Chapter 9 : Opera Berdarah
Situasi beralih pada medan pertarungan di lapangan golf. kedua telapak tangan Arum tidak dapat ia turunkan karena kemampuannya terlalu berat untuk dikendalikan. Robert melejit kencang sembari memegang trisula baja yang ada ditangannya, bersiap membantai Tim Enam. Jaka dan Genta bersiap menahan dari serangan Robert. Serangan kedua Robert berikan pada Genta dengan menancapkan trisulanya pada pipi kiri Genta hingga menembus di pipi kanannya. Namun genta tidak terusik sedikitpun, berusaha dengan darah bercucuran di wajahnya sambil memegang kedua sayap kelelawar Robert.
"Kena kau..." (Dengan tekad kuat Genta mencengkram kedua sayap Robert).
Sontak saja Jaka langsung menghantam wajah Robert dengan tangan berduri miliknya hingga membuat tubuh Robert jatuh ke tanah. Saat terbaring diatas tanah, ekor trisula Robert tegak ke atas menggerakkan ujung trisula tajam dan mengayunkannya hingga terlepas ke arah Asri. Akan tetapi usaha licik itu digagalkan oleh kekuatan daya tolak magnet Arum. Pertarungan sengit tetap berlanjut saat seluruh laki-laki berjas hitam berkisar dua puluh orang keluar dari dalam mobil sambil memegang sejata berjenis UZI, shotgun, dan AK-47. Lima orang pertama mengarahkan tembakan sejatanya ke arah Tim Enam secara beruntun. Saat semua anggota Tim Enam menghindari peluru, dengan cepat dari belakang Wisnu bangkit dengan cucuran darah dari dalam perutnya dan melemparkan lima orang tadi cukup jauh saat kemampuan sayapnya diaktifkan kembali. Ketika itu juga Arum dari jauh melemparkan bola listriknya hingga membuat kelima orang bersenjata tak sadarkan diri.
"Maaf... ha... hanya ini yang bisa kulakukan, teman-teman" (Wisnu tersungkur kebawah hingga hilang kesadaran).
"Anak buah pak Irawan tidak bisa menguntungkan. Sekarang giliranku!" (Robert memegang trisulanya)
Segera Robert terbang dan menargetkan seranganya pada Genta yang sedang terluka. Trisula tersebut mengenai kelabang milik Genta karena kelabang tersebut memiliki reflek untuk melindungi pemiliknya. Dengan begitu, tangan Genta merebut trisula Robert dan menancapkan tepat di perut Robert. Mulut Robert langsung memuntahkan darah ke wajah Genta, karena serangan susulan diberikan Jaka dari belakang dengan melakukan hantaman siku tangan ke kepala Robert. Genta dan Jaka sesegera mungkin mengeluarkan kekuatan penuh untuk menghabisi Robert dalam mode iblisnya. Sebelum mengeluarkan serangan final, kedua kaki Genta dan Jaka dipegang erat oleh Robert terbang rendah keatas.
"Wisnu sudah mendapati teguran dariku. apa kalian mau juga?" (Robert melempar kedua anggota Tim Enam ke arah orang-orang bersenjata dan berniat melakukan serangan kepada Arum dan Asri).
Wajah Arum terlihat cemas saat melihat ketiga teman laki-lakinya sudah terkapar diatas tanah.
"Jangan gemetar, Rum. kita selalu bersama. Maaf karena tadi aku kurang membantu. Setelah berlatih, aku bisa melakukan sepuluh kekuatan kutukan pelumpuh jiwa. Ayo bantu yang lainnya!" (Asri berlari menuju Robert).
Dari belakang Arum terpaku dengan keadaan yang sedang ia alami. Ia menurunkan kedua tangannya seraya menjatuhkan kedua lututnya kebawah. kepalanya ia tundukan kebawah sembari meneteskan air mata.
"Semuanya banyak berkorban hanya untuk hak nafas keadilan semata. Aku dan mereka hanya menginginkan hidup yang layak. Ayah, apa kau tidak rindu ibu? ibu, apa kau melihatku sekarang? (Menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak berlarut dalam kesedihannya).
Tangan seorang lelaki seketika membekap mulut Arum dan membisikan kalimat dari mulutnya ke telinga Arum.
"Tenanglah, ini aku Melati. Maaf aku hilang kabar selama ini, karena ayahmu yang kurang ajar itu. Sekarang mari kita bantu Asri. oke?" (Arum menganggukan kepalanya).
Asri saat ini berhadapan langsung dengan Robert, kemudian melakukan serangan ke tubuh Robert. Namun dengan secepat angin trisula Robert menghunus di bahu kanan Asri hingga menyipratkan darah.
"Kutukan jiwa suram, delapan ilusi untuk satu orang!" (Seketika tangan Asri memegang pipi robert sembari melakukan proses penyaluran kekuatannya, hingga membuat Robert berteriak seperti merasakan kesakitan yang luar biasa).
Saat itu juga Robert melempar tubuh Asri hingga dapat ditangkap oleh Arum dan tubuh lelaki yang dirasuki oleh Melati. Robert terlihat kesakitan seperti hilang kewarasan sampai membenturkan kepalanya berkali-kali di tanah. Melihat kesempatan yang bagus, Genta didalam pertarungannya segera menjatuhkan senjata-senjata milik bawahan tuan Irawan dengan sengatan bisa kalajengking dari balik lehernya, dibantu pula oleh Jaka yang memukul bagian kepala mereka hingga pingsan, setelah membuat tangannya meniru tekstur besi dari senjata-senjata sebelumnya. Setelah itu mereka berdua mengambil langkah seribu menuju Robert.
"CELAKA KAU! SIALAN KAU!" (Amarah Jaka tak terbendung saat membantai tubuh robert dengan tinju besinya).
"Wajahku tidak masalah kau apakan apapun. Tapi jangan usik kehidupan teman-temanku yang sedang mencari kebenaran!" (kelabang Genta melilit leher dan memasukan ekor kalajengkingnya kedalam mulut Robert).
Arum berlari ke arah Robert, kemudian memisahkan Jaka dan Genta hingga terdorong satu sama lain dengan kekuatan daya tolak magnetnya, serta melempar sengatan listrik kepada Robert agar melemah. Tubuh laki-laki yang dikendalikan Melati segera dihadapkan pada wajah Robert dan seketika Melati menatap dalam-dalam mata Robert dibantu dengan kekuatan penenang jiwa dari Asri yang ada disampingnya.
"Kekuatan peredam jiwa, dua ilusi untuk satu orang!" (Asri menahan sakit di bahunya sembari memegang pipi Robert)
"Mata putih perasuk jiwa!" (Melati masuk ke alam bawah sadar Robert untuk menekan jiwanya).
Tubuh Robert melemas setiap detiknya hingga pada akhirnya ia tak sadarkan diri. Perlahan sayap kelelawarnya hangus menghilang begitu juga dengan ekor trisulanya. Terlihat pula Genta dan Jaka berubah pada bentuk manusia normal yang dipenuhi oleh beberapa liter darah, seperti disiramkan ke tubuh mereka. Begitu juga dengan Asri, ia tergeletak kelelahan diatas tanah. Lalu dalam alam bawah sadar Robert, Melati belum bisa mengkontrol kekuatannya untuk mengendalikan tubuh Robert dan hanya bisa terduduk lemas di ruang ilusi yang diciptakan oleh Asri.
Beberapa saat kemudian, Robert membuka kedua matanya dan membuat Melati kembali ke tubuh laki-laki bawahan tuan Irawan.
"Asyik sekali, adik-adik! Hahaha! sudah semakin malam, apa kalian kedinginan?" (Melebarkan sayap kelelawarnya dan membuka mulutnya lebar-lebar hingga menjulurkan lidahnya)
Dari mulut Robert, keluar semburan pijar api merah menyala yang diarahkan pada Tim Enam. Setelah api tersebut membakar setengah tubuh Wisnu dan Genta, Arum dengan mengumpulkan sisa-sisa tenaganya melemparkan bola listrik kepada Robert. Alhasil, Robert terkena bola listrik itu dan terjatuh di hadapan Arum. Kemudian Arum mengambil borgol dari salah satu bawahan tuan Irawan.
"Iblis apa kau ini... mengerikan" (Setelah memborgol kaki dan tangan serta menyumpalkan batu pada mulut Robert, Arum terduduk lesu serta memuntahkan darah dari dari mulutnya akibat terlalu memaksakan kekuatannya).
Pertempuran belum berhenti, karena sekejap sayap kelelawar robert tumbuh kembali dan membuat tubuh Robert yang terborgol terbang keatas dan pergi menjauh dari lapangan golf. Ia membuka kedua matanya, kemudian benar-benar pergi menjauh dari medan pertempuran.
"Aku anggap ini kemenanganku. Sudahlah kalian bocah tengil. Jangan paksakan diri kalian. Apa kau lihat, tuan Irawan? Misi identifikasi seluruh kekuatan target selesai. Rencana kedua kami berhasil. Saatnya merakit senjata anti Tim Enam! Sampai bertemu kembali" (Robert mengacungkan jari tengahnya ke arah Tim Enam).
Chapter 10 : Mengalah Untuk Menang
Mobil van berwarna putih datang menghampiri Tim Enam yang sudah dalam keadaan babak belur. Sesaat seorang laki-laki tua turun untuk memikul tubuh para anggota Tim Enam satu persatu masuk kedalam mobilnya. Bagian badan Wisnu dan Genta yang terbakar langsung ia olesi dengan balsem khusus luka bakar serta teruntuk Arum dan Asri ia berikan pil peredam nyeri.
"Jika kau adalah sekutu ayahku, maka kau akan kubunuh kelak. Aku sudah muak dengan semuanya" (Arum meminum pil tersebut lalu membuang gelas air minum keluar jendela mobil dengan raut wajah sinis).
Lelaki tua itu bergegas ke posisi bagian kemudi dan menjalankan mobil van tersebut.
"Anak-anak muda perkotaan. Logika perkiraan buruk sangka diutamakan daripada etika. Aku yakin diantara kalian sudah memiliki gelar pendidikan standar ataupun tinggi, namun akal sehat kalian rendah. Kualitas ilmu semakin tinggi, kualitas emosi semakin rendah. Ikuti saja saya. Kita akan membenahi diri sampai benar-benar dalam keadaan waras. Saya bukan sekutu Irawan, tetapi saya lah tuan Irawan itu dari masa depan. Nanti akan kujelaskan setelah kita pindah ke kota kepulauan lain" (Tuan Irawan dari masa depan menggeserkan cermin didekat kepalanya sembari memperhatikan keadaan para Tim Enam).
Sontak saja semua orang terkejut mendengar perkataan tuan Irawan dari masa depan itu karena sejatinya tuan Irawan selalu memiliki akal bulus untuk mencelakai Tim Enam. Arum tergesa-gesa mengangkat kedua tangannya dengan mengeluarkan cahaya kosmik keemasaan miliknya yang diarahkan ke arah kepala ayahnya yang datang dari masa depan itu. Namun Arum kembali terdiam sambil menurunkan kedua tangannya perlahan dan jatuh di pundak Genta, begitu pula dengan Asri karena tuan Irawan menjelaskan kalau pil yang sudah diminum sebenarnya adalah pil tidur.
"Ah... Saya tahu disituasi genting seperti ini anak-anak gadis sedikit merepotkan, apalagi jika urusannya dengan anakku, Arum. Genta regenrasikanlah sel-selmu. Jaka, regangkanlah tubuhmu. Santai saja didalam mobil ini sampai kita ke gudang persembunyian saya dan merawat tubuh kritis Wisnu. Robert sungguh mesin pembunuh yang kuakuisisi secara brutal. Maafkanlah orang tua yang tak tau diri ini" (Langsung memijakan pedal gas mobil agar segera cepat sampai).
Setelah tiba di gudang persembunyian, tuan Irawan dari masa depan langsung mengangkat tubuh Wisnu ke atas ranjang dan mengurusi segala macam alat-alat pengobatan. Sementara itu Genta membaringkan pula tubuh Arum diatas ranjang peristirahatan sekaligus memasangkan jarum infus ke tangan Arum. Akan tetapi jarum suntik tersebut tidak dapat menembus kulit Arum yang terkesan tebal dan berlapis-lapis. Hingga pada percobaan suntikan terakhir Genta, jarum itu pun melengkung.
"Suntikan dilengannya tidak mempan, Genta. Gunakan di bagian pergelangan kakinya saja, dan pakailah jarum suntik khusus bayi yang ada di laci ketiga disampingmu" (Tuan Irawan dari masa depan menunjuk meja disebelah Genta sembari menjahit luka terbuka di perut Wisnu).
Sementara itu Jaka sedang menuangkan alkohol, kemudian memperban bahu Asri yang mengalami luka terbuka. Karena rasa nyeri kuat akibat dituangi alkohol, Asri perlahan membuka kedua matanya dan menekan kepala jaka berkali-kali dengan telunjuknya.
"Hei... Kau jahit dulu luka sobek ini bodoh. Seenak jidat saja. Sekolah lagi sana, supaya pandai seperti Genta" (Asri memasang wajah muram).
Jaka tertawa kecil karena kesalahannya tersebut sekaligus senang karena Asri telah sadar kembali. Lalu secara tiba-tiba pundak Jaka dirangkul oleh lengan Melati dari sampingnya. Terlihat Melati memakai dua tongkat untuk menopang kedua kakinya yang terluka pada insiden sebelumnya.
"Kau paling muda, konyol, dan agak ceroboh mempelajari segala hal. Nanti saja bincang-bincangnya. Biar aku yang menjahit bahu Asri" (Melati mengambil seutas benang dan jarum).
Karena terkejut Jaka langsung menggeserkan badannya hingga membuat satu tongkat Melati terjatuh. Alhasil, Melati tersungkur di badan Jaka dan tanpa sengaja tangan Jaka memegang buah dada Melati dengan polosnya. Seketika Melati mengambil inisiatif dengan membenturkan pelipisnya dengan pelipis Jaka hingga dari pelipis Jaka mengucurkan sedikit darah.
Meskipun begitu, seluruh anggota Tim Enam tetap bersorak kegirangan melihat keberadaan Melati yang masih hidup di mata mereka dan menarik nafas lega.
Hari esok disambut dengan mentari pagi dan beberapa gelas teh hangat didampingi tempe goreng renyah yang disediakan oleh tuan Irawan masa depan. Mereka menyambut rasa syukur karena masih bisa bernafas menikmati sinar matahari pagi, walaupun dengan santapan makanan dan minuman sederhana. Dari bawah kolong meja, terlintas anak-anak kucing Jaka dan Asri yang berhasil diselamatkan oleh tuan Irawan masa depan, sedang berlarian memainkan gulungan benang.
"Halo anak-anakku! Akhirnya kalian selamat juga. Sudah makan atau belum? Wah, badan kalian sehat juga. Pasti tuan Irawan masa depan menjaga kalian dengan cukup baik" (Asri Memeluk anak-anak kucingnya bersama Jaka).
Tak lama berselang, terlihat Wisnu memasuki ruang tamu dengan kursi roda yang didorong oleh Melati. Wajahnya masih terlihat pucat karena insiden yang ia alami semalam.
"Tidak kusangka yang hampir membunuhku semalam adalah kakak satu perguruanku dulu. Kelas satu menengah atas? Kelas dua? Ah, aku lupa dan tidak ingat sama sekali. Iblis yang mengerikan. Dari perawakan kalian, sepertinya kita babak belur dihajar. Bukan begitu, tuan Irawan?" (Memandang tajam ke arah mata tuan Irawan masa depan).
Arum meneguk teh hangatnya hingga habis, lalu melemparkannya ke arah tuan Irawan masa depan. Akibatnya kening tuan Irawan masa depan mengalir darah dan secepetnya ia bersihkan dengan sapu tangannya.
"Keparat! Kenapa sekarang kau menjadi dua!? Dua kali lipat juga rasa benciku sekarang. Coba saja kau kembali ke masa dimana ibu masih hidup dan meminta maaf padanya" (Menahan air matanya sekuat tenaga).
Kemudian Genta segera menghampiri tuan Irawan masa depan untuk melakukan pertolongan pertama pada luka memar berdarah tersebut. Dalam rasa jengkel, Arum menahan tubuh Genta agar tidak menghampiri tuan Irawan masa depan. Akan tetapi Genta langsung mengeluarkan Kelabang dan ekor kalajengkingnya keluar dari dalam leher belakangnya, seperti memberi tanda ancaman kepada Arum.
"Jujur, aku dari dulu menyukaimu, Rum. Tapi kalau kau menyakiti orang tuamu secara berlebihan, aku bisa saja berduel denganmu. Sangat memalukan melihat seorang anak menyakiti ayahnya sendiri tanpa alasan didepan anak yang baru beberapa waktu lalu kehilangan ayahnya. Mari dengarkan mulutnya berucap dahulu. Jika memang dia ini berbohong dan menyakiti kita lagi, biarkan ia mati tenggelam dalam racun dariku" (Memasukan kelabang dan ekor kalajengkinya perlahan Kembali kedalam lehernya).
Tuan Irawan masa depan berdiri dan sujud dihadapan para anggota Tim Enam.
"Kalian anak-anak baik. Maafkan pak tua bodoh ini. Sebenarnya, saya juga memiliki kekuatan seperti kalian. Kalian sebelumnya melawan bagian dari diri saya sendiri. Kekuatan dalam tubuh ini sangat mengerikan. Saya dapat menjelajahi dimensi waktu, bahkan dunia pararel sekalipun. Untuk selanjutnya, mungkin kekuatan kedua saya adalah dapat membuat duplikat diri saya yang lain. Kalian kira hanya sampai disini saja? Tentu tidak. Duplikat diri saya dapat menduplikasi dirinya sendiri dengan kesadaran masing-masing. Ada lagi? Ya! Saya dapat meniru wajah seseorang sesuai dengan kemauan saya. Di dunia pararel asli saya, semua keadaan terkendali. Saya juga memiliki perkumpulan aneh seperti kalian. Berusaha mencari jati diri saat menutup diri. Saya adalah satu-satunya orang yang tidak pernah menggunakan kekuatan, bahkan hanya terhitung menggunakan jari saat mengaktifkan kemampuan peniru wajah untuk mencuri es cendol karena saat itu saya sangat kehausan. Waktu kian berlalu, sampai pada akhirnya saya bekerja di salah satu perusahaan pengembangan obat-obatan medis sekaligus menikahi ibunya Arum. Setelah lima tahun pernikahan kami, akhirnya bidadari kecilku yaitu Arum datang membawa kebahagiaan. Atas kehamilannya istriku..." (Tubuh pak Irawan masa depan mengeluarkan keringat dingin).
Sekali lagi kali ini Arum melemparkan sesuatu ke arah tuan Irawan masa depan secara tiba-tiba, namun yang ia lemparkan bukan gelas seperti sebelumnya, melainkan bola listrik yang terpancar kuat mengarah pada dada ayahnya tersebut. Alhasil, baju tuan Irawan masa depan robek tebakar dan kulitnya terlihat gosong mengkerut. Walaupun seketika jatuh, tuan Irawan sekuat tenaga untuk berdiri dihadapan mereka. Arum menyiapkan serangan ketiganya dengan mengeluarkan daya tolak magnet yang membuat tubuh ayahnya terlempar dan menghempas dinding hingga mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Kekuatan peredam jiwa, ilusi untuk satu orang!" (Asri langsung meremas pipi Arum hingga terjatuh dan ia pun ikut terjatuh pingsan karena belum pulih seutuhnya).
Setelah itu dengan darah yang mengalir hingga kebajunya, tuan Irawan masa depan melanjutkan pembicaraanya, dibantu
oleh Genta dan Melati yang memegang kepalanya.
"Oh... Anak saya. Dia keras kepala seperti ibunya yang selalu menegakkan keadilan di kepolisian. Saat ia hamil, ia masih saja berurusan dengan penjahat berjubah putih. Sungguh gegabah. Saat itu saya hanya terdiam dibalik tembok seperti hewan pengerat kecil yang akan dimakan oleh predator. Saat beradu duel senjata, istriku tertembak dibagian dadanya. Tetapi ia tetap bangkit berusaha menembakan semua peluru panas miliknya. Sampai pada akhirnya istri saya terjatuh bersimbah darah. Perlahan Predator itu membuka lebar-lebar mulutnya seakan ingin melahap wajah istri saya. Ketika ingin berlari ke arah istri saya, ia mengangkat telapak tangannya yang penuh darah seakan memberi isyarat untuk pergi dari situasi itu. Pada saat pertama kalinya saya murka dan langsung mengaktifkan satu duplikasi tubuh sekaligus membuka semacam portal dimensi waktu. Satu tubuh diplikasi saya langsung mendorong Predator berjubah putih itu kedalam portal waktu tersebut. Sedangkan saya berusaha membawa tubuh istri saya agar terselamatkan. Tetapi ia menolaknya dan tanpa sadar saya didorong oleh dirinya kedalam portal waktu. Ia berteriak kepada saya dan berkata "Temui anak kita, berbahagialah! Bertanggung jawablah pada anak-anak berkekuatan spesial lainnya, serta bunuh penjahat bertopeng dan berpenampilan putih itu!". Sesaat saya tersadar telah kembali disituasi duel antara istriku dan Predator putih pada masa lalu. Karena memiliki ingatan yang bagus, aku mengatur rencana agar Predator itu dapat ditumbangkan, hingga pada akhirnya aku dapat menembak kepala Predator jubah putih itu. Istriku selamat beserta Arum, tetapi tidak dengan diriku yang ada pada dunia pararel ini. Ia mengorbankan dirinya dengan menerima luka tembakan di kepala. Saya langsung mengaktifkan kekuatan membelah diri lagi. Saya memiliki kesepakan terhadap duplikat diri saya sendiri. Saya berniat untuk mencari si Predator asli yang sudah berkeliaran di dunia pararel ini, kemudian tubuh duplikat saya menjaga istri dan anak saya serta mengumpulkan anak-anak berkekuatan spesial. Kalian... (Seketika tuan Irawan perlahan tak sadarkan diri akibat serangan yang diberikan oleh anaknya sebelumnya).
Genta, Melati, dan Jaka segera mengurusi semua orang yang terluka.