! Melati belum diketahui keberadaanya hidup atau mati. Berpikir optimislah kalian. Setelah kita kembali ke kota, kalian hanya bisa syok melihat bercak darah dan mengurusi bangkai kucing yang sudah mati itu. Mari susun rencana. Ayolah..." (Berusaha meyakinkan yang lainnya).
Mendengar perkataan Genta, seketika Jaka menarik kerah baju Genta hingga tercekik.
"Kau berlagak paling tabah atau rasa kemanusiaanmu yang bobrok!? Isi kepala kita semua sedang kacau. Kau kira kami tidak sedang berpikir? Bang Genta. Kau sungguh kaku. Kau hanya menyuruh kami diam saja disini. Apa rencanamu seteleh merobek laporan ini? Jangan kau..." (Arum tiba-tiba mengeluarkan kemampuan daya tolak magnetnya untuk memisahkan tubuh Jaka dan Genta).
Semua orang menjadi canggung dengan keluarnya kemampuan Arum. Tetapi tidak dengan Asri. Ia tetap mengelus anak-anak kucing dengan meneteskan banyak air mata.
"Ku mohon... ku... ku mohon dengan sangat. Jangan ada konflik lagi diantara kita. Lupakan saja semuanya. Mari berpisah dan anggap semuanya tidak pernah terjadi. Aku takut kita akan celaka satu persatu jika bersama" (Asri menundukan kepalanya dengan cucuran air mata).
Terlihat kedua tangan Jaka menyentuh dinding toko dan mengaktifkan kekuatan lengannya. Ia memukul tubuh Genta hingga terpental didekat pintu keluar. Namun Genta segera berdiri, diikuti keluarnya dua kelabang raksasa dari lehernya seaakan siap menusuk tubuh Jaka. Kemudian perkelahian pun pecah diantara mereka berdua. Lengan batu Jaka sekejap menggenggam erat rahang Genta dan kelabang Genta juga telah melilit leher Jaka. Saat kedua lelaki itu terkunci dengan jurusnya masing-masing, Arum beralih ke tubuh Asri dan mengancam akan mencelakainya jika perkelahian itu dilanjutkan.
"Sedikit lagi kalian bergerak, kepala Asri akan ku ledakan" (Ucap Arum dengan pandangan penuh amarah).
Cahaya kosmik Arum mulai semakin menyala menyinari isi ruangan, begitu juga dengan genggaman Jaka dan kelabang Genta mulai membesar pula. Wisnu kemudian berdiri sekaligus mengeluarkan sayapnya dengan kepakan angin yang cukup kencang sehingga membuat seisi ruangan berantakan. Jaka, Genta, dan Arum jatuh terlentang kebawah lantai. Sedangkan Asri terduduk meringkuk berusaha melindungi anak-anak kucing agar tidak tertimpa barang-barang yang ada.
"Aku menyayangi Melati sebagai partnerku. Ialah yang menuntunku kejalan yang berbahaya ini demi kebenaran. Dahulu, aku ditemui seseorang di rumah sakit. Saat itu telingaku mampu mendengar percakapan dokter dari balik dinding, aku sadar saat itu aku akan mati di tangan orang lain dengan cara suntik mati. Tiba-tiba ia datang dihadapanku dengan menyamar sebagai dokter. Ia memberiku pilihan, mati dibunuh olehnya atau bertemu dengan seorang perempuan bermata putih. Lantas aku memilih pilihan kedua dan keluar dari rumah sakit bersama sosok misterius itu. Saat sudah didalam mobil, tiba-tiba ia membuka pintu, seketika membuang dirinya keluar mobil. Saat itu juga supir yang mengendarai mobil melontarkan penjelasaanya bahwa semua sudah diatur. Supir itu menyuruhku tetap di apartemenku jika ingin nyawaku tidak melayang. Sesampainya di apartemen aku langsung masuk ke dalam. Tetapi aku masih ingat dengan perkataan supir itu. 'Kau akan tetap selamat selagi sesering mungkin menyembunyikan jati dirimu. Jika ada hal-hal lainnya, kami akan siap melindungimu asalkan kau tidak melewati batas. Satu hal yang terpenting, temuilah perempuan si mata putih dan yang lainnya untuk misi kebenaran secara diam-diam'. Maaf kalau aku baru menceritakannya sekarang. Kala ini sesegera mungkin supir atau orang misterius sebelumnya akan datang dan menemui kita. Tapi hampir setahun belakangan ini aku menunggu pasrah dan menganggap mereka bedua telah lenyap seperti yang di alami Melati. Aku betul-betul ingin membantai orang gila yang menyerang kita semua" (Memasang raut wajah jengkel).
Ketika Wisnu menceritakan masa lalunya, seseorang dengan santainya masuk kedalam toko kucing. Saat itu juga Jaka memberitahu bahwa toko sudah tutup dan sedang libur. Namun seseorang itu tetap bersikeras.
"Maaf menggangu. Kucingku sangat kelaparan. Tolonglah... Ada makanan kucing untuk jenis mine coon? Kalau tidak ada boleh saja yang untuk jenis persian. Tidak lupa juga, tolong kemaskan pakaian Melati karena sudah beberapa hari ia belum mengganti pakaiannya" (Tuan Irawan melepaskan topi hitam bundar dan kacamatanya).
Arum yang melihatnya langsung menyalakan sinar kosmik agar menyilaukan segala sudut ruang sembari mendorong tubuh ayahnya terpental kedepan agar memberikan peluang bagi yang lainnya untuk kabur. Jaka menuntun yang lainnya untuk segera pergi ke arah belakang toko dan berlari sekuat tenaga untuk pergi menjauhi Tuan Irawan. Mereka berlima melewati lapangan golf dan sudah ada puluhan mobil serta satu orang yang berdiri didepan mengepung mereka.
"Tuan Irawan adalah seseorang yang berselera tinggi dalam seni membunuh. Paling tidak seperti itu kan, Wisnu? Ayolah. Aku ini seniormu. Kenapa aku yang pada saat itu menjadi supir mu ketika keluar dari rumah sakit? Salam kenal dengan yang lainnya juga ya, para juniorku yang sudah bersusah payah mencariku!" (Robert memegang tongkat golf dan bola golf ia ayunkan menuju Tim Enam).
Seluruh anggota Tim Enam lantas saling membelakangi untuk melindungi satu sama lain. Wajah wisnu saat membelakangi yang lain cukup terlihat penuh dengan tatapan kosong, bahwasannya selama ini yang menyelamatkannya adalah seseorang yang pada akhirnya akan membunuhnya juga bahkan teman-teman yang lainnya. Seakan tidak terima dengan situasi, Wisnu mengeluarkan sayapnya, diikuti dengan cakar yang memanjang dari jari tangannya dan menembus kedua sepatunya dibagian kaki. Ia terbang melesat ke arah Robert, mencengkram wajahnya hingga menyebabkan goresan berdarah. Seketika Robert bangkit berdiri dan memeluk tubuh Wisnu.
"Beginikah caramu memberikan salam kepada yang lebih tua, mantan murid sekolah peribadatan mulia? Jalan Tuhan. Karma Tuhan. Kehendak Tuhan. Hahaha!!! Akan ku hapus dosa-dosa kalian" (Ekor baja Robert berbentuk trisula menusuk perut Wisnu hingga menembus ke belakang. Cipratan darah Wisnu pula mengenai kedua sayap kelelawar milik Robert saat mereka berdua berpelukan).
Arum dengan cekatan mengarahkan telapak tangannya untuk memisahkan antara Robert dan Wisnu. Ia berniat menarik kembali Wisnu ke sisi Tim Enam, akan tetapi karena belum terlalu menguasai kemampuannya, Arum tanpa sengaja menarik Robert.
"Kawan-kawan, potong kepala keparat ini! Besiaplah!" (Arum memberikan aba-aba kepada yang lainnya).
Robert sengaja melenturkan tubuhnya untuk datang ke arah Tim Enam, siap melakukan serangan keduanya.
"kalian ingin saran dari senior? Baiklah. Akan kuberikan" (Robert memutuskan ujung ekor baja trisulanya untuk dijadikan sebagai senjata di tangan dan ekornya dapat tumbuh kembali).
Secepat kilat Robert melesat menuju Tim Enam dengan senjata trisula yang sudah diarahkan pasti. Situasi menjadi sangat memanas, karena kelabang Genta dan tangan Jaka memegangi Kelabang tersebut, segera mengubah kedua lengannya menjadi replika tangan duri kelabang beracun untuk siap melakukan pertahanan atas serangan Robert.
Chapter 8 : Kaloci Manis
Melati membuka matanya perlahan sambil kedua telapak tangannya meronta-ronta dari ikatan rantai di bahu kursi dan menyadari kalau ia terbangun dalam keadaan gelap gulita. Kepalanya dipasangi dengan semacam helm pelindung, berfungsi sebagai pembatas kemampuan pengelihatan tembus pandang miliknya, serta mencegah dirinya melakukan teknik pengendalian tubuh. Tidak hanya itu juga, bahkan kedua kaki dan leher dirantai pula seperti kedua tangannya.
"Aku sudah sadar rupanya... Dimana aku... Gelap... HEI!!! TOLONG! SIAPAPUN! Sepertinya aku dibebankan semacam alat di kepalaku. Kau benar-benar rapi, Tuan Irawan. Sialan" (Melemaskan badannya seperti telah menyerah dengan situasi).
Tiba-tiba pintu ruang bawah tanah tempat menyekap Melati terbuka kencang. Satu langkah, dua langkah hingga pada langkah terakhir menuruni tangga, seseorang tersebut telah berhenti tepat didepan Melati. Ia menekan tombol sandi di kepala Melati sehingga seketika alat itu terlepas dan mengeluarkan semacam gas. Melati segera muntah dan menghirup udara segar sebanyak-banyaknya untuk pertama kalinya semenjak ia disekap selama beberapa hari. Sekejap matanya yang letih ia arahkan kepada seorang lelaki didepannya. Mata putihnya ia paksa dengan kekuatan penuh sehingga sedikit menerangi isi ruangan.
"Kekuatanku Berhasil! Tapi, kenapa orang ini menyerahkan dirinya cuma-cuma? Ah, sudahlah. Akan kupikirkan nanti. Saatnya balas dendam" (Dengan
keberhasilan atas kemampuannya, Melati segera keluar dari ruangan bawah tanah demi mencari segala informasi).
Langkah kaki pemuda itu menyusuri koridor ruangan yang Melati lihat cukup asing. Melati tidak bisa menggunakan kemampuan pengelihatan supernya karena ia sedang dalam mode perasukan jiwa. Terpaksa ia berjalan selangkah demi selangkah untuk mencari jalan keluar. Akan tetapi, seorang perempuan tiba-tiba menyapa tubuh lelaki yang dirasuki oleh Melati dari belakang pundaknya. Seketika Melati memasangi kacamata hitam pada mata seseorang yang ia rasuki ini.
"Selamat sore, pak Robert. Maaf menyapamu dengan pakaian pengaman seperti ini, karena kita perlu mewanti-wanti kemampuan gadis di ruangan bawah itu. Anda sendiri bagaimana pak Robert? Oh ya... Kacamata mu. Kau tetap aman. Jangan lupa, ada arsip yang dititipkan untukmu dari Tuan Irawan. Sepertinya, semua teman-teman gadis itu sekarang jadi urusanmu. Baik, itu saja. Sampai Jumpa" (Jiwa Melati membeku sesaat tanpa mampu mengucapkan kalimat apapun).
Melati tidak menyangka bahwa saat ini tubuh yang telah ia rasuki adalah tubuh yang dicari oleh semua anggota Tim Enam, yaitu Robert. Saat itu juga ia gerakan tubuh pemuda ini dan berlari tergesa-gesa menuju ruangan bawah tanah tempat ia disekap. Alangkah sialnya Melati saat sampai di ruangan tersebut, karena ia mendapati kursi untuk merantainya sudah kosong tanpa ada tubuh aslinya.
"Ayo bernafas. Atur pelan-pelan. Tarik... Buang... Berpikir jernih, Melati. Kau ada ditengah danau tenang sedang berbaring nyaman diatas perahu. Akan aku persingkat saja. Jadi tuan Irawan sudah menemukan Robert kembali dan tubuh yang kurasuki saat ini adalah Robert. Aku tidak bisa memakai kekuatanku ataupun kembali ke tubuh asliku. Itu akan merugikan. Berhubung ini adalah makhluk semacam ku, maka aku akan memanfaatkannya. Jika Robert tidak berpihak pada siapapun Aku akan memasukannya ke Tim Enam!" (Untuk penyesuaian kemampuan, Melati melakukan percobaan pada tubuh Robert yang seketika mengeluarkan dua sayap kelelawar dengan ekor silver berbentuk trisula tajam diujungnya dan nafas api membara dari mulutnya).
Setelah mengambil arsip misi, Melati menggerakan tubuh Robert kedalam mobil untuk segera melakukan rencana pembalikan serangan. Melati memiliki akal rencana dengan berpura-pura menjadi diri Robert yang sebenarnya, memainkan sedikit peran, dan menyerang balik semua pasukan yang ada pada mobil lainnya. Akan tetapi, alam bawah sadar Robert yang berapi-api mulai membelot untuk membangkitkan kesadaran aslinya. Alhasil tubuh Robert kembali dengan cepat kedalam asal tubuhnya.
"ke... kenapa bisa aku didalam mobil? Serangga Pengganggu! Penyihir lacur itu hebat juga. Kurang ajar!!! Jadi itu maumu... Baiklah. Giliran aku yang masuk kedalam semua Tim mu. Hampir saja aku mengecewakan pak Irawan" (Menyeringai jahat dan memegangi arsip bertuliskan 'Lumpuhkan lima anak muda bernama Tim Enam di lapangan golf dekat toko kucing').
Robert tidak mengetahui kalau Melati masih bersemayam didalam tubuhnya.
"Apa? Kekuatan baru? Aku berada dilautan biru. Alam bawah sadar siapa ini. Tenang sekali disini. Wah... ada seseorang disana!" (Melati berjalan menemui seseorang tersebut didalam alam bawah sadar lautan entah berantah).
Pemuda itu seketika membalikan badannya.
"Oh tidak. Kau semakin cantik saja, Melati. Meskipun aku tidak terlalu familiar dengan dua tanduk barumu
di alam ini" (Rafael tersenyum manis kepada Wajah melati dengan tatapan sayup).
Melati merasa sangat geram dan menampar pipi Rafael dengan sangat kuat hingga terjatuh di pasir pantai. Kemudian melati melompat ke badan Rafael sembari memeluk erat tubuhnya dengan suara tangisan nyaring.
"Ak... aku... aku sudah berusaha hidup sejauh ini. Rafa, aku ketakutan. Kenapa kau datang disaat seperti ini? Jangan lepaskan pelukanku. Aku takut. Aku takut. Aku takut. Maaf untuk sebelumnya, Rafa. Rafa, apa kau membawa Kaloci? Rasa coklat bubuk, kacang, karamel, apapun itu rasanya" (Membenamkan wajahnya di dada Rafael sambil menangis).
Mereka berdua jatuh dalam pelukan diatas rona pasir lautan di ruang angan.
"Jangan sesali keputusanmu, cantik. Ah... Maaf, aku selalu menggodamu setiap saat. Ingat yang kukatakan sebelumnya? Semua akan baik-baik saja. Kemampuan darahmu itu membunuhku, tapi tidak dengan kekuatan alam bawah sadarku. Kekuatanku adalah pelukan ingatan dan perubah situasi tidak baik-baik saja menjadi baik-baik saja. Aku dapat membuat peningkatan pada kekuatan kemampuanmu. Aku ada dalam bawah sadarmu, sampai aku meningkatkan kemampuanmu pada batas maksimalnya. Anggap saja ini bingkisan yang selalu aku berikan dahulu, agar kau tetap bisa tersenyum menghadapi lelahnya dunia" (Rafael membelai halus rambut Melati dan menghapus tangisannya).
Melati tersenyum mendengar perkataan Rafael, karena meskipun dirinya telah tiada, namun ia masih dapat berbicara di ruang angan lautan entah berantah. Rafael kemudian mengangkat tubuh Melati dan mengarahkan pandangannya pada lautan sembari duduk diatas pasir yang berkilau.
"Aku akui, ada momen sewaktu-waktu kau terlihat tampan di mataku. Akan kuceritakan nanti jika kita bertemu lagi, dan aku harap pastinya kita bertemu. Ngomong-ngomong, kau bisa meningkatkan kekuatan perasuk ku kan? Aku harap aku bisa memakai kekuatan asliku saat merasuki tubuh seseorang" (Melati memohon memegang tangan Rafael).
Kemudian Rafael mengabulkan permintaan Melati. Ia mengambil satu buah kaloci rasa kacang dan menyuapinya kedalam mulut Melati. Setelah waktu berlalu sekitar beberapa menit, tidak terjadi apa-apa.
"Sepertinya ini terlalu diluar batas, Mela. Tolong turuni kadar permintaan peningkatan kekuatanmu". (Mengambil kembali kaloci dari sakunya).
Melati pun kemudian meminta kepada Rafael.
"Tetaplah bersamaku, dan tolong tingkatkan kemampuan perasukku tanpa mengaktifkan kemampuan pengelihatan tajamku saat merasuki tubuh seseorang" (Melati melahap kaloci dari tangan Rafael dengan memejamkan matanya)
Perlahan lautan menjadi pudar, begitu pula dengan tubuh Rafael yang perlahan menjadi taburan pasir tertiup angin. Sesaat Melati berhasil kembali ke tubuh Robert dan menatap mata supir mobil tersebut sehingga Melati berhasil memindahkan kesadaran dan kontrol tubuh kepada supir mobil. Melati tersenyum lega dalam alam bawah sadarnya sembari memikirkan rencana selanjutnya.
"Keparat! Aku hampir saja pingsan tadi. Kau tidak akan bisa merasuki ku lagi, penyihir dedemit. Tekad ku semakin kuat. Hahaha! Bersiap-siaplah Tim Enam. Aku tidak akan mengecewakanmu, pak Irawan" (Percaya diri bahwa ia akan mengalahkan semua orang).